Prolog

6.3K 200 15
                                    

Putih,
Bersih,
Benarkah demikian?
Bukankah abu-abu?

"Bikin apa lo?" tanya Zilfa. Teman sebangku Alvino yang memiliki kepo tingkat tinggi.

"Bikin puisi?" tebak Zilfa saat Alvino tak mau memperlihatkan hal yang ditulisnya pada Zilfa.

"Buat siapa?"

Alvino hanya diam mendengar rentetan pertanyaan dari mulut cerewet Zilfa.

"Buat gue?"

"Tapi gue udah punya suami."

Sekarang Alvino mendelik menatap Zilfa yang berbicara dengan tampang tanpa dosanya. Menganggap hal yang dibicarakannya barusan bukanlah apa-apa.

"Kalo emang pengen banget sama gue ya gapapa sih. Lagian suami gue di Korea. Tapi siap kan jadi selingkuhan?"

Pletak!

Buku paket sejarah yang lumayan tebal mendarat dengan mulus di kepala Zilfa. Membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Ngayal mulu!" ucap Alvino ketus.

"Au ah!"

Zilfa pergi meninggalkan Alvino, memilih duduk ke belakang bersama Randy. Sedangkan Alvino hanya diam ditempat. Melanjutkan kembali tulisannya.

Atau kah hitam?
Bukankah lebih cerah

Alvino membaca kembali tulisannya. Belum berubah, dia sama sekali tak pandai dalam merangkai kata-kata. Apalagi sekarang fokusnya terpecah saat mendengar suara tawa Zilfa dan Randy.

Kenapa timbul
Cemburu

Dan seketika kertas yang baru saja berisi 8 baris kata itu remuk ditangan putih Alvino, saat dia menyadari apa yang baru saja ditulisnya.

Ini prolog bukan sih, - Wkwk

-Selasa, 12 Juni 2018

Sebenernya cerita ini pernah aku publish, tapi aku ubah lagi ceritanya. Karna kurang suka :v

AlvinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang