Seperti biasa, rutinitasku di senin pagi, pasti drama banget, tapi sayangnya nggak sekeren drama korea, aku kembali kesiangan pagi ini, efek begadang semalam yang memikirkan kalimat Mas Adi dan kak Airfan.
Pagi ini lebih heboh, karena hari ini merupakan hari ketiga Mas Adi dan Mbak Aisyah menginap dirumah, aku yakin pasti Mas Adi lebih bawel dari Bunda.
"Bundaaaa, aku kesiangan, tali sepatuku kemarin kemana ya? Bunda lihat nggak?" rengekku pada Bunda yang sibuk menyiapkan sarapan
"Kan kamu yang angkat sepatunya dek, masa talinya nggak ada sih? Coba di cek lagi" kata Bundaku yang meletakkan nasi goreng ayam keatas piring
"Nggak ada Bundaaaa, aahhh aku udah telat ini, hari ini persiapan materi jelang uas nih Bun, aduhhh" aku kembali merengek dan mengacak rak sepatu yang terletak dibawah tangga, baru saja aku akan merengek lagi, Mas Adi lebih dulu menceramahiku
"Jadi cewek udah cantik-cantik tetep aja kebiasaan teledor sama telatnya nggak ilang, kamu itu udah 21 tahun dek, masih aja nyusahin Bunda" cerocos Mas Adi kepadaku yang masih sibuk mengacak rak sepatu
Benarkan kataku? Mas Adi lebih bawel dari Bunda
"Bukan gitu Mas, aku cuma lupa aja" jawabku singkat
"Lupa kalo setiap hari apa bedanya sama teledor dek? Kebiasaan banget, gimana mau punya suami ini nanti huh" kata Mas Adi kembali menyinggungku soal pernikahan disaat situasi sedang seperti ini,membuatku kesal bukan main
"Mas, ceramahnya nanti aja deh. Aku bener-bener kesiangan, bantuin cari kek" gerutuku pada Mas Adi yang masih setia berdiri dibelakangku yang tengah berjongkok mengacak rak sepatu
"Nih, udah sana buruan pake" kata Mas Adi seraya menyerahkan tali sepatuku, bukannya berterimakasih, aku justru kembali menggerutu padanya
"Astagfirullahaladzim Mas ih, tega banget sih isengnya? Aku udah kesiangan, malah diisengin begini, tau ah kesel!" ucapku seraya meninggalkan Mas Adi yang masih berdiri dibelakangku
"Siapa yang iseng? Kamu itu su'udzon aja sama Mas, yang naro tali didalam sepatunya siapa? Ya allah bener-bener punya adek begini amat ya" jelas Mas Adi yang membuatku malu namun tetap membela diri
"Emang iya? Didalem sini tadi talinya?" tanya memastikan seraya mengikat tali sepatuku
"Au ah dek, salah mulu Mas dimata kamu huh" keluh Mas Adi kepadaku
"Ini ada apaan sih? Pagi-pagi kok wis ribut wae? (Pagi-pagi kok udah ribut aja)" tanya Ayah kepada kami yang kini sudah duduk dimeja makan
"Mbuh iku Yah, anakmu iku nek wis nyampur ya ngono asile, tukaran wae (nggak tau itu Yah, anakmu itu kalo udah barengan ya begitu hasilnya, ribut terus)" timpal Bundaku yang sedang membuatkan teh untuk Ayah
"Ihh Mas Adi duluan Yah, yang resek" ucapku seraya menyuapkan beberapa sendok nasi dan langsung meminum air mineral dan akan segera berpamitan
"Apaan Yah boong tuh si Fira, orang Adi malah bantuin dia tadi Yah nemuin tali sepatunya" bela Mas Adi pada dirinya sendiri
"Wis tho nak, ojo nggur tukaran wae. (Udah dong Nak, jangan cuma ribut aja), Adi panggil istrimu sana, jangan capek-capek masih hamil muda" kata Ayah melerai kami
"Tau tuh, istrinya urusin sana Mas, kasian kan Mbak Aisyah. Udah ah, aku berangkat dulu Yah, Bun, Mas. Salam buat Mbak Aisyah ya. Assalamualaikum" pamitku pada seluruh keluargaku seraya mencium punggung tangan mereka kecuali Mbak Aisyah yang masih menyiram tanaman di halaman belakang rumah
***
Seperti biasa dihari senin, aku selalu tergesa-gesa, entahlah padahal hari senin termasuk hari yang sangat mulia selain jum'at, tapi aku bingung selalu saja terlambat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Imamku [SELESAI, PROSES SELF PUBLISH]
DuchoweSeperti dalam perjalanan pulang, lalu kau temui persimpangan jalan, dan semua jalan tersebut adalah jalan pintas terbaik agar cepat sampai tujuan. Mana yang kau pilih saat ada dua orang laki-laki melamarmu? dia yang mencintaimu dalam taat, atau dia...