Chapter 03. Revelation

1.2K 128 26
                                    

  rev·e·la·tion 

noun

"a surprising and previously unknown fact, especially one that is made known in a dramatic way."


Hyukjae keluar dari Le Macaron Ladurée dengan membawa sebuah kotak merah muda di tangan kirinya, dan sibuk menghabiskan isi dari kotak tersebut dengan tangan kanannya. Sesekali lelaki cantik itu akan menjilat bibir bawahnya sebelum menggigitnya untuk memastikan bahwa tidak ada rempah yang tersisa. Donghae hanya dapat tertawa melihat temannya yang menyantap macaron – macaron di tangannya seperti candu.

"Aku bisa membelikannya lagi untukmu jika kau ingin."

"Kau bercanda?" Hyukjae berhenti berjalan, membuat dirinya dan Donghae sejenak beristirahat di trotoar ujung jalan tempat mereka membeli beberapa camilan manis untuk menemani makan siang. "Aku merelakan dietku selama tiga hari hanya dengan memakan satu kotak manisan ini dan kau ingin membelikanku satu kotak lagi?!" ia terdengar begitu kaget, matanya memicing kesal pada Donghae. Alih – alih merasa bersalah, Donghae malah tertawa melihatnya.

"Macaron Ladurée memang yang terbaik. Kau harus mengakuinya, Lee Hyukjae."

Sosok feminim di hadapannya tampak acuh sembari kembali menghabiskan camilan yang ada di tangannya. Membuat Donghae tersenyum kecil dengan tingkah antik tersebut.

"Diam disitu."

"Huh?" Hyukjae masih tidak mengerti dengan celetukan tiba – tiba sang fotografer. Namun Donghae menjawab, "Kau akan kupotret dengan macaron dan ujung perempatan ini sebagai backgroundnya."

Mendengarnya, medadak Hyukjae menjadi panik. "Oh, Donghae! Tunggu sebentar—aku belum merapikan bibirku, lip balmku, sebentar—wait a minute—" Hyukjae baru akan mengambil sesuatu dalam tas Gucci yang ia bawa ketika Donghae berjalan ke arahnya, menyentuh pipi dengan rahang runcing miliknya. Hyukjae sedikit menahan napas saat Donghae menghapus beberapa remahan macaron di sudut bibirnya dengan satu tangan, kemudian merapikan rambut dan baju Hyukjae dengan tangan lainnya.

Lubdupp. Lubdupp. Oh Tuhan, apakah itu detak jantung Hyukjae?

"There. Kau terlihat sempurna."

Butuh beberapa detik untuk Hyukjae mneyadari jika Donghae telah berjalan pergi darinya dan menyiapkan kamera Leica kesayangannya sebelum mulai fokus dalam mengambil gambar. Seolah – olah hanya Hyukjae yang menyadari betapa dekatnya jarak diantara mereka beberapa saat yang lalu. Seolah hanya Hyukjae yang mendengar jantungnya berdegup cepat.

Menjengkelkan sekali, bukan?

Namun seakan terlahir dengan jiwa model professional, Hyukjae mulai berpose anggun ketika jepretan kamera Donghae terdengar oleh telinganya. Sesekali ia akan mematuhi saran Donghae untuk sedikit memiringkan kepalanya atau pose seperti apa yang harus ia lakukan. Dan ketika Donghae merasa puas dengan apa yang baru saja ia potret, laki – laki itu menghentikan sesi fotonya kemudian berjalan menuju Hyukjae untuk menunjukkan karya seni yang baru saja ia ambil.

"Kau memang tidak pernah mengecewakanku." Senyum lebar dari gusi tebal Hyukjae tersungging bahagia ketika ia memainkan beberapa tombol di kamera Leica Donghae untuk melihat hasil fotonya. "Oh my God.. ini indah sekali. Kau membuatku lebih tinggi satu sampai dengan dua inchi, Donghae! Bagaimana kau melakukannya?"

"Bangunan di belakangmu sangat kontras dengan apa yang kau pakai hari ini, hal tersebut membuatmu terlihat lebih tinggi." Donghae menengadah, tatapannya begitu fokus seperti ia sedang menggumam untuk dirinya sendiri. "Kau ingat Taj Mahal? Setelah pergi kesana beberapa kali, aku menyadari bahwa bangunan itu memiliki efek yang sama dengan toko – toko di jalan ini. Warna yang mereka gunakan sebagai dominan sangat mudah kontras dengan pakaian – pakaian yang sedang tren, membuat orang – orang yang berfoto di jalan ini terlihat lebih tinggi dari seharusnya."

Under Your LensesWhere stories live. Discover now