Part 13

3.1K 447 201
                                    

Halo, siapa yang kangen ff ini? /pede banget anjay/

Happy Reading!

.
.
.
.
.

Sesuai informasi yang didapat internet, malam ini bulan purnama menampakkan dirinya di langit yang gelap. Itu tandanya, Chanyeol dan Wendy harus bersiap menjalankan rencana mereka.

Siang hari tadi, mereka sudah membeli banyak sekali snack untuk mengganjal rasa lapar karena tidak makan malam. Yups, Wendy dan Chanyeol sengaja tidak makan malam hari ini. Keduanya hanya menampakkan diri di ruang makan, lalu berpura-pura makan. Untung saja Seulgi sedang bergabung dengan Joy dan yang lain. Jika tidak, mungkin rencana mereka ini akan gagal.

Wendy dan Chanyeol kembali ke kamar, menunggu saat yang tepat untuk menggerebek dan menciduk Han Ye Seul di tempat ritualnya. Jam tidur asrama dimulai pukul 21:30. Berarti, kemungkinan persiapan ritual mulai dilaksanakan sekitar jam 23:00 karena biasanya ritual dimulai jam 00:00.

Sembari menunggu, Wendy dan Chanyeol memakan beberapa bungkus snack. Sebelumnya Chanyeol sempat memeriksa bungkus snack. Tidak ada bekas suntikan atau apapun itu.

"Masih ada waktu setengah jam sebelum ritual dimulai." Chanyeol berujar, mulutnya mengunyah snack yang masih tersisa lalu menelannya dengan perlahan.

"Kak, kakak yakin sama rencana kakak?" tanya Wendy khawatir. "Itu berisiko banget, kak. Kakak kan gak tau mereka ada berapa orang dan bahaya apa yang mungkin mengintai."

Chanyeol menoleh pada Wendy. Meskipun kamar sedikit gelap karena lampu memang sengaja dimatikan, Chanyeol masih bisa melihat wajah Wendy.

Perlahan tangan Chanyeol terangkat ke atas, menyentuh puncak kepala Wendy dan mengelus rambut gadis itu dengan lembut. "Kamu tenang aja ya, dek. Aku ini detektif profesional. Aku udah biasa banget nanganin kasus yang bahkan mungkin lebih berbahaya daripada ini. Aku udah tau harus melakukan apa."

Wendy menunduk. Entah mengapa, dari tadi Wendy merasa gelisah dan khawatir.

"Bukannya bakalan lebih aman kalau aku juga ikut kakak? Aku bisa sedikit bela diri kok, kak."

Chanyeol menggeleng dan tersenyum lembut pada Wendy. "Justru bakalan lebih bahaya lagi kalau kamu ikut." tangan Chanyeol beralih pada tangan Wendy yang sedang memegang bungkus snack. Dia genggam tangan mungil itu, membuat bungkus snack terjatuh begitu saja di lantai.

"Aku gak mau kamu kenapa-napa, dek. Karena ㅡ" Chanyeol menarik napas sejenak. "Kamu adalah prioritas aku, dek. Aku udah janji sama kamu kan kalau aku akan bebasin kamu dari sini? Sebagai pria sejati, aku harus menepati janji itu. Aku akan baik-baik aja, dek. Kamu harus percaya itu."

Wendy terdiam mendengarnya. Hatinya masih merasa risau, meskipun Chanyeol selalu meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

"Lagian, aku mau mengakui sesuatu, dek." Chanyeol lagi-lagi menarik napas, memejamkan matanya sejenak, dan kembali menatap Wendy dengan serius.

"Mungkin kamu merasa aneh karena kita belum lama kenal. Tapi, entah sejak kapan jantungku terus berdetak kencang setiap kali melihat kamu, dek. Ada rasa bahagia di hati ini ketika melihat kamu tertawa karena aku, dek. Aku ingin selalu melindungi kamu, meskipun nyawaku sendiri yang menjadi taruhannya. Awalnya aku gak tau ini perasaan apa, tapi aku sadar kalau ini perasaan cinta." ujar Chanyeol panjang lebar.

Wendy tertegun mendengarnya.

Chanyeol kembali berujar, "mungkin kamu akan menganggap aku cowok brengsek atau apapun itu. Tapi aku gak peduli. Aku gak bisa menyangkal semua perasaan ini, dek. Jadi, maukah kamu jadi pacar aku dan mengizinkan aku untuk selalu melindungi kamu?"

▶Concealed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang