XVI

3.8K 729 14
                                    

aku berdiri di samping stan puding. mulutku mengunyah puding lembut itu. sudut bibirku naik ke atas saat rasa manis mengalir dari lidahku ke kerongkongan.

"lo dateng rupanya." suara itu terdengar familiar.

kulirik mataku dan menemukan jeno tengah bersandar di sampingku. tangannya memegang segelas champagne, lalu bibirnya menyentuh gelas itu.

"udah gue bilang, jangan dekati gue."

"karena itu gua berdiri agak jauh."

aku memutar bola mataku malas. "terserah."

"kenapa gak sama jaemin?"

"haruskah lo tahu alasannya?"

jeno menyungging senyum menyebalkan. "nggak. karena gua sudah tahu."

"kalo gitu, diam saja."

memang, sedari tadi aku berdiri di sini memerhatikan jaemin bersama soojung sambil memakan puding. mereka berdua sedang berbicara dengan anggota himpunan lainnya.

"nggak gabung sama mereka?"

jeno mengedikkan bahunya. "malas."

"oh," aku berdeham.

"nggak bosan?" tanya jeno.

aku mengangguk. "bosan liat lo."

"masa sih?"

"hm, lo tau banget, jen."

"aliya."

"apa?"

"hari ini lo pakai lipstick matte."

"ya."

aku sama sekali tidak ingin bicara dengannya. aku takut jaemin akan melihat kami.

"gua suka."

"makasih."

jeno tersenyum lagi. dari ekor mataku dapat kulihat dia masih memerhatikanku.

"aliya."

"apa lagi? berhenti panggil gue, jen."

"gue boleh cium lo?"

mataku langsung tertuju pada jeno yang menatapku. dia seakan menyihirku dengan matanya.

aku langsung menggeleng dan menaruh mangkuk puding di meja.

"gue harus pergi, jen."

jeno hanya tersenyum miring. sihir apa lagi yang ingin kamu gunakan padaku, jen?

dan sepuluh menit kemudian, aku menyesali perbuatanku.

seandainya aku tidak pergi. seandainya aku tetap memakan pudingku.

akankan kejadian mengerikan tidak terjadi?

"aliya, cepat keluar! jaemin berantem sama jeno!" []

metanoia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang