“Kadang untuk menjaga perasaan seseorang, kita juga harus mengorbankan perasaan sendiri.”
-Yunnipm-
***
Fathur berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Ini pukul lima sore hari, dia baru saja menyelesaikan latihan futsalnya. Keringat yang jatuh terus membasahi wajahnya, membuatnya semakin terlihat begitu manawan. Sambil berjalan, ia mengetikkan beberapa huruf untuk Andira.
Fathur :
Setelah pulang ini, kakak boleh main ke rumah gak?Andira :
Mau ngapain?Andira :
Jangan dulu deh kak :(Fathur :
Iyaya, mau ngapain :vFathur :
Yaudah, aku langsung pulang ajaAndira :
Wkwk
Iyaaa kakFathur :
Gitu doang?
Gue mau pulang ini :v
Ucapin kekAndira :
Ohhh🙄
Hati-hati kak😅Fathur :
Iyaa, pasti hati-hati kokSetelah mengirim balasan pada Andira, Fathur kembali memasukkan ponselnya ke saku celana. Kini fokusnya tertuju pada mobil yang kini terparkir didepannya.
Begitu masuk ke dalam mobil, ia menyalakan mobil dan menuju ke sebuah kafe minuman. Singgah untuk membeli minuman favoritnya.
Matanya memandangi sekeliling kafe. Ia mulai berjalan masuk ke dalam kafe. Memesan minuman, menunggu sebentar sampai pesanannya datang. Fathur kembali keluar dari kefe.
Sampai di teras kafe, langkahnya melambat. Matanya menatap bisu ke arah seorang gadis yang juga melakukan hal yang sama seperti dirinya. Fathur tetap berjalan, meskipun dengan langkah kecil, ia tetap mencoba biasa saja.
Gadis itu tersenyum manis padanya. Langkahnya terhenti begitu sampai di depan Fathur. Fathur ikut berhenti dengan wajah datarnya. "Senang ketemu kamu di sini," ucap gadis itu.
Tidak merespon apa-apa selain hanya helaan napasnya. Fathur berusaha tetap memandangi Nadia dengan tenang.
"Thur, aku... mungkin kita ketemu di sini, aku pikir, ini waktu yang pas buat ngucapin kata perpisahan." Nadia tersenyum sangat manis.
"Kamu tau, kalo beberapa waktu lalu kita putus, dan aku belum sempat ngucapin sepatah kata perpisahan, aku juga minta maaf. Aku... aku pikir Andira emang orang yang tepat buat kamu. Aku tau, pilihan kamu itu gak pernah salah. Maaf, ya, kalau selama ini aku suka bikin kamu susah, bikin kamu ngerasa kalo, mungkin aku terlalu protektif, terlalu ngekang kamu, karena aku pikir—"
"Nadia," panggil Fathur membuat Nadia menghentikan perkataannya.
"Terlalu banyak ngomong, ya?" Nadia tersenyum miris. Ia menghela napas, lalu kembali tersenyum untuk menetralkan rasa. "Maaf, ya."
"Gak usah minta maaf, kesannya gue yang salah."
"Kamu yaa gak salah, aku mungkin yang salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
Teen FictionAku itu hanya cewek biasa yang nggak punya keberanian mengungkapkan perasaan. Dengan status kita yang sebagai pacar pura-pura itu aku bisa merasakan setidaknya sedikit perlakuan manismu. Tetaplah seperti ini. Tetaplah berpura-pura mencintaiku, sampa...