Setelah keluar dari rumah sakit, Agisha melanjutkan mengajar dan menyesuaikan diri dengan Augie. Kini mereka berdua mulai menikmati hari sebagai sepasang suami istri. Mahasiswa Agisha banyak yang berusaha mencuri perhatiannya. Meski mereka tahu Agisha memiliki suami, namun mereka tetap saja nekat mendekati. Mahasiswa perempuan pun banyak yang menyukai Agisha karena keanggunan dan kedewasaan Agisha, selain itu ada juga mahasiswi yang mendekati Agisha karena ia merupakan penggemar berat Augie.
Sore itu, setelah mengajar Agisha berniat mengajak Augie makan malam di luar, namun Augie sudah duluan mengajak Agisha jalan-jalan ke kampusnya dulu untuk mengunjungi klub sepak bolanya dulu. Beberapa juniornya menjadi pelatih klub itu dan mengundangnya untuk reuni.
Sesampai di ruang klub, sambutan hangat datang dari pengurus klub yang aktif saat ini dan beberapa teman seangkatan Augie. Agisha menjadi satu-satunya perempuan yang ada dalam forum tersebut. Teman-teman Augie yang sama-sama alumni klub tersebut menceritakan betapa sayangnya Augie pada Agisha, saat Agisha pingsan terkena tendangan bola waktu Agisha masih SD, Augie langsung marah dan ingin menghajar Roy, yang tidak sengaja menendang bola ke arah Agisha. Roy menceritakan sambil tertawa, klub itupun gaduh riuh dengan suara ejekan ke Augie. Agisha yang tidak percaya hanya menanyakan kebenarannya sambil tertawa dan Augie tertegun dengan pipi merahnya. Saat Agisha melihat wajah Augie memerah, ia menyentuh dahi Augie.
"Kakak demam?" tanya Agisha polos.
"Ah, enggak." jawab Augie singkat sambil mengajak Agisha keluar dari forum itu sebentar dengan alasan mencari angin segar di luar.
Augie mengajak Agisha ke atas, ke atap ruangan klub sepak bola.
Memperlihatkan kampusnya yang luas itu saat menjelang malam.
" Wah, indah banget kak. Aku suka.." Agisha berputar-putar sambil menghirup udara malam yang dingin itu.
"Agisha, aku benar-benar ingin menanyakan hal ini. Apakah benar, kamu yang membuat semua desain-desain baju dan pameran karya yang dibranding atas nama Reana?" tanya Augie dengan wajah serius.
"Ih, kakak kenapa mendadak serem gini sih?" Agisha berjalan ke arah Augie dan bersandar di pagar yang sama dengan tempat Augie bersandar.
"Aku tidak begitu suka menjadi pusat perhatian. Menghadiri wawancara dan sebagainya, aku hanya suka mendesain di perpustakaan kampus saat tugas-tugasku sudah selesai. Lalu aku tahu kalau kak Reana adalah sosok yang pandai menyampaikan sesuatu, pandai memikat hati banyak orang. Jadi saat kak Reana menyatakan akan mengenalkan karya-karyaku ke seluruh dunia, maka aku senang dengan hal itu. Saat banyak orang yang memuji karya-karyaku, aku bangga, karya yang aku ciptakan di waktu luangku bisa dikenal banyak orang." Agisha menjelaskan banyak hal, dengan polos, dengan nadanya yang lembut. Augie melontarkan beberapa pertanyaan tentang kasus tabrakan saat ia masih smp dulu. Ia menceritakan bahwa itu adalah pertama kalinya Reana belajar menaiki sepeda motor, dan sepeda motor yang ia gunakan adalah sepeda motor milik Aland, teman kuliahnya saat itu dan merupakan anak pemilik pengusaha kopi yang sering memberikan sumbangan ke perusahaannya. Reana yang tidak berani mengakui itu, karena takut jauh dengan teman yang menguntungkan bagi keluarganya itu, membuat Agisha terpaksa mengakui hal itu untuk melindungi Reana. Setiap Agisha menceritakan Reana, walaupun kesal, tapi Agisha selalu memuji Reana, yang bagi Augie, nama itu tidak seindah yang ia bayangkan dulu. Augie mencintainya karena framing luar biasa yang ia buat sampai saat itu.
Setelah selesai berjalan-jalan sebentar, Augie dan Agisha pamit pulang. Sampai di rumah, Leo dan Robert sedang bermain catur di ruang tamu. Orang tua Agisha datang berkunjung sekaligus membantu mereka berdua mengemasi barang-barang. Karena besok mereka melakukan pindahan rumah. Augie menyambut hangat orang tua Agisha. Namun, Agisha tahu, Augie melakukan itu karena mereka juga orang tua Reana, kakaknya yang selalu ada di hati Augie. Tanpa disadari, Augie menangkap tatapan Agisha yang mengarah padanya itu.
"Kamu kenapa? Heran melihat aku sedewasa itu?" tanya Augie dengan nada mengejek.
"Apaan sih kakak ini." Agisha menyadarkan diri, bagi Augie, Agisha hanya seorang adik. Tidak lebih. Nafas panjangnya menemani Agisha bergabung dalam misi beres-beres malam itu.
Setelah selesai beres-beres, Agisha mengobrol dengan ayahnya di taman depan rumah. Mereka duduk di bangku taman. Agisha tak bisa membendung air mata dan memeluk sang ayah yang hangat seperti boneka taddy bearnya.
"Menjadi seorang istri itu ternyata berat pa. Aku kagum dengan mama. Kagum, sekaligus iri, mama memiliki papa yang senantiasa menyayangi mama. Sedang Agisha harus sadar diri, dan harus menetapkan diri berbakti pada seseorang yang menyayangi kakak Agisha sendiri." Agisha mencoba menahan air matanya agar tidak keluar lagi dengan memasukkan bibir atasnya ke belakang bibir bawah, seperti anak kecil yang menangis sesegukan. Hati ayahnya memang tak kuasa melihat genggaman tangan putri kesayangannya itu dengan getaran yang menandakan, ia sekarang sudah pada titik perjuangan terberatnya.
"Laki-laki tidak akan lama mencintai fisik, apalagi ketika ia sudah menjadi fiksi. Sekarang hanya ada Agisha yang tulus menemani Augie, maka lama kelamaan ia akan memberikan hatinya padamu nak, aku yakin itu." sentuhnya pelan, membelai rambut panjang anaknya yang lembut, selembut hatinya.
Robert yang tidak sengaja menemui pemandangan itu masuk ke ruangan Augie. Mendapatinya menata jas di koper dan beberapa fotonya dengan Reana.
"ehem... (deham Robert menyadarkan lamunan Augie) kakak masih merindukan kak Reana?" tanya Robert sambil duduk di kasur Augie.
"Yah, hanya ingatan masa kuliah saja. Tidak lebih." jawab Augie singkat.
"Apakah kakak tidak memiliki perasaan sedikitpun pada Agisha? Sejujurnya, aku dari kecil sudah mencintainya. Tapi saat kakak dijodohkan dengan Agisha, aku mencoba merelakan, karena aku tahu itu kakak dan kakak pasti akan menjaganya. Namun malam ini, aku melihat air mata Agisha jatuh, karena ia bertahan demi menjadi istri yang baik untuk kakak, seseorang yang senantiasa mencintai kakaknya Agisha." jelas Robert yang seolah menampar sikap ketidak jantanan Augie.
"Aku sudah tau bagaimana menempatkan diri, Robert. Hidup itu bukan semata mata karena cinta." jawab singkat Augie. Robert hanya mengangkat bahunya dan meninggalkan Augie di dalam kamar. Setelah Robert keluar, Augie membereskan fotonya dengan Reana dan membuangnya ke kardus sampah.
Agisha memasuki kamar dengan senyum kecil, berusaha menyapanya ramah dengan mata yang masih memerah.
"Kamu kenapa?" tanya Augie
"Ah, aku sudah mengantuk kak. Kakak sudah selesai beres-beresnya?" Agisha menarik baju tidur dan mengganti pakaian di kamar mandi. Setelah itu ia merebahkan diri di sofa, karena di atas kasurnya masih terdapat 2 koper milik Augie. Augie menatap koper itu meletakkannya di samping pintu. Namun saat selesai berbenah, Agisha sudah terlelap. Augie memandangnya lama, bibirnya, matanya, badan kecilnya. Terlihat sangat kalem dan imut, berbeda dengan Reana yang memiliki tonjolan tertentu yang memberikan kesan sexy. Augie mengusap rambut Agisha pelan dan membopongnya ke tempat tidur. Tanpa sadar Agisha memeluknya erat.
"Papa" bisiknya lirih, air matanya menetes dalam keadaan tidur. Saat Augie menaruhnya di kasur, Agisha belum melepaskan pelukan eratnya. Augie terpaksa tidur di sampingnya dalam keadaan masih mengenakan baju kemeja yang ia pakai seharian. Pintu kamar merekapun tidak terkunci, saat itu ibu dan ayah Agisha yang ingin berpamitan akhirnya menutup kembali pintu kamar dengan senyum kecil. Mereka merasa benih-benih cinta di antara Agisha dan Augie telah tumbuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Setelah Menikah
RomanceSetelah menyelesaikan pendidikan magisternya, Agisha sosok gadis super anggun dan modis yang sangat menyukai hal-hal berbau kalem menjadi korban kakak perempuannya, Reana yang kabur menjelang hari pernikahan. Karena pernikahan itu merupakan hal yang...