6|| Awal Kebingungan

1.1K 61 0
                                    

Selamat membaca 💕

🌙

Karena kemunculan hal tak biasa melahirkan sebuah kebingungan.

🌙

Langkah Alvino berhenti di depan pintu UKS. Setelah terdiam cukup lama. Alvino memberanikan diri untuk masuk.

Pandangannya bertemu langsung dengan Randy yang duduk di samping Zilfa. Laki-laki itu mengenggam tangan Zilfa. Alvino mendengus kesal melihat itu.

"Boleh gantian gue yang jagain Zilfa?" suara itu terdengar datar namun sarat akan usiran agar Randy segera pergi dari sana.

Paham dengan maksud Alvino, Randy segera berdiri. "Gue ke kelas dulu ya Zil."

"Oke Ran, makasih ya."

Randy tersenyum tulus. Ia menepuk bahu Alvino kemudian keluar UKS.

Kini Alvino kembali diam. Belum berani mendekati Zilfa yang tampak malas melihatnya.

"Lo ngejauhin gue ya?" lirih Alvino dari sudut ranjang UKS.

Mendengar itu, pandangan Zilfa melunak. Tidak! Tidak mungkin dia menjauhi Alvino. Alvino segalanya untuk Zilfa. Tadi hanya sisa-sisa kemarahannya kemarin.

"Gak peka banget. Tadi gue ngambek," aku Zilfa kesal. "Bodo ah!"

Senyum terukir di wajah Alvino. Seharusnya tadi ia tidak perlu banyak berpikir hal dramatis. Ia jadi malu sendiri.

"Ya abisnya chat Randy lo bales. Sedangkan gue enggak. Kan gue ngerasa gak enak," jelas Alvino sambil mengambil posisi di kursi samping ranjang Zilfa.

"Ya biarin aja. Kenapa lo nggak jemput gue kemarin sih, kalo gak bisa tuh bilang. Lo tau kan gue kan suka nunggu."

Alvino terkekeh. Entah mengapa ia rindu dengan omelan ini.

"Kemarin gue jemput Seli. Trus ada masalah sedikit."

Zilfa memutar bola matanya jengah. "Harusnya lo kasih kabar dong. Lagian ada masalah apa sih?"

"Mulai deh kepo nya kumat."

"Gue serius, nyet!"

"Btw, tumben lo berangkat sama tante Vera."

Mata Zilfa menyipit saat Alvino mengalihkan topik pembicaraan. Tapi ia terlalu lelah untuk menggali informasi dari Alvino lebih dalam. Mungkin dilain waktu.

"Emang gak boleh gue berangkat sama Mama gue sendiri?" tanya Zilfa sewot.

"Ya bukan gitu. Tapi kan tum-ben," jawab Alvino hati-hati. Ia tau masalah yang menyangkut dengan Vera menjadi topik yang sensitif bagi Zilfa.

"Gue juga gak tau. Tapi kayaknya ada yang Mama pengen omongin ke gue deh. Nggak tau juga lah, pusing."

"Kok lo mikirnya gitu?"

Zilfa juga tidak tau. Tapi melihat sikap Mamanya yang mulai banyak bertanya tentang dirinya membuat ia sedikit curiga, pasalnya Mama kadang tidak begitu perduli. Sesekali Zilfa juga melihat sang Mama terlihat akan bicara namun tidak jadi.

"Mana gue tau. Tanya aja sama otak gue."

Alvino tecengang mendengar jawaban Zilfa. Ingin rasanya mengetuk kepala gadis itu agar isinya sedikit normal. Tapi ia urungkan karena Zilfa dalam kondisi sakit.

Zilfa merentangkan tangannya ke depan Alvino. Disambut dengan tatapan bingung laki-laki itu.

"Pinjem ponsel," ucapnya saat Alvino tidak kunjung mengerti.

AlvinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang