Mencoba Menemukan Jati Dirinya

56 7 3
                                    

"Dit sembuh yaa, sekarang lu udah dibawa ke rumah sakit Ditt" bisik Erlan, Biyan, dan teman dekat lainnya.

Nadine hanya duduk termenung melihat Radit yang sedang berbaring setelah sedikit mengalami operasi walaupun Radit sepertinya sudah terlihat fit tidak lemas seperti kemarin

"Walaupun rasa sakit operasi itu hanya sedikit, tapi ketahuilah nantinya akan ada luka yang amat mendalam. Diibaratkan pohon yang telah tertancap paku, walaupun paku sudah dicabut bekas nya pun tidak akan pernah hilang"

Nadine terus merenung, hingga datanglah Rina.

"Nad, ayo pulang kenapa daritadi lu masih di rumah sakit nganterin Radit?" kata Rina seraya membujuk Nadine perlahan yang dibalas anggukan pelan.

Hari mulai sore, Rina dan Nadine bergegas mencari taksi untuk mengantarkannya pulang kerumah. Tak lama, datanglah Erlan.

"Nad!" teriak Erlan diujung lahan parkir

Nadine mencari asal dari suara tersebut, sambil terburu buru Erlan lari menuju ke arah Nadine dan Rina.

"Lu mau pulang kan? ayo bareng gua aja" bujuk Erlan dengan yakin

Dengan segera Nadine langsung menarik tangan Rina dan langsung menuju ke arah mobil Erlan. Rina menunjukkan ekspresi kebingungannya, entah kenapa semenjak Nadine bertemu Radit, ia berubah. Apakah sejak saat itu Nadine mempunyai rasa?

Nadine duduk di jok belakang bersama Rina, Nadine yang masih dikatakan murid baru seperti ingin menanyakan segala isi pikirannya yang ada.

"Lan, gua boleh nanya gak?" kata Nadine dengan suara pelan

"Boleh kenapa Nad?" balas Erlan

"Radit kondisinya udah membaik?"

"Sudah Nad, kurang lebih 3hari lagi bisa pulang"

"Lan, memangnya Radit pernah jatuh seperti itu sebelumnya?" tanya Nadine seperti ingin tahu lebih

"Begini Nad, gua udah sekelas sama dia dari kelas 7. Selama gua sama Radit ikutin eskul bakset, dia gapernah ngalamin namanya jatuh sampai cedera kaki. Entah kenapa semenjak hari ini dia jadi lebih banyak memikirkan sesuatu" Erlan menjelaskan kepada Nadine, sementara Rina hanya diam mendengarkan

"Lan, tolong sampaiin ke Radit. Maaf gua gak sepenuhnya ngebantuin dia tadi" kata Nadine memohon

Seketika suasana di mobil berubah menjadi kebingungan. Apalagi Rina, yang sepertinya sudah menduga dari awal bahwa Nadine sedang mencari tahu jati diri Radit sebenarnya.

"emm, iya Nad gua bakal sampaiin" balas Erlan pelan

Tak lama kemudian mobil Erlan sampai persimpangan komplek, Nadine dan Rina segera turun dan berterimakasih. Nadine pun berpamitan kepada Rina, walaupun rumah keduanya tak terlalu jauh jaraknya.

Di jalan menuju rumah, Nadine terus saja memikirkan Radit, sampai saat ini pun Nadine masih tidak tahu bagaimana caranya Radit langsung membius segala dari isi pikirannya.

"Senja sangat indah dipandang, begitupun pelangi. Keduanya memiliki 2 persamaan, yang pertama sama sama mempunyai pemandangan indah, dan yang kedua sama sama pergi meninggalkan. Betul, hanya indah sementara dan langsung pergi meninggalkan tanpa membuat sebuah tanda"

***

Keesokan harinya Nadine seperti begitu bersemangat untuk ke sekolah, entah kenapa semenjak ia pindah ke Jakarta mood nya seperti berubah 100%.

"Rina!" teriak Nadine dari lorong kelas 9

"Nad! tumben dateng nya pagi pagi banget"
kata Rina yang hanya dibalas anggukan oleh Nadine

Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang