-TERJADI LAGI

1.6K 70 0
                                    

Chapter: 16

     Hari berganti pagi, aku terbangun setelah tidur nyenyak di kamar ku sendiri. Tak biasanya juga aku tidak terbangun mendengar alarm di pagi hari. Tapi ini masih kurang, tubuhku yang pegal dan lelah seolah butuh istirahat lebih.

Tanpa sadar, aku kembali memejamkan mata. Membiarkan aku kembali tertidur setidaknya untuk lima menit lagi saja.

Namun ketukan dari pintu dan suara menggelegar bunda berhasil membuat mataku membelalak kaget seketika. Terlonjak dari kasur. Mengacak rambutku kesal.

"Iyaaaaa". Aku balas menyahut dari kamar. Duduk sejenak di ujung kasur, dengan mata terpejam.

Aku tidak mengerti kenapa tubuhku rasanya lelah sekali.

Sepuluh menitan, aku akhirnya memaksa tubuhku bangkit dari kasur sebelum benar-benar tertidur. Aku berjalan menuju kamar mandi, menanggalkan seluruh pakaian, bersiap membasahi seluruh tubuhku dengan guyuran air hangat.

Namun begitu melihat cermin, aku terdiam. Mengamati 'lebam' yang timbul mendadak di permukaan tertentu. Seperti pundak, leher, paha, dan nyaris mendekati area vital.

Memilih tak mau berfikir negatif lebih lanjut, aku segera mandi secepat mungkin. Berpakaian lebih tertutup. Seperti misalnya mengambil baju lengan panjang berwarna hitam dan celana selutut, menggerai rambutku hingga menutupi leher.

Aku tidak mau bunda khawatir berlebihan dengan lebam lebam tanpa asal usul ini. Malah aku sempat berfikir bahwa aku 'dicubit setan' karena memang semalam aku mandi saat hari nyaris berganti malam.

Setelah selesai berpakaian, aku keluar kamar dibantu dengan bibi. Kalau mau tau, aku sudah lumayan menguasai cara berjalan yang normal. Tidak patah patah dan terlihat aneh. Tapi bunda tetap meminta bibi untuk memastikan aku tidak dalam bahaya lagi karena berjalan tanpa diawasi.

Aku duduk dimeja makan dengan bang Ardi dan bunda yang juga sudah duduk rapi. Menjalani rutinitas disiplin kami setiap hari.

Sarapan pukul 7 dan mulai beraktifitas setelahnya.

Selesai berdoa, kami makan tanpa berbicara sedikitpun. Bunda juga sepertinya jadi jauh lebih banyak diam padaku semenjak hari dimana bunda mengejar bang Ardi di rumah sakit tiga Minggu lalu.

Kami makan hingga piring-piring kosong. Aku seperti biasa harus menghabiskan susu berkalsium tinggi agar tulang ku tumbuh lebih baik lagi. Sementara bunda menghabiskan secangkir kopi hangat miliknya.

Bunda berangkat kerja setelah memastikan aku dengan beberapa pertanyaan seperti biasa. Dan aku kembali ke kamar untuk mengambil hp dan laptop yang akan aku mainkan seperti biasa.

"Bi... Lia mau jus jeruk dong, tolong buatin ya". Pintaku. Jujur, aku jengah setiap pagi hanya minum susu putih yang rasanya membuat bosan.

Sembari menunggu jus jeruk itu siap, aku kembali fokus pada layar hp. Melihat rekomendasi film yang bisa ditonton seharian.

Atau mungkin rekomendasi makanan yang bisa dipesan sekarang. Jujur, semenjak tak kembali bersekolah, aku jadi lebih sering makan. Tubuhku mulai menggemuk dan padat. Mungkin sudah saatnya aku menjaga pola makan.

Jus jeruk selesai, bibi mengantarkannya padaku. Kemudian aku tersenyum terimakasih dan menyeruputnya, lanjut bermain hp.

Kulihat juga, bang Ardi turun dari kamarnya. Meraih kunci mobil dengan santai. Sebelum ia pergi dan pulang larut sekali, aku menghadangnya.

The Depression Of Me 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang