Setelah berhasil membangunkan Naila, Alvian memilih menunggu di bawah karena sebelum nya memang Naila yang menyuruh nya untuk menunggu di bawah.
Untuk menghilangkan bosan Alvian menonton televisi yang bersiaran berita. Sedang asik menonton tiba-tiba terdengar suara derap langkah yang membuat Alvian menoleh ke tangga.
Senyum Alvian mengembang sangat manis setelah mengetahui siapa pemilik derap langkah tadi. Naila. Ya, Naila udah rapih dengan memakai baju dres selutut (bukan daster ya).
"Apa lo lihat-lihat!"
Seketika senyum Alvian sirna begitu saja.
"Biasa aja kali, masih pagi."
Naila tidak menggubrisnya, ia berjalan ke dapur berniat untuk mengambil roti dan susu. Tetapi tidak ada roti maupun susu di atas meja.
"Nyari apaan lo?"
"Nyari apaan kek."
"Masih pagi Nai jangan marah-marah."
"Siapa?".
"Yang nanya."
"Gak jelas lo!".
"Lo Naila bukan sih?".
"Kenapa memang nya?".
"Kayak nya lo kemasukan jin deh pulang dari Bandung."
"Sok tahu lo!".
"Habis nya marah-marah mulu! Cepet tua tahu rasa!".
"Siapa yang marah sih Alvian?" Nada bicara Naila kembali normal.
"Tadi ngeng mulu."
"Ish gue tuh laper."
"Oalah si manis nya Alvian laper toh." Naila mengangguk seraya mengerucutkan bibir nya.
"Mau makan di luar?".
"Hmm boleh sih."
"Ya udah yuk."
"Yuk." Naila berjalan ke arah pintu rumah yang terbuka, namun belum sepenuh nya Naila keluar Alvian memanggil.
"Oit." Panggil Alvian.
Naila menoleh ke belakang, kening nya mengerut melihat Alvian yang masih duduk manis di sofa.
"Lo yakin mau keluar pake baju kayak gitu?" Naila melihat ke bawah "Ganti atau gak jadi?".
Seperti di perintahkan dengan seorang ayah, Naila langsung mengangguk patuh "Ya iya ganti."
"Jangan lama-lama keburu siang nanti panas." Naila mengangguk lalu berjalan ke kamar nya
•••••
"Mau makan apa Nai?"."Terserah yang penting kenyang."
"Mau makan di luar atau di dalem?".
"Pengen nya sih makan bakso, enak nih siang-siang gini."
"Yakin mau makan bakso?".
"Iya memang kenapa?".
"Lo belum kena nasi yang ada mag lo kambuh."
"Ih tapi pengen bakso Al."
"Makan ayam aja yuk."
"Bosen Al."
"Nai nanti mag lo kambuh lagi gimana? Lo mau liburan rebahan terus di rumah sakit?".
"Gak mau."
"Ya udah ikutin apa kata gue!".
Naila pasrah, ia tidak mau jika waktu liburan nya terpakai hanya untuk terbaring di kasur rumah sakit. Ya, Alvian benar. Sekarang Naila hanya bisa mengikuti langkah Alvian kemana ia akan berhenti, rasa aneh itu timbul lagi tanpa di minta ketika Alvian menggenggam erat tangan Naila. Sangat hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Mantan TeRindah (TAMAT)
Novela JuvenilDi mohon keras tidak menjiplak hasil karya orang karena itu dosa! Terima kasih. Mantan terindah gue yang menjadi alasan kenapa buku harian gue penuh dengan namanya. Naila Amatul seorang gadis manis yang cinta nya masih stuck di mantan. Sebut saja di...