🌙
Saat satu masalah belum terpecahkan, maka itu akan terus berlanjut.
🌙
Setelah Alvino mengambil tas Zilfa tadi, teman-temannya sepakat menjenguk Zilfa sepulang sekolah. Jadinya sekarang mereka berkumpul di kamar Zilfa. Untung kamar Zilfa cukup besar untuk menampung mereka.
"Eh Zil. Kok tumben banget si toa sakit," celetuk salah satu temannya. Tio, murid yang absensinya paling banyak.
"Lah lo kok tumben sekolah," balas Zilfa dengan senyum miring.
Tio berdecak kesal. "Au ah males gue!" Zilfa hanya melihat punggung laki-laki dengan rambut gondorong itu keluar kamarnya. Mungkin menyusul yang lain di ruang tamu.
Kadang ia merasa heran. Bagaimana Tio bisa kabur setiap razia rambut di sekolahnya.
Zilfa melirik teman-teman perempuannya yang berkumpul di samping ranjangnya. Mungkin mereka merasa canggung, pasalnya setelah pergantian kelas, Zilfa belum mencoba mengenal siswi di kelasnya. Hanya beberapa siswa yang sering mengganggu Zilfa atau teman sekelasnya kelas sepuluh dulu yang cukup dekat dengannya.
"Kuy duduk di sini," ucap Zilfa sambil menepuk-nepuk tempat kosong di samping ranjangnya.
Setelah semuanya duduk. Arin, sang sekretaris membuka topik pembicaraan. "Eh, rekomandasi drakor yang seru dong!"
"Emang yang suka Korea disini siapa aja?" tanya Zilfa.
"Semuanya," sahut Nadia. "kecuali gue sih. Gue sukanya anime. Tapi kalo ngobrol soal drakor masih nyambung. Soalnya kakak gue kecanduan drakor."
"Kok gue baru tau sih. Kan kalo gitu kita bisa barter," ucap Zilfa tidak percaya.
"Ya lo nya gak pernah gabung sama kita-kita sih," sahut Arin. "Nempel mulu sama Alvino. Kan kita canggung mau ngajak."
Mendengar pengakuan temannya membuat Zilfa sedikit merasa bersalah. Mulai dari sekarang ia akan lebih sering berkumpul dengan teman perempuan di kelasnya. Bukan bersama Alvino, Randy atau ketiga sahabatnya yang beda kelas. Ia harus berbaur dengan yang lain. Harus!
Ditengah obrolan mereka. Datang Vera dengan senyum hangatnya. Zilfa berkedip beberapa kali melihat pemandangan itu.
"Ayo kita makan dulu. Yang lain udah pada nunggu," ucapnya lembut.
"Iya tante," balas teman-teman Zilfa sopan.
"Ayo Zil."
🌙
Setelah kepulangan teman-temannya, Zilfa duduk di sofa ruang keluarga. Menyaksikan Alvino dan Brian yang sedang bermain playstation. Sebenarnya itu bukan milik Zilfa, tapi milik Alvino.
Namun laki-laki itu tidak akan mau membawa benda itu kerumahnya. Sebab, barang yang tidak berguna seperti itu akan langsung disingkirkan oleh Papa nya Alvino. Bisa dibilang keluarga Alvino mempunyai aturan yang cukup ketat.
"Hai," sapa laki-laki dengan jus jeruk di tangannya. Dia Randy.
"Loh! Bukannya lo tadi udah pulang ya?" tanya Zilfa heran.
"Ini gue masih disini,"
Zilfa mendengus. "Yaudah deh. Cepet abisin minumnya trus pulang sana."
Mendengar ucapan galak dari Zilfa Randy malah terkekeh. "Lo tuh gak bisa galak Zil."
"Siapa bilang gue gak bisa galak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvino
Teen FictionSelalu berada dalam tiga besar, tidak pernah mendapatkan hukuman, tidak pernah masuk ke ruangan Bk, dan tidak pernah terlibat asmara. Semua hal tersebut membuat Alvino merasa hidupnya, hampa. Berjalan begitu saja tanpa adanya guncangan. Intinya kehi...