Derit terakhir tinta penaku meminta izin mengetuk pintu terapit dua halaman buku
Biar kuberitahu, hari ini sendu
Namun urung turun salju
Rindu, satu-satu
Dia bukan noktah langit yang hadir dengan beribu rasa
Tidak berlomba tentang siapa yang lebih dulu menyecap garis akhirnyaDia pemalu,
Hati-hati,
Perlahan pasti,
Satu-satuPanggil aku pecundang,
Yang mengikuti ke mana pena merakit aksara
Menjalin tiara
Atau tenggelam dalam muaraBahkan menyapamu dari balik dinding halaman buku berbau usang:
Hei, siapa pula mau baca?Namaku Mars,
Atau sebut saja begitu;
Baiklah, di sana gerangan Nona atau Tuan?Dan aku salah satu dari deretan planet yang mengharap hilang dari aliansi lintasan seperti Pluto
Jangan tertawa!
Sudah kubilang, memang aku pecundang
Kau boleh anggapku gila
Seperti baris kata halaman buku yang mengapit,
Sakit jiwa
MeranaAh, sudahlah.
...__________
Sincerely,
Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe of Mars&Venus
PoetryMars dan Venus, dua nama pena yang saling berbagi rasa dengan tulisan meski tanpa pernah sekali pun melihat rupa sang pemilik jemari masing-masing. Sesederhana itu. Hingga suatu hari ledakan matahari menyebabkan venus kehilangan cahayanya, membuat M...