Malam ini di kediaman rumah Ahmad tengah berkumpul di ruang tv. Dengan berbagai macam jenis cemilan berada di atas meja depan tv. Bagas yang duduk di sofa singel tak henti nya mengambil satu per satu makanan yang ada. Sedangkan Ahmad dan Nesa duduk berdekatan, dengan tangan Ahmad merangkul hangat istri nya. Bagas sempat melirik ke arah kedua orang tua nya, setelah itu dia memasang muka jijik karna melihat papah nya sangat manja sama mamah nya.
Ahmad yang mengetahui gerak gerik anak nya langsung menegur "Kenapa? Iri kamu?" Ucap nya tiba-tiba.
"Dih siapa yang iri. Memang papah doang yang bisa kayak gitu. Bagas juga bisa kali." Balas Bagas "Lebih dari itu juga." Gumam nya namun bisa terdengar oleh Ahmad.
"Apa kamu bilang?".
"Udah lah pah, kamu kayak gak pernah remaja aja. Setau mamah, papah lebih parah deh." Sahut Nesa.
"Apa mah? Memang papah dulu ganjen banget sama mamah? Mamah di apain aja sama papah?".
"Iya papah kamu genit banget dulu, bang."
"Lho kok papah sih mah. Kamu nya aja yang deket-deket sama aku."
"Enak aja ya, kamu tuh yang pemaksaan deketin aku."
"Dih kamu tuh yang kepedean."
"Kamu yang ke ganjenan deketin aku terus, sampai aku jengah lihat nya."
"Kamu kali."
"Gak mau ngaku."
"Kamu tuh yang kepedean nya tingkat dewa."
"Kamu tuh ganjen tingkat dewa."
Bagas menggelengkan kepala nya pusing "Haduhh kok kalian malah berantem sih."
"Kamu sih nanya-nanya soal masa lalu."
"Kok Bagas yang di salahin sih pah? Kan gak ada salah nya seorang anak nanya soal itu."
"Intinya kamu salah."
"Iyain deh pah."
"Naila kemana bang?" Tanya Nesa.
"Oh iya anak papah kurang satu. Kemana dia? Naila?".
"Naila?" Panggil Ahmad.
"Naila kamu gak join sama kita?" Ulang Ahmad setengah teriak.
"Pfftt..." Bagas menahan tawa nya.
"Kenapa kamu?!" Ahmad menatap tajam Bagas.
"Gak apa-apa kok pah." Bagas menyengir kuda.
"Gak jelas."
"Coba bang panggil suruh kumpul bareng sama kita!" Titah Nesa.
"Oke mah."
Bagas beranjak, menaiki anak tangga menuju lantai dua. Tepat nya kamar Naila. Setelah sampai di depan pintu kamar Naila, Bagas mengetuk pelan pintu kamar Naila.
"Nai?".
"Kenapa?".
"Lo lagi ngapain?".
"Beres-beres baju."
"Lo mau minggat hah, Beres-beres baju?" Teriak Bagas dari luar.
"Terserah lo!" Balas Naila tak kalah teriak nya dengan Bagas.
Bagas menuruni anak tangga dengan cepat. Sampai di anak tangga paling bawah, dia memanggil kedua orang tua dengan histeris "Pah,mah Naila mau minggat dari rumah." Pekik nya.
"Apa?" Kaget Ahmad melihat ke arah Bagas.
"Kamu jangan asal ngomong Bagas." Tambah Nesa dengan wajah khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Mantan TeRindah (TAMAT)
Ficção AdolescenteDi mohon keras tidak menjiplak hasil karya orang karena itu dosa! Terima kasih. Mantan terindah gue yang menjadi alasan kenapa buku harian gue penuh dengan namanya. Naila Amatul seorang gadis manis yang cinta nya masih stuck di mantan. Sebut saja di...