Terkadang bertingkah menyebalkan dipilih untuk menahan orang yang disayang agar bisa lebih lama bersama.
🌙
Selama hampir satu jam, Zilfa asyik menyaksikan drama Korea di balik buku paketnya. Mengabaikan Pak Broto, guru Kimia yang terkenal Killer berbicara di depan. Menjelaskan materi tentang Hidrokarbon.
"Zil," panggil Alvino yang baru menyadari kelakuan teman sebangkunya. Namun tak dihirakukan oleh Zilfa. Cewek berkaca mata itu malah senyum-senyum sendiri.
Sebagai teman yang baik, Alvino mengambil handseat dan merampas ponsel Zilfa yang masih menyala.
"Alvino!" protes Zilfa saat Alvino merebut ponselnya begitu saja. Ia menatap Alvino tidak suka, tapi tatapan itu melunak ketika Alvino balas menatap Zilfa garang. "Please, tinggal 20 menit lagi."
Alvino segera mematikan ponsel Zilfa sebelum perempuan itu merengek dengan wajah memelasnya. Kemudian menyimpan ponsel Zilfa ke dalam tasnya.
"Sekarang lagi belajar, Zil," kata Alvino pada Zilfa yang kini menelungkupkan wajahnya di atas meja.
"Percuma, gak bakalan ngerti juga," sahut Zilfa malas.
Alvino yang tidak suka dengan ucapan pesimis Zilfa barusan, menarik tangan Zilfa sehingga mau tak mau membuat tubuh Zilfa kembali tegak.
Laki-laki albino itu memfokuskan tatapan pada Zilfa. Menatap tepat pada manik mata coklat pudar milik Zilfa. "Denger! Cukup perhatiin aja," jeda sebentar. "kalo gak ngerti, nanti bakalan gue ajarin lagi."
"Kok jadi so sweet gini sih, Vin," senyum jahil mulai terlihat di wajah kekanakan Zilfa. "lama-lama gue baper."
"Terserah."
Alvino kembali memfokuskan dirinya pada penjelasan Pak Broto. Mengabaikan Zilfa yang terus menatapnya dengan wajah sok imutnya. Seharusnya tadi dia membiarkan saja cewek berambut sepunggung ini menonton sampai jam pelajaran usai.
"Eh, ampunn!" Zilfa menahan tangan Alvino yang baru saja menyentuh buku paket di depannya. Ia sudah tau apa yang akan dilakukan Alvino. "Gue bakalan perhatiin Pak Broto kok."
"Perhatiin pelajarannya, bukan Pak Broto."
"Maksudnya itu," balas Zilfa kemudian menatap papan tulis yang seketika membuatnya mengantuk.
"Dan jangan modus!"
Tepat setelah Alvino mengatakan hal tersebut, Zilfa menarik tangannya dari atas tangan Alvino. "Yang bikin gue modus siapa!" cibirnya.
🌙
Bel istirahat berbunyi. Obat dari penat yang dirasakan selama jam pelajaran. Buktinya Zilfa yang dari tadi berusaha menahan kantuknya tiba-tiba berdiri.
"Mau kemana?"
"Mau ke kantin lah, emang kemana lagi?" jawab Zilfa tak suka. Sudah tau jam istirahat, pasti ke kantin lah. Seperti tidak mengenal gadis bertubuh mungil ini.
"Materi tadi udah paham?"
Zilfa yang baru saja akan beranjak pergi kembali duduk di bangku nya. Menatap Alvino dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Please! Makan dulu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvino
Teen FictionSelalu berada dalam tiga besar, tidak pernah mendapatkan hukuman, tidak pernah masuk ke ruangan Bk, dan tidak pernah terlibat asmara. Semua hal tersebut membuat Alvino merasa hidupnya, hampa. Berjalan begitu saja tanpa adanya guncangan. Intinya kehi...