part 3

313 9 0
                                    

" Masa yang mau nikah kamu tapi yang bantuin nyari EO aku sih ?" Danisa sudah mengomel di mobil Rey sejak Rey meminta bantuannya untuk mencari EO.

 " Adrian lagi sibuk Dan, aku traktir makan deh sebagai imbalannya. "

 " Ini baru juga awal mau nyari EO, dia udah main mangkir aja dari kerjaannya dia sebagai calon suami kamu. Jangan-jangan entar pas mau ijab kabul dia ijin lagi karena mau nangkep ikan salmon di tengah lautan. "

 "Hahaha. Dia ngga bisa mancing Dan. Yah..dia kan baru ijin ini doang Dan, entar-entar pasti dia ngga absen lagi dari kewajiban dia yang kamu bilang 'kewajiban calon suami' itu. " Rey hanya bisa tertawa terhadap situasinya saat ini. Meskipun dalam hati Rey, akan lebih menyenangkan kalo dia mencari EO didampingi oleh Adrian.

 Malam itu, seperti biasa Rey datang ke restoran milik Adrian.

 " Udah dapat EOnya tadi ?"

 " Hm ? Iya udah tadi, aku sampe harus nraktir Danisa 2 kali karena dia kelaperan nemenin aku muter-muter." Adrian tergelak dengan candaan Rey.

 " Hahaha. Dasar si Danisa, ngga ikhlas bantuin sahabatnya sendiri. "

 " Dia bilang, lain kali kamu ngga boleh mangkir dari 'kewajiban calon suami' kamu. " Adrian menunjukkan wajah tidak mengertinya.

 " Iya, maksud dia ya, gitu kewajiban nemenin aku nyiapin pernikahan. Kata Danisa kalo aku minta temenin dia mulu, bisa-bisa aku dikira mau nikah sama Danisa means aku lesbi. hahaha. "

 " Ahaha. Maaf deh aku hari ini ngga bisa nemenin kamu. Tadi beneran penting. "

 " Ngga papa. Aku tau kok, kamu kan lagi sibuk-sibuknya nyiapin restoran yang di Singapore. Tapi lain kali, kalo bisa temenin yah, janggal kalo aku nyiapin sendiri. "

 " Iya sayang. " Adrian spontang mengacak rambut Rey yang beberapa rambutnya sudah mulai keluar dari ikatan kuncir kudanya. Semarah apapun Rey, dengan sikap romantis Adrian saat ini sudah bisa melelehkan es yang tadinya bertengger di hatinya.

 " Oh iya lupa sesuatu. " Adrian lalu mencari-cari sesuatu di tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil yang dibungkus kain beludru berwarna ungu agak tua.

 " Ini cincin pertunangan buat kamu." Saat Adrian membuka kotak itu, wajah Rey sudah berubah berwarna merah. Rey sungguh tidak percaya bahwa Adrian akan memberinya cincin pertunangan, mengingat bagaimana Adrian melamarnya beberapa hari yang lalu.

 " Ngga seberapa sih cincinnya. Semoga kamu suka. " Adrian menyematkan cincin itu di jari Rey dan lantas menciup tangan gadis yang sudah lama menjadi pacarnya itu.

 " I love you, Ms.Reylisa Arfisiana. "

 " Then you have my love, Mr. Adrian Prawija. " Senyum Reylisa mengembang dengan sempurna, capek yang dia rasakan karena mencari EO hilang seketika karena perlakuan romantis Adrian yang sudah sangat jarang lagi Adrian tunjukkan.

***

 Sudah sebulan lebih Rey mempersiapkan pernikahannya dengan Adrian. Namun, jadwal mangkir Adrian dari menemani Rey masih saja sering terjadi. Dari mulai memilih kue pernikahan mereka sampai menentukan dress code apa yang akan dikenakan tamu undangan nanti. Dan sore ini adalah jadwal mereka untuk menentukan design kartu undangan mereka.

 " Hey, kamu lagi sibuk? "

 " Aku lagi istirahat siang. Ada apa ? "

 " Hm..ingat ngga kalo sore ini kita ada janji buat nentuin design kartu undangan?"

 " Iya aku ingat kok, nanti aku jemput kamu di kantor aja ya?"

 " Hm..ngga usah, langsung ke tempat designnya aja, aku bawa mobil sendiri soalnya. "

 " Okay kalo gitu, see you later. "

 Rey menutup telponnya. Untung kali ini Adrian bisa menemaninya menentukan design kartu undangan.

 Sudah beberapa menit Rey sampai di tempat design kartu undangan saat telpon dari Adrian muncul di handphonenya.

 " Ya, halo, kenapa Dri ? Aku sudah sampai ini. "

 " Hm.. Rey, aku mendadak harus ngurusin restoran bentar soalnya lagi ada masalah dikit. Pengunjung yang udah reservasi ngga dapat tempat, mungkin lupa dicatat. "

 " Jadi kamu ngga bisa kesini ?"

 " Kemungkinan ngga bisa. Soalnya restoran lagi penuh dan aku musti cari alternatif untuk masalah resevasi ini. Maaf ya Rey. "

 Rey mendesah perlahan, bertahan sekuat tenaga agar tidak menjatuhkan ari matanya yang sudah penuh di pelopak matanya. " Iya, ngga papa. Lagian itu emergency. "

 " Rey, you'll be okay, rite ?"

 " I'm okay. Cepat urusin reservasinya, entar pelangganmu kabur lagi."

 " Okay then. Bye. "

 " Bye."

 Rey menutup telponya, dengan langkah sedikit gontai ia memasuki ruangan. Ia harus memaafkan Adrian, bagaimanapun Adrian adalah calon suaminya.

 ***

married maybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang