2. So I Married an Annoying Tomboy Girl

10.8K 424 67
                                    

L's POV

Matanya berair dan hujan mengalir deras dari pelupuk matanya. Sungguh, aku tak sampai hati melihatnya. Kesedihannya adalah pukulan teramat berat untukku. Aku membenci keadaanku saat ini yang seakan hanya bisa pasrah pada keinginan orangtua dan mengorbankan cinta yang sedemikian besar untuk gadis cantik yang tengah duduk di hadapanku.

Lalisa masih terus terisak. Entah berapa lembar tissue yang sudah ia habiskan untuk menyeka air matanya. Belum pernah aku melihatnya serapuh ini. Dua cangkir espresso yang sudah dingin seakan mewakili perasaan kami masing-masing yang membeku dan terluka.

"Maafkan aku Lis. Aku nggak bisa menentang kehendak orangtua. Besok aku akan menjadi suami orang namun aku pastikan aku tak akan menyentuhnya. Aku akan membuat perjanjian dengannya untuk tidak melibatkan perasaan dalam pernikahan kami. Dia juga tak memiliki perasaan apapun terhadapku Lis." Kutatap Lalisa dengan gempuran cinta yang seakan tiada pernah habis. Benar-benar sakit rasanya. Cinta yang tumbuh padanya sejak aku duduk di bangku SMA harus kuredam dan kukubur dalam-dalam. Dan sejujurnya sampai kapanpun aku tak mampu menghilangkan perasaanku padanya. Terlalu banyak kenangan indah yang pernah menjadi pemanis dalam perjalanan cinta kami.

"Mungkin pernikahan kalian cuma sekedar status dan kalian tidak saling mencintai. Tapi tetap saja aku sakit L. Kamu akan bersanding dengannya di pelaminan, kalian akan tidur satu ranjang dan juga bertemu setiap hari, aku nggak bisa bayangin." Lalisa kembali tersedu. Dan hatiku semakin teriris, perih, tercabik-cabik melihat penderitaannya.

Kugenggam tangannya erat, "bukan hanya kamu yang menderita Lis, aku juga. Aku berharap bisa menyuntingmu dan membangun masa depan bersamamu. Dan aku harus menebus kesalahan yang dilakukan kakakku. Ini semua nggak mudah untukku Lis. Aku nggak punya pilihan lain. Aku mohon mengertilah.." Suaraku makin melemah. Bahkan aku tak berani menatap wajahnya. Karena setiap kali aku melihat tetes-tetes air mata yang membasah di pipinya, aku akan semakin terluka.

Lalisa melepas genggamanku. Aku tersentak. Baru kali Lalisa menolak sentuhanku.

"Sepertinya kita harus benar-benar menjaga jarak L

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sepertinya kita harus benar-benar menjaga jarak L. Kita harus menjauh. Aku nggak bisa meneruskan hubungan kita. Aku nggak mau dicap sebagai pelakor. Walau kenyataannya calon istrimulah yang merebutmu dariku. Tapi aku bisa apa? Dia yang akan sah menjadi istrimu." Kali ini nada bicara Lalisa terdengar lebih tegas.

Kenapa aku malah jadi sakit begini. Rasanya aku tak siap untuk berpisah dengannya. Aku masih sangat mencintainya.

"Aku sudah bilang pernikahan ini hanya semata status di atas kertas Lis. Aku akan memikirkan gimana caranya agar kita bisa kembali bersama suatu saat nanti."

Lalisa beranjak dan tak mau membuat kontak mata denganku, "maafkan aku L. Aku tak bisa bersamamu lagi." Lalisa semakin tercekat.

"Terlepas dari apapun motif pernikahanmu, aku tak bisa lagi mengharapkanmu. Terlalu sakit untukku jika aku terus bersamamu. Aku tak bisa membiarkan ada wanita lain diantara kita." Lalisa berbalik dan berjalan secepat mungkin meninggalkanku yang masih duduk di sini dengan segenap perasaan yang tak bisa dideskripsikan. Seolah semua rasa sedih dari segala kesedihan yang menyayat tak ada hentinya menyergap, menghimpit dadaku dan begitu menyesakkan.

Nikah Paksa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang