18+. Harap bijak membacanya jika ada mature content dan pembahasan hal-hal yang dewasa. Follow sebelum baca coz nanti akan diprivate acak.
Sumpah, menikah dengan cewek tomboy yang cocok dibilang laki-laki dibanding perempuan adalah hal tersial dala...
Pagi ini aku dan L sarapan di restaurant hotel, tentu saja masih dengan atmosfer canggung dan tak nyaman. Entahlah setiap kali berada dekat dengannya, aku seakan harus mempersiapkan mental untuk menghadapi celetukannya yang seringkali pedas melebihi cabai rawit.
Tak ada sepatah kata, hanya suara denting garpu yang memecah kebekuan diantara kami. Di hadapan kami sudah tersaji menu continental breakfast, ada muffin, jus jeruk, buah potong, bagel, waffle dan juga kopi. Jujur nasi goreng buatan Bi Ijah asisten di rumahku jauh lebih menggugah selera dibanding ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mata kami beradu sejenak. Tampangnya tak pernah menunjukkan sikap bersahabat. Aku selalu saja melihat sorot kebencian di matanya. Seganteng apapun wajahnya tapi kalau songongnya kebangetan gini, levelnya jadi turun mendekati minus.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa lo lihatin gue? Baru sadar kalau gue ganteng?"
Mulai lagi sikapnya yang menyebalkan. Rasa-rasanya sedari kecil sikapnya memang tak berubah, selalu menyebalkan, tengil dan kata-katanya seringkali bikin naik darah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nggak usah sok kegantengan. Gue nggak lagi lihatin lo. Kebetulan aja tatapan gue lagi ke depan."
L menyeringai dan aku jengah menatap ekspresi wajahnya jika sedang begini.