#1

18.1K 746 27
                                    

Cuaca pagi ini sangatlah cerah, seperti biasa dan sudah menjadi rutinitas Ibu Kota dengan pemandangan macetnya yang entah kapan dapat terurai, terlebih lagi di hari Senin seperti ini, membuat aku dan beberapa orang lainnya berlomba-lomba menguasai jalanan untuk mempercepat perjalanan menuju tempat yang dituju.

Aku yang pagi ini kesiangan, berusaha semaksimal mungkin agar tidak terlambat memasuki mata kuliah pertama. 30 menit kemudian aku telah sampai dikampus dan langsung menuju gedung Fakultas Ekonomi, tempatku menimba ilmu.

Aku berjalan menyusuri lorong kampus dengan tergesa-gesa, seperti sudah menjadi rutinitasku di hari Senin, kemungkinan besar aku terlambat, Kali ini aku sedang menaiki anak tangga karena ruangan kelasku berada di lantai 2, dengan mengangkat sedikit rok yang kukenakan agar tidak menyandungku membuat fokusku terbagi 2, hingga aku nyaris terjatuh ketika hampir sampai pada anak tangga terakhir, aku menabrak seseorang, dan benar saja buku yang kubawa berserakan dilantai.

"Ma-maf kak, saya sedang terburu-buru" ucapku dengan sopan dan merapikan kembali buku yang kubawa, tanpa melihat siapa seseorang tersebut. Aku kembali berlari mencari ruanganku, namun baru beberapa langkah aku melaju, seseorang yang kutabrak tadi memanggil namaku, karena lorong lantai 2 terlihat sepi, spontan saja aku langsung membalikkan badan

"Alfira! Ini bolpoinmu ketinggalan" ucap seseorang itu yang ternyata laki-laki. Akbar Azzam Hanafi, teman seangkatanku dari jurusan Manajemen

"Ini bolpoinmu, buru-buru banget kayaknya sampe nggak liat saya, dikira kakak tingkat ya? Hmm" ucapnya seraya menyerahkan bolpoinku

"Oh iya ya ampun, thanks ya Bar. Saya duluan ya udah telat nih, maaf banget lho, Assalamualaikum" ucapku seraya mengambil bolpoin darinya dan tersenyum menampikan deretan gigiku lalu melanjutkan langkahku menuju kelas

Sesampainya di depan pintu kelas, aku langsung menyentuh handle pintu lalu membukanya dan langsung mencari kursi yang masih kosong, terlihat seorang perempuan sedang menepuk-nepuk kursi disebelahnya, siapa lagi jika bukan Annisa Kaila Malik, teman kuliahku bahkan sahabat keduaku sejak 3 tahun terakhir ini.

Saat ini aku adalah mahasiswi semester 5 jurusan Akuntansi di salah satu kampus di Jakarta, aku dan Asyifa masih satu kampus, hanya saja Asyifa lebih memilih untuk mengambil jurusan Manajemen, katanya pusing jika harus bertemu dengan Akuntansi, meski begitu aku dan Asyifa masih bersahabat baik hingga sekarang, walaupun kami berbeda jurusan kedekatan diantara kami tidak pernah pudar. Aku pun tak tau mengapa tertarik pada jurusan akuntansi yang sangat dihindari oleh beberapa orang karena proses menghitungnya yang bisa dibilang rumit, namun aku sangat menyukainya dan merasa tertantang untuk menyelesaikannya.

"Kayaknya mulai senin besok aku harus jemput kamu deh Ra" ucap temanku yang biasa dipanggil Kaila saat aku baru saja duduk di kursi sebelahnya

"Kenapa memangnya? Ban motorku baik-baik aja kok" timpalku yang membuat Kaila tertawa tertahan

"Iya ban motor kamu memang baik-baik aja, tapi kamunya yang sakit tiap hari Senin"

"Aku baik-baik aja La, kamu kenapa sih? kamu yang sakit kali nih" ucapku seraya menyetuh dahi Kaila

"Ampun deh ya, kamu pinter sama akuntansi tapi kenapa soal beginian lemot banget sih Ra? kamu itu punya kebiasaan buruk, sadar nggak sih? tiap Senin kerjaannya nyaris bahkan pasti telat mulu, mangkanya aku menawarkan diri untuk menjemput kamu tiap hari Senin gitu Ra" jelas Kaila yang kubalas dengan senyum kuda seraya menggaruk tengkukku yang tertutup hijab

"Hehehe, ya maaf La, aku juga bingung kenapa kaya gini tiap hari Senin, sejak SMA dulu aku juga sering kaya gini hehehe"

"Beruntung deh, tiap hari Senin semester ini dosennya dapat Bu Hanna coba kalo dapat Bu Ratih, tiap senin deh kamu harus pulang larut lagi karena rangkum materi untuk pelajaran selanjutnya" jelas Kaila membuat kami sama-sama bergidik ngeri, karena Bu Ratih memang terkenal sebagai dosen killer karena peraturan kelasnya yang benar-benar tidak bisa dinegosiasikan.

Takdir Imamku [SELESAI, PROSES SELF PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang