9. Ketololan yang Hakiki

43 5 1
                                    

"Aku sadar betul siapa aku, aku bukan sesuatu yang kamu utamakan, bukan sesuatu yang kamu banggakan, apalagi yang kamu idamkan."

- Rainbow -

PAGI ini matahari bersinar seperti biasa. Namun, Andira tidak secerah sinar matahari pagi ini. Ia berjalan loyo menuju selasar kelas yang sepi. Pikirannya tertuju tentang bagaimana reaksi Fathur saat dirinya yang menolak untuk dijemput hari ini ke sekolah.

Setelah menyimpan tasnya dan duduk, Andira langsung dibuat kaget oleh salah satu siswa yang memanggilnya.

"Kak Fathur tuh nyariin lo," ucap cowok itu pada Andira.

Andira berdiri lagi. Kekhawatirannya kali ini benar-benar menjadi. Apapun pertanyaan Fathur nanti, dia sudah tanamkan dalam diri untuk menjawab dengan santai.

Bagaimana mau santai? Kalau sudah melihat Fathur berdiri dengan tangannya yang ia masukkan ke dalan saku celana saja sudah membuat Andira menunduk. Berdebar.

"Lo marah sama gue?" tanya Fathur pelan.

Andira menggeleng sambil menunduk. Ia seolah tidak berani menatap mata Fathur.

"Andira," panggil Fathur pelan. Cowok itu menghela napasnya. Andira mendongak perlahan.

"Maaf kalo kejadian kemarin-"

"Gak apa, kok, Kak. Aku ngerti." Andira mencoba tetap tersenyum paksa dan malah terlihat tidak ikhlas.

Fathur mengangkat sebelah bibirnya tersenyum miring. "Gapapa? Tapi, senyumnya biasa aja, gak usah dipaksa gitu."

Wajah Andira berubah datar. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Mending tadi gak usah senyum aja, Andira membatin.

"Cemburu, ya?" tanya Fathur santai. Dia semakin tertarik bertanya sesuatu yang sensitif karena melihat ekspresi dan tingkah Andira yang jadi aneh.

Andira diam. Kicep. "Eng-gak. Biasa aja, aku maklumin kok kalo kakak mungkin emang.... " Andira manggut-manggut sambil berpikir kelanjutan kalimatnya sendiri.

"Apa?"

Aduh, mampus gue.

"Kemarin, Nadia mau ngucapin kata perpisahan, dia minta gue peluk. Emang salah waktu itu gue peluk dia, tapi dia nangis dan gue gak tega, Dir."

Andira termangu mendengar penuturan Fathur.

Lalu gimana kalo aku yang nangis, Kak?

Ingin rasanya Andira lontarkan kata-kata itu juga. Sayangnya dia tidak punya nyali yang banyak. Saat ini saja, rasanya dia ingin berlari ke dalam kelas dan bersembunyi.

"Permisi," ucap seorang cewek yang mengalihkan perhatian keduanya.

"Cit-"

"Andira katanya dipanggil sama Bu Juriah, ada tugas yang belom lo kumpulin." Cewek dengan kuncir kuda itu memotong ucapan Andira.

"Bu Juriah?" kata Fathur heran.

"Eh, iya. Aku permisi, Kak," kata Andira cepat, ia langsung menarik tangan Citra agar berlalu dari sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang