I

20.2K 1.5K 38
                                    

hari ini aku tidak melakukan banyak hal. seperti biasa, hanya memandang langit biru di kursi dekat pohon mahoni. suasana kampus memang ramai, tapi sekitarku sepi.

sudah setahun aku sekolah di sini. kalau aku sebut mengejar gelar S. Psi, mungkin akan dicap orang salah. jadi, sebut saja aku di sini demi memanjangkan namaku. nantinya jadi Aliya, S. Psi.

hobiku tidak banyak, sekitar dua atau tiga. salah satunya menggambar. tanganku bergerak menggores granit berlapis kayu membentuk sosok lelaki yang ada jauh di hadapanku. kuukir senyumnya sedemikian rupa agar hasilnya indah.

saat kudongakan kepalaku lagi, lelaki itu melihatku dan melempar senyum lebarnya. aku tidak kuasa menahan malu sehingga langsung kutundukkan kepalaku. buru-buru kurapikan peralatan gambarku dan pergi dari sana.

tapi, tangan besar yang dingin menangkap tanganku, membuat berbalik sepenuhnya.

"mau pergi kemana?" jaemin bertanya tanpa melepaskan genggamannya.

"ke kelas. kamu ngapain di sini?"

"yah, baru aja ketemu kamu. masa udah mau pergi lagi." sudut bibirnya turun kecewa, membuatku menangkup wajahnya.

"aku harus ke kelas, na. nanti aku bisa telat."

jaemin mendengus sebal. dia menarik tanganku dari wajahnya dan menggenggamnya erat. "yaudah deh. kalo kamu udah selesai, telepon aja ya. aku tungguin."

aku menggeleng pelan. "jangan, na. aku belum jelas pulang jam berapa."

"kan bisa telepon. aku tunggu ya."

jaemin memang keras kepala seperti biasanya. aku tidak bisa menolaknya, jadi kuiyakan saja. bibirnya pun melengkung ke atasㅡbagaimana kamu bisa semanis itu, na.

"iya deh. nanti aku telepon."

"sip. belajar yang fokus, oke?" jaemin mengusap kepalaku lembutㅡaku sangat menyukainya. namun, ada sedikit perasaan yang tidak bisa kujelaskan; perih.

aku berbalik dan menyeret langkahku menuju gedung kampus. kueratkan dekapanku di sekitar buku-buku yang kubawa, tiba-tiba jaemin berteriak dari belakang.

"aliya!"

lelaki itu memanggilku sehingga aku menoleh padanya. senyumannya kian melebarㅡkenapa aku merasa perih?

"aku mencintaimu!"

dia berteriak tanpa peduli diperhatikan oleh sekitar. sesaat kulihat dekan menghampirinya dan menarik daun telinganya sebelum aku berjalan kembali karena tidak suka menjadi pusat perhatian.

tentu. aku tidak akan melupakannya. bahkan saat aku tertidur, aku tidak kuasa melupakannya. []

metanoia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang