TWM 2

5.1K 326 4
                                    

Author lanjut nihh maaf yahhh lama!!

Happy Reading...

Keesokan harinya benar saja, pria itu tersadar dari pingsannya, masih tersisa rasa perih dari luka pria itu membuatnya sedikit memeganginya.

Weng Zi masuk dengan membawa sebuah wadah yang berisikan makanan, Weng Zi mendudukan diri dan sedikit membantu pria itu berdiri.

"Anda sudah sadar?" Tanya Weng Zi.

"Siapa kau dan dimana ini?" Pandangan pria itu tampak meneliti sekeliling.

"Ah nama saya Weng Zi dan anda sedang di perguruan Ying, saya murid di sini" jelas Weng Zi singkat.

Mata pria itu terbelalak saat mendengar bahwa ia sedang berada di perguruan Ying.

"Ini perguruan Ying, berarti paman Tyan Ying ada disini" batin pria itu.

"Tuan!" Panggil Weng Zi memecah lamunan pria itu.

"Iya maaf!"

"Siapa nama tuan?" Pria itu tampaka berpikir sebelum kembali bersuara.

"Namaku Hwang Hao"

"Maaf jika aku terlalu banyak bertanya tapi kenapa anda bisa terluka?"

Dengan sedikit tarikan nafas Pria yang bernama Hwang Hao itu alias Ryu putra dari raja Hwang dan ratu Hao mulai menceritakan awal ia bisa terluka dan dikejar penjahat.

###___

Weng Zi sedang berjalan dan tampa sengaja ia berpapasan dengan pemilik perguruan ini yang sering ia panggil guru Tyan.

"Bagaimana keadaan pria itu?" Weng tampak berpikir sambil tersenyum sopan.

"Dia sudah sadar lukanya pun sudah mulai membaik! Apa anda ingin mengunjunginya" Papar Weng Zi memberi saran.

"Boleh! bisa kau menemaniku" pintah Guru Tyan.

"Tentu!" Jawab Weng Zi cepat.

Bagi Weng Zi, Tyan Ying adalah seorang guru sedangkan bagi Hwang Hao dia adalah seorang paman.

Mereka telah sampai ditempat dimana Hwang Hao dirawat, tampak pria itu tengah mengoles obat dilukanya.

"Tuan!" Panggila Weng Zi.

Panggilan dari Weng Zi sontak membuat Hwang Hao mendongak dan menampakkan wajahnya, seketika Tyan Ying menegang matanya melotot bagaimana bisa seorang calon kaisar ada disini dengan keadaan terluka.

Tampak Tyan Ying ingin segera maju dan menghampiri Hwang Hao namun terhenti saat ia mendapati gelengan kecil dari Hwang Hao.

Tyan Ying menatap Weng Zi "Weng Zi aku lupa, aku ingin menyuruhmu memeriksa persedian senjata untuk pelatihan"

Weng Zi mengangguk sebelum melangkah meninggalkan mereka berdua, sekarang tinggalah Tyan Ying dan Hwang Hao...ah bukan tapi pangeran Ryu.

"Yang mulia apa terjadi padamu" Tyan Ying terlihat sangat khawatir saat melihat keponakannya ini yang terluka.

"Beberapa pencuri mengejarku saat aku memasuki dan memata-matai mereka" jelas Pangeran Ryu dengan santainya.

"Kau ini benar-benar, lalu bagaimana dengan ayah dan ibumu apa kau tidak takut dengan mereka?"

"Ckk tenanglah paman apa kau meragukan kemampuan Yun, dia hebat dalam menghasut" jawab pangeran Ryu yang langsung tertawa kecil disusul oleh Tyan Ying.

"Mmm...paman siapa pria itu?" Tampak Tyan Ying sedikit terkekeh dan mendapati tatapan bingung dari Pangeran Ryu.

###___

Pangeran Ryu tampak mulai membaik, ia bahkan sudah berjalan mengitari jalanan disekitar perguruan.

Tampak ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan sosok yang tengah sibuk membidik sasarannya dengan panah, sedikit pun tidak berkedip.

Weng Zi yang menyadari kalau dirinya diperhatikan kini berbalik menatap Hwang Hao, ia menyinggungkan senyum yang begitu manis.

Entah mengapa ia begitu senang menatap wajahnya, segera pikiran itu dibuang jauh oleh Pangeran Ryu bagaimana mungkin ia mengagumi seorang laki-laki.

"Bagaimana keadaan anda tuan?" Tanya Weng Zi yang sudah berada dihadapan Pangeran Ryu.

"Bisakah kau memanggilku Hwang Hao saja, aku tidak terlalu tua!" Dengan sedikit senyum Weng Zi mengangguk bahkan mulai merangkul pangeran Ryu dengan akrab.

Sontak Pangeran Ryu terkaget, belum pernah ada yang memperlakukannya sedekat ini, pangeran Ryu hanya tersenyum kaku tambah sedikit canggung.

"Sepertinya kau pemanah yang hebat!" Seru Hwang Hao sambil menatap busur yang ada ditangan Weng Zi.

"Hahaha kau terlalu memuji, kau juga pasti handal" ucap Weng Zi menyelidik, sebenarnya ada sedikit rasa dalam hati Hwang Hao mendengar orang selain keluarganya berbicara dengan informal.

"Tidak terlalu buktinya aku sampai terluka"

"Ahh...tapi menurutku tidak, kau terluka bukan karena tidak mampu tapi karena kurang bantu"

"Benarkah!" tanya Hwang Hao memastikan, dan dengan cepat Weng Zi mengangguk.

"Kalau begitu maukah kau membantuku!' Perkataan dari Hwang Hao berhasil mengubah wajah Weng Zi menjadi bingung.

"Membantu apa?"

"Aku memiliki tugas rahasia yang harus aku laksanakan dan kurasa aku tidak bisa melakukannya sendiri, maukah kau membantuku, menjadi rekanku!" Wajah Weng Zi masih terbilang bingung dampai akhirnya ia kembali bersuara.

"Sebenarnya siapa anda ini, tugas apa yang ingin kau lakukan dan untuk siapa kau bekerja!" Bukannya menjawab Hwang Hao malah tertawa, tertawa yang teramat nyaring bahkan bisa dibilang terbahak, sedangkan Weng Zi semakin bingung dengan tingkah Hwang Hao.

Sebenarnya bukan pertanyaan atau Weng Zi yang lucu, melainkan pikiran Pangeran Ryu yang langsung teringat dengan kebiasaan ibunya yang selalu melayang banyak pertanyaan dalam satu kalimat bahkan satu nafas.

"Ya...apa kau selalu bertanya dengan cara seperti itu" ucap Hwang hao yang mulai menyudahi kegiatan tertawanya.

"Ya! Aku selalu melakukannya agar menghemat waktu dari pada harus bertanya satu-persatu, kenapa apa terlihat lucu"

"Apa semua orang diperguruan ini bertanya dengan cara seperti itu" batin Hwang Hao.

"Tidak hanya saja kau mengingatkanku pada seseorang!"

"Siapa kekasihmu atau bahkan istrimu?" Sangat terlihat rasa penasaran dari wajah Weng Zi.

"Bukan tapi ibuku!" Jawab Hwang Hao singkat, dan balas dengan anggukan oleh Weng Zi.

"Jadi bagaimana apa kau mau menerima tawaranku dan menjadi rekanku?" Tanya Hwang Hao lagi.

"Baik! Tapi jawab dulu pertanyaanku"

"Baiklah aku adalah seorang kepala prajurid istana dan raja yang memintaku untuk memantau juga memata-matai sekitar kerajaan, serta melaporkan semua hal kepada beliau" jelas Hwang Hao.

Tampak Weng Zi sedikit terkejut, "jadi kau seorang utusan raja wahh...dan kau ingin aku membantumu!" Dengan cepat Hwang Hao mengangguk.

"Baiklah, aku bersedia!"

********
Baiklah para pembaca dan readers ku yang setia maaf jika sangat lama, tapi author benar-benar sedang kesusahan mau seperti ala cerita ini jadi mohon dimaklumin yahh keterlambatannya 🙏🙏🙏

Kalian tau ngak sih readers bayangin aja author udah bikin satu part, tapi dihapus gara-gara ngak sesuai jadi mohon bantuannya dan pengertiannya yahhh,

Jangan lupa juga tinggalkan vote dan comments biar author tambah semangat buat nulis, dukungan kalian adalah kekuatan untuk author... ( kambuh lagi lebay bin alaynya)

Terima Kasih

The Winners Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang