"Ramadhan tiba, ramadhan tiba, ramadhan tiba, marhaban yaa ..."
Seorang gadis usia 18 tahun bersenandung pelan dalam langkahnya menyusuri jalanan komplek siang ini. Dilihat dari pakaian yang dikenakan gadis itu, sepertinya ia baru saja pulang sekolah. Rok lipit panjang kotak-kotak warna merah muda, kemeja warna putih polos, dan kerudung polos segi empat syar'i warna pink. Di kerudung itu tersemat sebuah nametag yang menunjukkan nama dari gadis itu. Haruno Sakura. Ia terus berjalan menuju rumahnya dengan santai.
Drrtt.
Sakura merasakan getaran pelan di saku rok lipitnya. Nama 'Bunda' muncul di layar ponselnya.
.
"Assalamu'alaikum, kenapa bun?""Wa'alaikumsalam... Sakura, kamu udah pulang?"
"Udah, Bun."
"Kamu mampir ke warung atau toko ya? Beli minyak, gula pasir, sama tepung terigu! setengah kiloan semua."
"Du--"
"Pake duit kamu dulu. Tenang aja, nanti bunda ganti di rumah." potong bunda Sakura. Ia bisa menebak apa yang akan di ucapkan putrinya. Dan benar saja tebakannya, Sakura terkekeh pelan dan pastinya bisa di dengar ibunya.
"Hehehe... ok, Bun!"
Sakura memasukkan kembali smartphone miliknya kedalam saku rok, kemudian melanjutkan langkah ke warung atau toko terdekat di sekitar komplek.
TOKO AMANAH.
Tulisan itu terpampang jelas di depan sebuah bangunan, menyambut netra Sakura. Tokonya bersih, rapih, dan luas. Mirip minimarket. Tidak seperti warung Abah Oro di samping rumahnya. Sempit, berantakan, yang punya juga enggak enak diliat. Serem.
'Astagfirullah... maafin *ana ya Allah. Ana khilaf,' sesal Sakura yang sempat membandingkan toko ini dengan warung Abah Oro. Ini pertama kali Sakura mengunjungi toko ini. Jadi, pikiran negatif seperti itu hinggap dipikiran Sakura tanpa diminta. Sakura masuk dan membeli bahan-bahan yang bundanya sebutkan tadi.
*sayaSakura sudah mendapatkan apa yang bundanya suruh dengan mudah. Karena belanjaan yang diambil sedikit, jadi ia tidak mengambil keranjang belanja yang sudah disediakan. Ia berjalan santai menuju kasir, kebetulan lagi kosong.
BRUKK!
Seseorang dari arah belakang menabrak tubuh mungil Sakura.
"Aduh! Gimana sih?! Kalo jalan liat-liat dong!" ketus Sakura, ia memungut belanjaannya di bawah. "Untung ngga pecah!"
"Sorry. Gue lagi buru-buru," ujar orang itu, datar.
'Nih orang minta maaf? kok kayak ngajak berantem ya?' batin Sakura. Ia masih sibuk memunguti belanjaannya sambil merunduk. Setelah selesai, ia berdiri tegak dan melihat wajah orang itu.
"Nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" gumam Sakura tanpa sadar.
Kulit putih bersih, hidung mancung, garis rahang yang terlihat tegas, apa lagi iris onix di kedua matanya. Benar-benar tajam, seakan-akan mengajaknya untuk ikut terperosok kedalam mata itu. Dua kata yang dapat Sakura simpulkan.
"Ganteng banget!" seru Sakura dengan keras.
"Gue emang ganteng neng," ujar abang kasir tiba-tiba.
"Idiiih PD banget sih! Bukan abang kasir lah! tapi abang ini...." Sakura menunjuk pemuda yang menabraknya tadi tanpa malu. Sedangkan pemuda yang ditunjuk, hanya menggelengkan kepala dengan dengkusan geli.
"Ya udah Kib, gue pulang dulu. Di tunggu Ibu," ujar orang itu setelah selesai membayar. Lalu, pergi setelah tersenyum sekilas ke arah Sakura. Bisa kalian bayangkan seperti apa wajah Sakura? Wajahnya merah padam!
KAMU SEDANG MEMBACA
❤Kolak Cinta Bang Sasuke❤
Fanfiction[SELESAI] Fanfic SasuSaku Ramadhan Ini bukan cerita Sasuke yang jadi CEO terkenal maupun ketua-ketua lainnya. Ini juga bukan cerita Sakura yang bad girl ataupun Sakura yang di siksa, nangis-nangis, terus happy ending. Ini cuma cerita Sakura masih...