Part 8

2.7K 459 158
                                    

Happy Reading!

.
.
.
.
.


Sebelum Wendy datang ke asrama.


21 Januari 2017.

"Rena, kamu udah selesai kerjain tugasnya?" tanya Seulgi ketika melihat Rena sedang memasukkan buku ke dalam tas.

Rena tersenyum senang. "Udah nih, Seul. Kamu belum?"

Seulgi menggeleng lesu. "Belum nih. Susah banget soalnya. Haaaah, aku benci matematika."

Rena tertawa melihat Seulgi. Lucu sekali sahabatnya yang satu ini.

"Aku bantuin kamu deh, Seul. Tapi nanti ya, soalnya aku mau ke koperasi dulu."

Dahi Seulgi berkerut. "Kamu mau ngapain ke koperasi?"

"Mau beli pembalut sebentar. Udah habis. Kamu mau titip sesuatu?"

Seulgi memutar bola matanya ke atas, mengingat-ingat keperluan apa yang harus dia beli di koperasi. "Hm, kayaknya gak ada, Ren."

Rena mengangguk paham. Gadis berambut sepinggang itu mengambil dompetnya yang ada di dalam laci.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Seul." pamit Rena.

Seulgi mengangguk. "Oke."

Rena menutup pintu kamar dengan pelan. Suasana di lorong lantai 3 sangat sepi, tidak ada satu murid pun yang keluar dari kamar. Wajar saja, karena pihak asrama tidak memperbolehkan murid-muridnya keluar dari kamar setelah makan malam.

Rena berjalan pelan menyusuri lorong dan menuruni tangga dengan hati-hati. Tidak memakan waktu sampai 2 menit, Rena telah sampai di lantai 1 Gedung B.

Rena menoleh ke sekelilingnya. Sama seperti lantai 2 dan 3, suasana di lantai 1 pun sangat sepi. Di sela-sela atas pintu tidak ada satu lampu pun yang menyala, menandakan jika para penghuni kamar tersebut sudah tidur.

Lantai 1 memang merupakan kamar murid tingkat 3. Murid tingkat 3 memang biasanya tidur lebih awal dikarenakan harus bangun lebih pagi dibanding murid tingkat 1 dan 2. Bangun lebih awal itu merupakan kebijakan asrama. Pihak asrama beranggapan, bahwa senior harus memberikan contoh yang baik kepada para juniornya.

Rena melangkah keluar dari Gedung B. Dirinya disambut oleh terpaan angin malam yang dingin. Rena mengusap tangannya, berusaha menghangatkan diri. Kaki mungilnya melangkah dengan cepat menuju koperasi.

Kehadiran Rena disambut oleh penjaga koperasi, Bu Sunny. Setelah mencari pembalut dan membayar harganya, Rena keluar dari koperasi dan lagi-lagi dia disambut oleh terpaan angin.

"Dingin banget ya."

Rena segera menjauh dari koperasi. Di sini dingin sekali, dia ingin segera tiba di kamar.

"Kenapa jarak koperasi dengan gedung jauh begini sih?" Rena mendengus.

Selama perjalanan, Rena terus meniupi tangannya, berharap uap hangat yang keluar dari mulutnya bisa memberikan sedikit kehangatan untuknya.

Rena mengamati sekelilingnya. Halaman asrama sangat sepi. Hanya ada suara jangkrik dan nyiur angin malam. Selain sepi, halaman juga terlihat sangat gelap. Padahal di setiap sudut halaman terdapat lampu taman, tapi kenapa tidak dinyalakan saja sih?

Pandangan mata Rena beralih ke langit malam yang gelap. Beruntung perjalanannya ini ditemani oleh bulan purnama. Meskipun sosok bulan itu hanya nampak setengah, Rena bersyukur karena sinarnya cukup menerangi jalan.

▶Concealed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang