8 • Ex

1.3K 123 1
                                    

"Maafin Deva ya Rey, kalo dia suka rewel ke kamu"ucap Javaras yang terduduk di samping Reyna itu.

"Gapapa kok Om, tenang aja, kalo Deva udah ada sama aku, aku bisa kok jagain Deva"ucap Reyna dengan senyum

Dengan posisi nyamannya, Deva pun kembali tertidur di pelukan Reyna.

"Jadi pengen buru-buru halalin kan"gumam Javaras yang tujuannya memang agar Reyna dengar.

Marissa datang juga bergabung dengan mereka, Marissa duduk di sebelah kanan Reyna yaitu di single sofa.

"Dia tidur lagi, Kak? Dasar kebo"ucap Marissa sambil mencubit pipi Deva, Deva pun merespon itu dengan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reyna.

"Aku pindahin Deva ke kamar dulu ya"ucap Reyna yang bangkit untuk menuju kamar Javaras.

Reyna meletakan Deva dengan hati-hati di kasur Javaras, setelah itu Reyna pelan-pelan meninggalkan kamar tidur itu dan berjalan ke luar. Langkah kakinya berhenti sejenak setelag mendengar percakapan antara kakak beradik itu.

"Terus?, Sana mau lo apain?,"

"Dia gak ngasih kabar kan? Dan udah lebih dari satu tahun dia menghilang, menurut lo gue harus apa?"

"Ya seenggaknya lo bisa kan ajak dia ketemu dan ngejelasin semuanya? Semua bisa diomongin baik-baik, Bang"

"Gue udah sering hubungin dia tapi apa? Dia malah makin jauh dari gue"

"Waktu gue jalan di deket apartemen lo tadi, gue liat Sana di depan gedung, ngeliatin gedung apart"

"Terus, dia kemana?"

"Gue tanya, mau kemana, dia cuma senyum habis itu dia bilang kalo dia kangen sama lo, habis itu dia jalan dan pergi"

"Serius?, dia ada disini?,"

"Iya, mendingan lo perbaiki hubungan lo"

"Okay, gue akan jelasin semuanya ke Sana"

Reyna POV

Kretek!

Gak tau kenapa, rasanya tuh kayak ada yang potek gitu, padahal gue sama Javaras itu cuma kayak sebatas baby siter sama tuannya, tapi kenapa gue yang sakit ya?

"Loh, Rey? Kenapa? Kamu nangis?" tanya Javaras tiba-tiba di depan gue.

Gue hapus air yang masih membendung di pelupuk mata gue, kenapa juga gue harus nangis? Cemen banget sih, kan sering ikut tauran, masa soal ginian mewek

"Ah, gapapa kok, tadi tiba-tiba kelilipan doang, bukan nangis"jawab gue dengan fake smile terbaik gue.

"Oh gitu, yaudah saya titip Deva ya? Ada keperluan penting di luar"

Gue cuma ngangguk dan senyum.

Dia ngacak rambut gue.

"Jagain anak masa depannya kamu, jangan sampe lecet ya?"dia senyum dan jalan ngambil kunci mobil setelah itu keluar.

Maksudnya apa?, anak masa depan gue?, Janadeva kan anak dia, berarti?

Gue masih diem di tempat, mimpi apa bukan?, jatuh cinta kok sakit banget ya?, rasanya bukan enak malah sebaliknya.

Apa tadi?, jatuh cinta?, gampang banget lo Rey.

Dan gue sadar, gue jalan ke ruang tamu tadi dan duduk bareng Mina.

"Kak?"

"Ya?"

"Kakak denger semuanya?"

"Maksudnya?"tanya gue.

Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang