[9] I Love You

1.3K 163 2
                                    

Rose menunjuk ke arah pintu. "Anu, aku ingin ke supermarket dulu. Ada yang ingin ku beli."

Lisa melotot. Lalu, maksudnya Rose ingin meninggalkannya hanya berdua dengan Hanbin, begitu?

"Ku antar saja?" Saran Hanbin.

Rose menggeleng. "Tidak-tidak. Kau kan sedang lapar. Lebih baik, makan dulu saja."

Rose menatap Lisa dengan senyuman. "Aku pergi, ya." Pamitnya.

Tak memperdulikan Lisa yang menggelengkan kepalanya pertanda tak memberikan izin.

Dan pintu tertutup.

Keadaan hening.

Hanbin menggaruk tengkuknya. "Aku lapar." Ujarnya.

"O-oh, iya. Maaf, maaf. Aku lupa." Seru Lisa gagap.

Astaga.

"Ayo, dapurnya sebelah sini." Ujar Lisa sembari berjalan ke arah dapur.

Hanbin mengikuti.

"Duduklah."

Hanbin tersenyum. Lelaki bangir itu duduk di kursi setelah sebelumnya mengusak surai Lisa terlebih dahulu.

Yang membuat Lisa kembali terdiam.

Hanbin menatap kaget makanan di atas meja. "Woah, banyak sekali, Lisa."

Lisa mengangguk. "Rose memang gemar memasak. Jadi, setiap memasak pasti akan selalu banyak."

Hanbin mengangguk. "Dan sepertinya kau makan dengan lahap."

Lisa menggaruk tengkuknya. "Begitulah."

Hanbin tersenyum lagi. "Makan bersama?" Tawarnya.

Lisa menggeleng. "Aku sudah makan tadi. Kau saja."

"Baiklah."

Lisa mengangguk. "Eum-aku ke kamar dulu, ya. Jika ada apa-apa atau kau membutuhkan sesuatu, ketuk saja kamarku."

Hanbin tersenyum. "Iya, sayang."

Lisa terdiam lagi.

Hanbin terkekeh. "Sudah, sana! Katanya ingin ke kamar?"

***

Sudah sekitar setengah jam Lisa berada di kamar sembari melangkahkan kakinya ke kiri dan ke kanan beberapa balik.

Bibirnya bergemeletuk resah saat Hanbin masih ada di kamarnya.

Maksudnya, hatinya yang resah.

Lisa belum ingin percaya pada sosok lelaki.

Dan hal yang tadi ia lakukan---Lisa menawarkan Hanbin untuk makan di kamar hotelnya---adalah hal yang benar-benar di luar kendali.

Sungguh.

Tok tok tok

"Astaga!" Kaget Lisa.

Dibukanya kenop pintu. Dan terpangpanglah wajah pucat Hanbin.

Lisa menatap lelaki itu khawatir. "Kau kenapa?"

Hanbin memijat kepalanya. "Entahlah, tiba-tiba kepalaku pusing." Jawabnya dengan sedikit erang kesakitan.

Lisa meraba dahi lelaki itu. "Panas." Gumamnya.

Aneh, padahal tadi lelaki di depannya itu baik-baik saja.

Apa karena telat makan?

"Yasudah, aku pulang ya. Aku mengetuk pintu karena ingin mengucapkan terima kasih dan pamit padamu." Ujar Hanbin dengan nada pelan.

Lisa mengangguk. "Sama-sama. Eum---sebentar, aku ada obat untuk pusing." Ujar Lisa sembari melangkahkan kakinya menuju lemari, berniat mengambil kotak p3k yang terdalamnya ada beberapa obat.

Tapi, baru beberapa langkah, wanita itu mendengar suara gedebum keras.

Brukkk

Lisa langsung membalikkan tubuhnya. Dan ia menemukan Hanbin terjatuh ke lantai.

"Hanbin!" Serunya sembari berlari untuk menangkap kepala lelaki bangir itu agar tak membentur tembok.

Hanbin mengerang. "Maaf, Lisa. Kepalaku pusing sekali." Lirihnya.

Lisa mengangguk. "Malam ini kau tidur di kamarku saja, ya. Aku takut terjadi sesuatu padamu jika pulang dalam keadaan begini." Sarannya dengan nada khawatir.

Hanbin menatap Lisa. "Tak apa?"

Lisa mengangguk lagi. "Iya. Ayo, ku papah kau untuk tidur di ranjang."

"Tapi, nanti kau tidur dimana?" Tanya Hanbin.

Lisa terdiam. Benar.

"Ah, aku tidur di kamar Rose saja." Ujarnya.

Hanbin mengangguk. Didirikannya tubuhnya dibantu Lisa untuk tidur di atas ranjang.

"Maaf ya, merepotkanmu."

Lisa menggeleng. "Aku tak merasa direpotkan." Jawabnya.

Dan Lisa terdiam.

Ada apa dengan dirinya?

Hanbin tersenyum lalu menatap mata wanita cantik berponi itu.

"I love you"

Degdegdeg

Kenapa jantung Lisa berdetak cepat seperti ini?

***

Karena kamu udah jatuh ke dalam pesona seorang Kim Hanbin, Lisa. 😊

LIE TO ME! AND TELL ME, YOU LOVE ME! - HANLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang