Chapter 22

1.4K 47 6
                                    

"Nai?" Panggil Chintya.

"Iya?".

"Memang benar yang di bilang Devi sama Humaira?".

"Tentang apa?".

"Tentang lo gagal move on." Chintya mengucapkannya dengan hati-hati, karna takut Naila tersinggung dan berujung marah.

Naila diam sesaat, mencerna baik-baik ucapan Chintya. Wajah Naila pun berubah menjadi muram.

"Maaf Nai gue jadi kepo gini, gak usah di jawab juga gak apa-apa kok. Kalo lo gak yakin cerita sama gue."

"Gak apa-apa kok Chin, lo udah gue anggep kayak sahabat gue. Ya jadi gue gak perlu canggung cerita ke lo."

"Serius?" Naila mengangguk mantap dan tersenyum manis.

"Gue jujur kalo gue sampai sekarang memang gak bisa move on dari dia, Chin. Gue udah niat sepenuh hati buat move on, bener-bener ngelupain dia, but it's all nothing."

"Gue juga bingung harus pakai cara apa biar bisa ngelupain dia." Sambung Naila.

"Dari awal lo salah Nai."

"Maksud nya gimana Chin?".

"Seharus nya lo gak perlu terlalu ngelupain mantan lo itu, semakin lo semangat buat ngelupain dia justru itu mustahil buat ngelepas bayangan dia."

"Terus mau gimana lagi Chin? Gue juga bingung, sampai-sampai teman sekelas pada ngelebel gue itu galon. Gagal move on."

"Kenapa lo gak buka hati lo buat yang lain? Kasih kesempatan Nai, terutama cowok yang akhir-akhir ini kasih lo perhatian ples kenyaman buat lo?".

"Gue udah coba. Dan itu gak bisa. Because my heart says that first love cannot be replaced."

"Dan ada satu keyakinan dari diri gue, kalo dia bakal kembali Chin."

"Gue salut sama lo Nai. Lo kuat buat pertahanin yang jelas-jelas gak tahu kapan dia bakal balik."

"Thanks Chin."

"Tapi gue bingung kok teman-teman lo bisa ngelebel lo galon gitu?".

"Awal nya cuman beberapa doang yang tahu kalo gue itu gagal move on."

"Terus?".

"Lo tahu Satrio kan temen sekelas gue? yang suka bareng Alvian juga."

"Iya tahu."

"Nah gara-gara tuh orang, semua jadi tahu kalo gue itu gagal move on. Memang Satrio itu cowok, tapi kalo lo mau tahu nih ya dia mulut nya kayak cewek. Lemes banget."

"Hfftt.. serius Nai?".

"Dua rius. Dan kalo lo mau tahu lagi, gue pernah di permaluin sama tuh anak sampai-sampai bu Weni negor gue. Makanya kalo ketemu dia gue kesel aja, dendam banget gue sumpah."

"Oh ya gue dengar-dengar lo dulu se-smp sama Satrio kan?".

"Iya. Bosen gue sekelas lagi sama tuh orang."

"Terima aja Nai, mungkin memang udah jalan-Nya begitu."

"Oh ya kalo boleh tahu, Satrio bikin lo malu gimana?" Tanya Chintya.

"Jadi gini..."

Flashback on

Bel sudah berbunyi tiga menit yang lalu. Seluruh murid masuk ke kelas masing-masing. Begitu pun dengan kelas X-2 yang sudah duduk dengan rapih dengan di gurui oleh Bu Weni, yang notaben wali kelas mereka.

Setelah bu Weni duduk di bangku guru, ketua kelas pun menyiapkan untuk berdoa.

"Duduk siap!.. Sebelum belajar alangkah baik nya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing..."

Kembalinya Mantan TeRindah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang