Chapter 2

3.1K 431 67
                                    

"Beli apa?"

Sakura yang sedang melihat-lihat  beberapa kue di hadapannya langsung mendongak.

"Beli kola-- Abang ganteng! kita ketemu lagi. Dunia emang sempit, apa jangan-jangan kita jodoh kali yak?" ujar Sakura heboh setelah melihat pemuda di depannya adalah pemuda yang di temuinya kemarin siang. Pemuda yang membuatnya tersenyum tiba-tiba tanpa tahu tempat, dan  sempat diragukan tingkat kewarasannya oleh abi dan bundanya semalam.

Sasuke tidak memperdulikan ucapan Sakura.
"Beli apa? Gue lagi repot, nggak ada waktu buat ngobrol!" ujar Sasuke lagi.

'Wiih GGG ternyata, Ganteng-Ganteng Galak, hehehe'

"Oke-oke, ana beli kolak pisang empat, sama es buahnya satu, Bang."

Sasuke dengan cekatan memasukan kolak ke dalam gelas plastik yang di beri tutup agar kolak itu tidak tumpah. Lalu, meracik es buah di gerobak yang terletak di samping kiri.

"Semuanya Rp. 42.000,-"

Sakura mengeluarkan selembar uang pecahan lima puluh ribu, dan memberikannya kepada Sasuke.

"Nggak ada uang pas?" tanya Sasuke. Sakura menggeleng sebagai jawaban. Ia masih menatap wajah tampan dengan pandangan memuja.

"Nih, kembaliannya. Makasih udah mampir," ujar Sasuke, bibirnya tersenyum tipis. Untuk formalitas saja, agar pelanggannya tidak beralih ke tempat lain. Tapi reaksi Sakura?

Blussh!

Ia kembali merona melihat senyum tipis Sasuke yang ditujukan untuknya. Sakura mencoba menormalkan degup jantungnya. Dengan kepala merunduk ia mengambil uang kembalian dari tangan Sasuke.

"M-makasih."

"Hn, sama-sama."

Sakura berbalik meninggalkantempat itu namun ia urungkan.
"Oh iya. Abang ganteng, lain kali jangan galak-galak, pelanggannya pada kabur baru tau rasa," ujar Sakura tiba-tiba. Rona wajahnya sudah tidak ada.

"Galak-galak juga lo suka," timpal Sasuke jumawa.

Bluushh!

"I-iish... PD banget sih! Udah ah, ana mau pulang. Makasih, wassalam!"

Sakura buru-buru pergi dengan rona merah yang kembali menjalar di ke dua pipinya. Sasuke terkekeh pelan melihat reaksi Sakura.

'Manis.'

"Dia manis 'kan, de?" ujar Mikoto--ibu Sasuke--tiba-tiba. Sasuke mengerjakan mata beberapa kali, lalu berdehem guna menyamarkan rasa gugup yang tiba-tiba datang.

"Biasa aja, bu. Udah sepi ya bu?" tanya Sasuke mengalihkan pembicaraan.

Mikoto tersenyum. "Iya, kamu duduk dulu gih de, sambil nunggu pembeli!"

Sasuke menurut. Ia segera duduk di bangku yang sudah disiapkannya dari rumah.

Ini tahun ketiga dirinya menemani sang ibu berjualan saat bulan ramadhan tiba. Cukup menyenangkan. Di hari-hari biasa selain bulan ramadhan, ia akan membantu sang kakak yang memiliki sebuah cafe. Bisnis yang Sasuke dan kakaknya dirikan.

Sasuke terus teringat dengan wajah malu-malu Sakura yang terlihat lucu di matanya. Nampak menggemaskan. Ingin rasanya ia mencubit kedua pipi yang dengan lancangnya menarik perhatiannya.

"Kayaknya udah konslet deh gue... sadar Sas!" Sasuke menggelengkan kepalanya. Berusaha mengenyahkan wajah Sakura. Tapi percuma saja. Berkali-kali ia mencoba menghilangkan wajah itu, berkali-kali pula wajah itu kembali.

'Dia siapa?'
.
.
Sakura mengendarai motor maticnya dengan hati berbunga-bunga. Jalanan kota yang sedang macet dan ramai pun ia  anggap seperti jalanan di pedesaan, lenggang dan tenang. Meski sinar mentari sore tidak terlalu menyengat kulit, tetap saja akan terasa panas jika keadaannya seperti sekarang. Tapi, bagi Sakura itu bukan masalah besar. Hatinya masih sejuk kala mengingat kembali senyuman Sasuke.

❤Kolak Cinta Bang Sasuke❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang