"Votre petit-déjeuner, monsieur. (Sarapan anda, Tuan)."
Seorang lelaki jangkung dengan rambut klimis kemerahannya meletakkan dua buah piring antik dengan beberapa scones bluberry hangat diatasnya. Kemudian ketika pelayan tersebut hendak menuangkan teh Vanilla Bourbon dari poci yang ia bawa ke dalam cangkir klasik milik Hyukjae, Donghae menghentikan gesture sopan tersebut sembari berkata dengan aksen perancis yang khas.
"C'est bon, laisse moi. (Tidak apa - apa, biar aku yang melakukannya)."
Pelayan itu tersenyum ramah, membungkuk dan meninggalkan pasangan yang baru saja berkenalan tidak sampai lima menit yang lalu tersebut.
"Aku tidak tahu jika terdapat restoran seindah ini di Arc The Triumphe." Hyukjae memulai pembicaraan mereka, tersenyum ketika Donghae dengan lembut menuangkan the ke dalam cangkirnya, "Terima kasih."
"Kembali, Hyukjae." Tindakan lembut itu entah mengapa membuat Hyukjae tersipu malu. Beruntung Donghae terlalu sibuk dengan percakapan mereka sehingga ia tidak menyadari rona merah yang menghiasi kedua pipinya.
"The breakfast is on me. Anggap saja karena keberanianmu untuk mengajakku berkenalan, it's really nice to meet you, Hyukjae."
"It's really nice to meet you too! Kau adalah fotografer kesukaanku. Aku tahu jika aku tidak akan salah menebaknya, aku sering memperhatikan detail – detail kecil tentang bagaimana kau mengambil gambar seperti pencahayaanmu yang sedikit bersembunyi dari monumen yang kau pilih, fokus utamamu, dan.. aku entah mengapa merasa bahwa itu adalah kau."
"Untuk ukuran seorang artis instagram, sepertinya kau sangat mahir tentang fotografi."
"Kau mengenaliku?!"
"Tentu saja." Donghae tersenyum hangat melihat Hyukjae yang begitu sumringah seolah – olah ia sangat bahagia mengetahui kenyataan tersebut. "Kau manis dan lucu, pasti banyak orang yang akan tertarik meihat video – videomu, Hyukjae."
Hyukjae menunduk, senyum kecil dengan gusi merah yang sedikit bersembunyi di balik kedua bibir tebalnya. Ia kembali mengambil beberapa telur rebus untuk piring sarapannya. "You flatter me so much."
"Kau pantas mendapatkan semua pujianku, Hyukjae. ngomong – ngomong, apakah ada beberapa tempat yang kau tertarik untuk kunjungi?"
Hyukjae tampak berpikir untuk beberapa detik sebelum menjawab, "The Louvre! Khususnya pada saat senja. Kudengar cahaya matahari terlihat sangat indah dibalik bangunan kaca seperti museum itu.. dan Le Bristol Epicure! Aku belum pernah makan disana dan beberapa viewersku mengatakan bahwa itu adalah salah satu restaurant terbaik di Paris. Aku juga ingin mencoba beberapa macaroon terbaik disini... dan..." ia terdiam sesaat, kembali berpikir. "Aku tak bisa berpikir hal lain, Donghae. Mungkin aku harus mencari beberapa monumen lagi nanti malam."
"Aku bisa mengantarmu ke Louvre.. cahaya senja disana memang sangat indah. Dan Le Bristol Epicure memiliki croissant yang enak. Tentu saja jika kau tak keberatan." Donghae berniat hanya untuk basa – basi semata namun respon gembira yang dikeluarkan oleh Hyukjae membuatnya sedikit banyak merasa benar – benar ingin membawa Hyukjae berkeliling, menikmati indahnya ujung – ujung eksotis kota cinta ini.
"Omo, benarkah? Benarkah kau akan melakukannya?!"
Kali ini Donghae sungguh – sungguh. "Tentu saja, aku memiliki banyak waktu. Aku bisa membantumu berkeliling jika kau menginginkannya, Hyukjae. Kau tahu sendiri aku adalah salah satu fans yang selalu mengikuti travel blogmu. Adalah sebuah kebanggan untukku mengajakmu berkeliling."
"Aku sangat tersanjung, kau tahu." Hyukjae tertawa kecil, gusi merahnya sedikit menyembul dibalik kedua bibir tebal merekah miliknya. Oh, seandainya saja Donghae dapat menangkap keindahan tersebut pada Leica M10 yang ada di hadapannya saat ini. "Dan sebagai gantinya, aku akan membantumu mempromosikan apapun! How's that sound?"
YOU ARE READING
Under Your Lenses
RomansaDonghae ingin menangkap keindahan itu, menyimpan senyum dan sosok Hyukjae untuk dirinya sendiri. Yang tidak Donghae ketahui adalah Hyukjae telah terjerat olehnya, jauh sebelum sang fotografer jatuh pada pesona keanggunan dan keceriaan artis muda yan...