XXV

4.4K 727 29
                                    

aku mendorong jaemin hingga pelukannya terlepas. aku menatapnya tidak percaya. terlihat dia berusaha untuk mengontrol emosinya.

"jaemin." aku mulai kesulitan untuk bernapas. "akuㅡ"

"kamu tidak mau pergi denganku?"

"dengarkan aku dulu."

"aliya, aku minta maaf."

"aku sangat minta maaf, jaemin!" teriakku.

jaemin hening sesaat. aku membiarkan air mataku lolos dan jatuh terduduk. tangisku mulai sesenggukan.

"maafkan aku, jaemin. aku tahu, aku adalah orang yang paling tidak tahu terima kasih. aku sangat egois hingga tidak mau melepaskanmu ataupun dia." aku menarik napas dalam dan air mataku tumpah. "kamu tidak berhak baik padaku, jaem. seharusnya kamu membenciku. seharusnya kamu meneriakiku sebagai jalang, jaem!"

"aku tidak mungkin berteriak seperti itu padamu, al. kamu adalah perempuan baik-baik."

"tapi, nyatanya aku berkhianat. aku menyakitimu!"

"tidak, kamu tidak menyakitiku, al."

"jaem, kumohon." tangisku mulai menghalangiku bernapas lancar. "benci aku, jaem."

jaemin terdiam sebentar. dia menatapku dengan pandangan yang tidak bisa kujelaskan. dia bisa saja menamparku, tapi dia berusaha keras tidak melakukannya.

"kamu bahagia dengan jeno?" aku mendongak dan melihat matanya yang sudah memerah. "sejak kapan kalian bersama?"

"sejak aku mempertemukan kalian, atau sejak ulang tahunku?"

"iya, jaem..." lirihku. suaraku hampir lenyap karena tangis yang tidak berhenti.

jaemin menghela napas panjang. "aku tidak akan semarah ini jika orang lain, tapi jenoㅡdia sahabatku, al. kamu tahu sendiri!"

suaranya yang semakin getar membuatku takut untuk menatapnya. aku tahu, dia begitu marah padaku.

dan aku akan terima apapun yang dia lontarkan padaku.

"aku sudah memercayaimu selama sepuluh tahun, al."

"dan aku semakin memercayaimu selama tiga tahun."

"bagaimana bisa... kamu setega itu padaku, al?"

"apa yang membuatmu pergi dariku?"

"aku sangat mencintaimu."

"katakan saja aku posesif."

"katakan saja aku terobsesi."

"kenyataannya, aku tidak mau kehilanganmu."

"tapi aku memang mencintaimu."

"dan aku minta maaf karena mencintaimu."

"tidak, jaem..."

"maaf aku tidak menyadari kamu tidak bahagia denganku."

"maaf aku tidak peduli padamu."

"maaf aku terlalu sibuk dengan kegiatanku belakangan ini."

aku mengusap air mataku dan menarik napas dalam. perlahan, dia melonggarkan pelukannya sehingga aku dapat bernapas dengan benar.

"jaemin, kamu terlalu baik untukku. dan aku sangat menyakitimu. karena itu, lupakan aku sekarang. kumohon."

biarkan aku menyakitimu untuk terakhir kalinya, agar kamu dapat melupakanku segera.

"maafkan aku, al..." jaemin menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyum yang memilukan. aku hanya mampu membeku di tempatkuㅡtidak bergerak maupun berkedip.

"aku akan berusaha merelakanmu mulai sekarang."

salju pertama di bulan desember.

dan air mata pertama yang jaemin teteskan di depanku. []

metanoia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang