Part 10

2.9K 465 274
                                    

Ada yang kangen dengan ff ini? Hehehe

Happy Reading!

.
.
.
.
.

[Wendy side]

Pagi ini, aku merasa deja vu. Hal yang sama terulang lagi. Kali ini korbannya adalah Kak Chaelin, orang yang kami (aku, Chaeyeon, dan Seulgi) curigai.

Jujur, saat mendengar kabar hilangnya Kak Chaelin, jantungku serasa berhenti berdetak. Entah kenapa aku merasa takut dan putus asa. Itu berarti, pelaku penculikan semua murid di sini masih berkeliaran di sekitar asrama. Dan yang lebih parahnya lagi, bisa-bisa bakalan ada korban lagi setelah Kak Chaelin.

Aku juga merasa bersalah karena telah menuduh Kak Chaelin sebagai dalang di balik ini semua.

"Gila! Gue gak bisa terus-terusan ada di sini. Kak Chaelin yang sangar aja bisa diculik. Gimana kita yang gak bisa apa-apa?"

Aku menoleh pada sosok tinggi yang histeris tadi. Dia Kak Sowon, murid tingkat 2. Hampir semua murid mengangguk, setuju dengan perkataan Kak Sowon. Di dalam hati, aku juga membenarkan ucapan Kak Sowon.

"Sebenarnya siapa sih pelakunya? Emangnya salah kita apa sih sampai-sampai dia nyulik satu per satu orang di sini?" seorang murid lain yang kuketahui bernama Lisa berujar.

Semua terdiam mendengar perkataan Lisa.

5 menit setelahnya, Kak Sandara datang beserta dengan Nyonya Han. Seperti sebelumnya, setelah bertanya tentang apa yang terjadi, kami semua diperintahkan untuk masuk ke kamar masing-masing. Gak ada yang boleh keluar dari kamar sebelum waktunya sarapan.

"Gak bisa begitu, nyonya. Apa alasan kita gak boleh keluar kamar sama sekali?" Chae yang berdiri di sebelahku tiba-tiba protes. Semua mata tertuju pada cewek tinggi itu, termasuk aku.

"Oh iya. Benar juga. Selama ini, kita semua gak pernah tau apa alasan pihak asrama mengurung semua murid di kamar." ujar salah satu cewek berambut panjang. Aku gak tau siapa namanya.

"Iya, benar!" sahut yang lainnya.

Nyonya Han dan Kak Sandara berpandangan. Lalu dengan senyum ramah, Kak Sandara menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan.

"Begini, pihak asrama akan nyelidikin semuanya. Supaya kalian aman, kalian harus tetap ada di kamar."

"Itu benar." ujar Nyonya Han. Beliau tersenyum, tapi entah kenapa aku merasa sedikit ngeri melihat senyumannya itu.

Mendengar ucapan Kak Sandara, kami semua gak melakukan protes sama sekali. Bukan karena takut atau apa pun itu, tapi karena gak ada argumentasi lain yang bisa 'melawan' ucapan mutlak itu.

Kulihat Chae menggertakan gigi sebelum akhirnya dia mengalah dan menuruti perintah. Satu per satu kembali ke kamar masing-masing, termasuk aku dan Chae.

Dengan terpaksa, aku dan Chae kembali ke kamar. Kami berdua yang terakhir menaiki tangga.

Saat kakiku menapak di undakan tangga yang kelima, aku sempat melirik ke bawah. Nyonya Han dan Kak Sandara masih berdiri di sana. Mata mereka mengawasi para murid yang sedang bergegas masuk ke dalam kamar.

▶Concealed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang