part 7

291 8 0
                                    

Firasat Reylisa benar, sore itu Adrian datang dengan Sofia saat Danisa sedang menunggu perancang busananya datang.

 " Hai Dan. "

 " Hai Adrian. "

 " Kamu sendiri aja Dan ? Reylisa mana ?"

 " Kok kamu nanyanya Reylisa sih, aku kan mau nikah sama Ergi, bukan Reylisa. "

 " Ya..kan biasanya dia nemenin kamu." Sofia sudah ijin untuk masuk terlebih dulu.

 " Drian, plis deh, kamu itu kan udah mau nikah, ngapain sih masih nyariin Reylisa ? Ngga cukup dulu kamu lebih milih nikah sama kerjaan kamu dibanding dia ?"

 " Tunggu, siapa yang mau nikah ?"

 " Kamu kan, sama sofia ?"

 " Hahahaha. Lucu banget sih Dan, ngga mungkin lah. "

 " Kenapa ngga mungkin, kamu kan datang fitting baju sama dia. "

 " Terus kalo aku datang fitting baju sama dia, itu berarti aku mau nikah sama dia. Berarti kalo Reylisa nemenin kamu fitting baju, kamu mau nikah juga dong sama dia. "

 " Iya kan beda Drian. Jadi, kamu ngapain nemenin Sofia fitting baju ?"

 " Ya ngga papa dong, kan dia sepupuku, masa aku nolak dimintain tolong buat nemenin. "

 " Sepupu ?"

 " Iya, Sofia itu sepupuku. Dia mau nikah bulan depan, suaminya masih cukup sibuk menyiapkan pesta mereka dan menyiapkan seluruh keluarga, jadi aku yang nemenin Sofia fitting, calon suaminya sudah fitting duluan sebelum Sofia. "

 " Jadi selama ini Reylisa..."

 " Dia salah sangka ?"

 " Sepertinya begitu, itu kenapa dia ngga mau nemenin aku hari ini. "

 " Tapi seharusnya ngga papa dong meskipun misalnya aku beneran fitting sama calon pengantinku. "

 Danisa akhirnya menyerah dan mengalir lah semua cerita tentang Reylisa, bagaimana Reylisa tidak mau keluar kamar selama 3 hari setelah ia memutuskan hubungannya dengan Adrian sampai tentang Reylisa yang masih mencintai Adrian hingga saat ini. Pada akhirnya, sebuah rencana terbersit dalam benak Adrian.

***

 " Datang aja lah Rey. Ngga ada salahnya kan. "

 " Salah Dan kalau yang ngajak itu Adrian. "

 " Cuma makan malam di sebuah restoran Rey, masa kamu ngga mau sih ngobrol banyak sama dia. "

 " Aku mau nyerah Dan. "

 " Gimana kamu nyerah kalo kamu masih sering ngeliatin kotak cincin yang dikasih Adrian. Gimana kalo kamu sekalian ngembaliin itu ke Adrian? "

 " Aku kan bisa titip kamu waktu kamu mau ke butik lagi. "

 " Kemarin Adrian bilang dia ngga ke butik lagi. Makanya ngajak kamu makan malam. Come on Rey, face him. "

 " Okay. Sekalian aku mengembalikan kotak cincin itu. "

 Malam itu Rey datang ke restoran tempat dia dan Adrian makan malam. Adrian sudah rapih dengan kemejanya yang digulung setengah.

 " Malam Rey. Pesan dulu. " Reylisa lalu memesan makanan pada pramusaji.

 " Gimana kabar kamu Rey ? "

 " Baik." Rey masih tidak sanggup menatap Adrian, ia lebih memilih menatap keluar jendela, restoran yang terletak di balkon sebuah gedung tinggi ini memberikan pemandangan kota yang cantik.

 " Rey, aku minta maaf atas apapun yang menurutmu salah. " Kali ini Rey menatap Adrian.

 " Tidak Dri, kamu ngga salah. Kamu cuma meraih mimpimu, hanya saja, aku terlalu lelah untuk menyamai langkahmu. Jadi aku memilih untuk tinggal dan membuat langkahku sendiri, dan aku tau kamu sudah membuat langkahmu dengan cukup baik. " Reylisa tersenyum manis, membuat Adrian merasa bernostalgia. Wanita dihadapannya ini masih ia cintai, selalu seperti itu sejak dulu.

 " Oh iya, aku berencana datang untuk mengembalikan ini. Rasanya ngga pantas aku nyimpan ini lagi, kamu sudah punya calon yang lebih pantas untuk menerimanya. " Reylisa lalu menyerahkan kotak  yang terbungkus kain beludru berwarna ungu gelap itu pada Adrian.

 " Aku kan sudah bilang Rey, cincin itu pas di jari kamu. Jadi boleh buat kamu. "

 " Tapi aku ngga enak sama Sofia."

 " Kenapa harus ngga enak ?"

 " Kamu kan mau nikah sama dia. "

 Adrian spontan tertawa mendengar pernyataan dari Reylisa.

 " Kenapa malah ketawa ?"

 " Kamu lucu sih Rey. Mana mungkin aku nikah sama Sofia, dia kan sepupuku. Lagian dia udah punya calon suami kali Rey. Malam ini mereka berdua lagi ngecek persiapan nikah mereka, soalnya bulan depan mereka udah nikah. "

 Reylisa diam, dia malu, mengumpat dirinya sendiri yang terlalu bodoh karena sudah berprasangkan. Muka Reylisa sudah memerah, ia memalingkan muka menatap keluar jendela lagi. Makanan menyelamatkannya. Mereka berdua terlalu fokus untuk makan sampai-sampai terlalu sedikit obrolan mereka dan kebanyakan dimulai oleh Adrian.

 " Hm..aku ijin ke belakang sebentar ya Rey. " Reylisa hanya mengangguk, Adrian lalu beranjak dari kursinya.

 Tidak lama kemudian semua lampu mati, kecuali satu lampu di tempat Reylisa duduk. Reylisa masih belum keheranan sampai saat Adrian sudah duduk rapi di depan sebuah piano, memainkan sebuah lagu. Lagu yang Reylisa kenal karena lagu itu adalah lagu kesukaan mereka berdua dan selalu diputar di dalam mobil saat mereka berdua sedang jalan berdua. Reylisa ingin menangis karena ingatannya saat bersama Adrian muncul melewati otaknya. Dan kini semua itu terlambat, semua itu hilang.

 " Untuk Reylisa Arfisiana. Aku masih mencintaimu seperti dulu. Aku selalu mencarimu, mungkin bagimu saat bertemu aku kemarin dunia ini sempit, tapi bagiku, 2 tahun tidak pernah menemukanmu, menurutku dunia ini luas. Rey, lihatlah ke luar, seluruh perasaanku aku curahkan di sana. "

 Reylisa berdiri, ia bergerak menuju ujung beranda. Ia terkejut dan tak sanggup lagi membendung air matanya. Di seberang sana, sebuah gedung dengan kaca-kaca yang menutupinya, lampu-lampu menyala membentuk sebuah tulisan secara bergantian.

 ' I love you'

 Tulisan itu yang tertera disana dengan lampu ruangan yang dihidupkan secara bergantian. Adrian sudah berdiri di samping Reylisa.

 " Belum selesai Rey."

 Reylisa masih menatap ke gedung itu. Tulisannya berganti, membuat air mata Reylisa semakin keluar tidak karuan.

 ' Marry me'

 Tulisan itu muncul kembali secara bergantian. Reylisa masih terpaku di sana, sedangkan Adrian sudah berlutut di depan Reylisa lengkap dengan sebuah kotak yang dibungkus dengan brokat berwarna putih.

 " Ms Reylisa Arfisiana, mungkin aku terlambat mengatakan ini. Mungkin seharusnya aku mengatakannya dari dulu sebelum kamu menghilang. Will you marry me ?"

 Reylisa diam, ia terpaku. Tidak pernah percaya bahwa akhirnya Adrian akan merencanakan sbuah lamaran yang romantis seperti ini.

 " Iya Adrian. Kapanpun kamu tanyakan, jawabanku akan tetap iya." Reylisa tersenyum dibalik air matanya yang sudah ia hapus tadi. Seluruh orang yang ada di restoran itu bertepuk tangan, ikut bahagia. Adrian mengenakan cincin itu pada jari Reylisa, lantas mencium wanita yang selalu ia cintai itu di keningnya.

***

married maybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang