Chapter 6.

2.6K 366 45
                                    

"Sakura, gue kangen."
.

.

.
"Bang Sasuke, ana kangen." Sakura bergumam pelan dengan kepala menunduk.

Tidak masalah dengan perasaannya sekarang. Toh, rindu bisa diobati dengan bertemu. Yang menjadi masalah adalah, Sakura bergalau-galau ria di depan pintu mushola! Ada sekitar tiga orang yang mengantri di belakangnya, termasuk sang kakak tercinta, Sasori.

Sasori yang sedang menunggu Sakura tak kunjung masuk pun mendengar gumaman dari adiknya.

"Sasuke? Siapa tuh?" tanya Sasori dari arah belakang.

"Astagfirulllah!" Sakura terkejut mendengar suara laki-laki di belakangnya. 

Tangan kirinya mengelus dada, sedangkan tangan kanannya terangkat hendak memukul lengan sang Kakak. Namun, aksinya itu harus tertunda saat seseorang menginterupsi mereka dengan nada garang.

"Heh bocah! Kalo mau KDRT jangan di pintu mushola!"

Sakura dan Sasori menilik ke belakang guna melihat si empunya suara. Pantas saja familiar, ternyata...

"Eh abah Oro, maafin abang Saso ya? dia mah suka gitu ke adek sendiri," ujar Sakura. Dia tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

Sasori yang mendengar dirinya menjadi tersangka, langsung menyergah tak terima. "Loh! Kok abang yang disalahin sih?! Kan Sa--"

"Eh bocah, di bilangin susah banget yak? Urusan rumah tangga di selesain di rumah! jangan di Mushola! Mau masuk aja repot banget. Minggir! Kita mau lewat," ujar abah Oro lagi, garang.

Sasori dan Sakura segera menepi dengan kepala tertunduk. Yang muda yang mengalah. (Kenapa nggak lansung masuk aja oyy!)
.
.
• Pulang tarawih.
.
.
"Abang imut, entar abis dari mall, anter Saki ke tempat langganan ana ya? Soalnya kemaren ana nggak ke situ. Sebelum ana pergi, seenggaknya sempet makan itu takjil dulu, yaa untuk terakhir kalinya mungkin."

Kepala Sasori menunduk. Ia menatap kosong udara didepannya.

"Apapun buat adek kesayangan abang, pasti bakal abang lakuin. Asal kamu seneng, abang juga ikut seneng." Sasori tersenyum kecil.

Tak menunggu waktu lama, Sakura langsung memeluk pinggang Sasori sayang. "Uluuh... abang ana yang paling the best lah pokoknya. Idaman banget. Jadi sayang."

Sasori pun membalas pelukan Sakura. Ia lingkarkan lengannya di bahu mungil sang adik. Kemudian berjalan beriringan.

"Nah gitu dong, akur. Kan enak diliatnya!"

Sakura melepaskan pelukannya pada Sasori, lalu menoleh ke asal suara tadi.
"Eh abah Oro, mau pulang bah?" tanya Sakura yang dijawab iya oleh oleh abah Oro.

"Bah, pulangnya ati-ati ya?" ucap Sasori tiba-tiba. Abah Oro mengernyit bingung.

Sasori paham dengan tatapan itu. "Ati-ati aja, takut di jalan ada yang nyulik."

Alis abah Oro semakin mengernyit bingung. "Emang siapa yang mau nyulik ane?"

"Bisa aja 'kan ada orang mabok terus gagal fokus. Dikira liat anak perawan, eh taunya...," ucap Sasori menggantung. Menyebabkan dua pasang mata menatapnya bingung, "aki-aki! Buahahaha!!!"

Sasori berlari tunggang-langgang menghindari amukan dari abah Oro.

"BIADAB LU BOCAH! DURHAKA! AWAS AJA LU NGUTANG DI WARUNG ANE LAGI! NGGA BAKAL ANE KASIH!!!" teriakan Abah Oro membahana.

'Ya Allah! Kenapa dia bisa jadi abang ana sih?! Kelakuannya beda banget sama ana.'

'Ana 'kan anggun, pemalu, sopan, elegant. Pokoknya semua yang baik-baik ada di diri ana deh!'
.
.
.
.
Sasuke bersiap berangkat ke lapak dagangannya. Berharap saat ia sampai di sana, gadis itu sudah berada di lapak seperti hari yang lalu-lalu. Dengan yakin, ia lansung berangkat setelah ibunya sudah duduk di atas jok motor.

❤Kolak Cinta Bang Sasuke❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang