Chapter 06. Fools

903 111 45
                                    


"And I'll be a fool for you
I know myself, but I pretend
I leave and I come back again
I'm a fool for you
I love you time and time again
I know just how the story ends"

- Snoh Aalegra, Fool For You


Donghae tak tahu dimana letak kesalahannya. Keraguan Hyukjae. Ia singkirkan cangkir yang bahkan belum mulutnya sentuh ke meja sebelah tempat tidur, menggenggam kedua tangan Hyukjae. Kemudian ketika lelaki itu menolak memandang matanya, Donghae dengan begitu lembut mengarahkan dagu Hyukjae ke arahnya.

Dan seketika adonis tampan Hyukjae tahu.

Bagi sang model, tidak ada masa depan untuk hubungan mereka. Perih karena jauh di dalam hatinya pula, Donghae menyetujui hal itu.

Ya, mereka memiliki perasaan yang sama. Ya, mereka baru saja melewati malam yang sangat indah berdua.

Lalu apa?

Donghae tetap akan kembali pada rutinitasnya yang bebas, sedang Hyukjae harus menetap dan mengembangkan dirinya di Korea. Mereka jelas tidak akan pernah bertemu lagi, tidak dengan kebebasan untuk saling memperhatikan, dan penuh dengan mimpi indah seperti ini.

Tak seharusnya perasaan kagum itu berubah menjadi cinta. Baik Donghae maupun Hyukjae tahu, dengan saling mengekspresikan apa yang mereka rasa, keduanya seperti tengah bermain dengan api. Dan mereka berdua tahu lebih baik untuk mengundurkan diri sebelum api tersebut membakar habis seluruh kenangan yang telah mereka ukir bersama dengan sakitnya harapan.

Harapan untuk tetap dapat melanjutkan hubungan tak jelas ini, harapan kosong dengan akhir yang dapat mereka duga.

Donghae tidak tahu apa yang harus ia ucapkan. Tidak sampai Hyukjae perlahan – lahan meneteskan air mata di hadapannya. Meskipun begitu, Hyukjae juga belum sanggup mengucap sepatah katapun.

"Aku mengerti." Donghae menghapus bulir – bulir yang masih hangat tersebut. "Aku mengerti, Hyukjae."

Seandainya Hyukjae mengetahui dari awal betapa sakitnya akhir cerita ini, apakah ia akan tetap mengajak Donghae berkenalan? Dan bagaimana Donghae bisa setuju dengan sangat mudah? Apakah sakit ini miliknya saja? Apakah Donghae main – main dengan ucapannya?

Beribu pertanyaan menghantam kepala Hyukjae, sama seperti wajah kekasih tampan miliknya yang tampak penuh dengan hal yang ingin diucapkan. Namun satu kalimat yang keluar dari mulutnya hanyalah, "Bolehkah aku mengantarmu ke bandara hari ini?"

Tentu saja, Donghae. Aku bahkan tak ingin pulang, aku ingin terus bersamamu.

"Jangan. Jangan antar aku."

Donghae memandang lelaki yang ia cintai tersenyum tipis, entah menyesal ataupun lega dengan keputusan yang mereka buat. Suaranya lirih setelah itu, "Karena aku mungkin saja tak akan bisa melepaskanmu jika itu terjadi."

Mereka kembali tertelan hening setelah itu. Hanya terdengar deru kendaraan memenuhi jalanan kota Paris, dan bising kehidupan pagi yang tak dapat disenyapkan oleh pintu balkon kamar hotel Donghae. Hyukjae membenci betapa perpisahan selalu terasa kikuk dan menyedihkan.

Mungkin karena itu ia mencoba sedikit mencerahkan suasana, berujar, "Baiklah, kurasa sampai jumpa di kesempatan selanjutnya, Hae. Beberapa hari ini sangat membahagiakan untukku." Hyukjae berusaha untuk terus terlihat bahagia memandang kecewa yang Donghae tutupi dengan tersenyum balik ke arahnya. "Thank you so much for everything."

Donghae pada akhirnya menghembuskan napas, mengangguk. "Thank you for accompanying me, Hyukjae. Mungkin selanjutnya aku yang akan mengikutimu? Membuatnya seperti sebuah ketidaksengajaan yang lucu."

Under Your LensesWhere stories live. Discover now