[5] Kekasih

1.5K 200 7
                                    

Lisa mengerenyitkan dahi saat melihat Hanbin yang membuka jaket trainingnya.

"Ada masalah?"

"Ada."

"Huh?"

Hanbin menyampirkan jaketnya ke tubuh Lisa. "Lain kali, pakai baju yang benar."

Lisa berkedip beberapa kali.

Hanbin menatap gadis di depannya. "Mau ku pakaikan?"

Mendengarnya, dengan terburu Lisa memakai jaket berwarna merah itu.

Setelah itu, Lisa menatap Hanbin. "Kau tak apa hanya pakai kaos tipis?" Tanyanya.

"Tak apa."

Lisa mengangguk. Satu lagi yang Lisa tahu tentang Hanbin.

Dia, tipe lelaki yang tak mau tubuh kekasihnya dilihat lelaki lain.

Eh?

Tunggu!

Kekasih?

"Lisa? Astaga. Harus berapa kali ku panggil?"

Lisa berkedip.

Hanbin terkekeh. "Sudah 3 kali aku memanggil namamu. Dan kau sama sekali tak menyahut."

Lisa menggaruk tengkuknya.

***

Lisa duduk di kursi taman dengan nafas ngos-ngosan.

Dan tiba-tiba, pipinya terasa dingin.

"Woah, eskrim strawberi!" Seru Lisa heboh.

Diambilnya cup besar eskrim kesukaannya itu dari tangan Hanbin.

Hanbin ikut duduk di samping Lisa. "Buka dulu maskermu. Baru kau bisa makan."

Lisa terkekeh. Benar juga. Ah, ia sampai lupa.

Dibukanya masker penyamarannya dan mulai melahap eskrim itu.

"Kau tahu saja aku suka eskrim strawberi." Gumam Lisa ditengah khusunya ia makan.

"Tak ada yang tak ku tahu tentang dirimu." Jawab Hanbin.

Lisa berhenti makan. "Huh?"

Hanbin menggeleng. "Lupakan. Cepat makan lagi, nanti eskrim mu keburu meleleh."

***

"Masih gatal?" Tanya Hanbin saat melihat Lisa menggaruk lehernya.

"Hm."

"Mau ku garuk?"

Lisa melotot. "Tidak, tidak."

Terlambat.

Hanbin sudah memegang lehernya.

"Aih, lehermu memerah. Lain kali, jangan pakai kuku. Lecet, kan."

Lisa terdiam.

Hanbin menggaruk---lebih tepatnya mengelus leher Lisa.

"Kau itu seorang aktris, Lisa. Jagalah tubuhmu."

"Hm."

Tangan Hanbin turun dari leher Lisa, membuat gadis berponi itu menghela nafas lega.

"Ohya, Hanbin."

"Hm?"

Lisa menatap lelaki di sampingnya. "Kau kenapa masih di Jeju? Masih ada pekerjaan?"

Hanbin mengangguk. "Ya, bisa dibilang seperti itu."

"Ohhh"

"Memangnya kenapa?"

"Aku hanya penasaran saja. Apa pekerjaanmu?"

Hanbin menatap Lisa. "Kau ingin tahu?"

Lisa mengangguk.

"Nanti kau juga tahu."

"Eiiiiiiii!" Desis Lisa.

Hanbin terkekeh. "Kita sarapan, ya. Aku tahu dimana tempat yang menyediakan bubur paling enak di sini."

"Bubur?"

"Kau kan sedang sakit."

Lisa menggeleng. "Aku tak suka bubur."

"Kau harus makan bubur, Lisa."

Lisa menghela nafas. "Aku tak ingin ikut kalau begitu. Lagi pula, tadi kan sudah makan eskrim. Masa sekarang bubur?"

"Lalu, kau ingin makan apa, hm?" Tanya Hanbin.

Lisa tersenyum. "Ayam goreng. Hehe"

Hanbin mengusak surai gadis di depannya. "Ayo!"

***

"Lisa?"

"Iya?"

"Kau sudah punya kekasih?"

"Uhuk!"

Lisa terbatuk kala mendengar pertanyaan itu.

Hanbin menyodorkan air putih yang langsung Lisa teguk.

"Kau tak apa?"

Lisa mengangguk.

"Kalau begitu, jawab pertanyaanku."

Lisa menatap Hanbin datar. "Aku takkan pernah punya kekasih."

"Kenapa?"

"Tidak mau saja. Aku tra---ah, sudahlah. Kenapa aku malah menceritakan ini padamu?"

Hanbin menatap Lisa. "Kau trauma dengan yang namanya lelaki karena masa lalu mu, ya?"

"Eh?"

Hanbin tersenyum. "Tak semua lelaki itu sama, Lisa."

Lisa terkekeh. "Ohya?"

"Jadilah kekasihku. Dan kau akan menemukan perbedaanku dengan lelaki lain." Ujar Hanbin sembari tersenyum.

***

Lisa ditembak Hanbin, ciye. ❤

LIE TO ME! AND TELL ME, YOU LOVE ME! - HANLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang