18 : Ciye!

5K 255 21
                                    

Aulia menyelesaikan sholat shubuhnya pagi ini, kejadian tenggelam tadi malam masih membuatnya sedikit pusing dan bermimpi buruk, di mana ia tengggelam dan sekarat lagi dalam mimpinya.

Ketukan pintu kamar membuat Aulia melepas mukenanya lalu membukakan pintu pada seorang pria yang paling ia cintai di dunia, sang heronya.

"Ayah, ada apa?"

"Di luar ada teman kamu."

"Siapa, Yah?"

"Gak tahu, katanya mau ketemu kamu."

Aulia berpikir siapa yang datang sepagi ini ke rumahnya. Kayak gak ada hari lain lagi.

Ayahnya tak tahu orang yang datang menandakan bahwa tamunya bukanlah Alifa dan Wulan yang wajahnya sudah dikenali keluarga kecilnya bahkan mungkin sering di cap buronan oleh Ryan karena menculik putri cantiknya tanpa ijin.

"Assalamualaikum," ucap seseorang yang berdiri di depan pintu rumah Aulia.

"Waalaikumsalam," jawab Aulia cepat, sambil menatap bingung pada cewek dengan mata sembab di depannya, sepertinya cewek itu menangis semalaman bahkan mungkin lebih.

"Lo kenapa, gak apa-apa, kan?" tanya Aulia segera memeluk lalu mengusap ringan pundak milik cewek mungil di depannya.

"Lia maafin gue," lirihnya. Aulia merasa sesuatu basah di bajunya, tangisan cewek itu kembali pecah.

"Udah lupain, Sa. Gue udah maafin lo."

"Lia awalnya gue gak gak sengaja mau bercanda dorong lo, tapi eh kedorong beneran. Maaf," jelas Aisha dengan suara paraunya yanh hampir habis.

"Iya, gak papa, Sa," balas Aulia.

"Lia maaf gue sempat berpikiran buruk pada lo." Aisha mempererat pelukannya pada tubuh Aulia yang lebih tinggi darinya.

"Gue suka Alam, Lia." Aulia kaget mendengar pernyataan mendadak dari mulut Aisha, setelah meminta maaf padanya, tiba-tiba pengakuan cinta pada Alam.

Lagi pula apa hubungannya Aulia mengetahui bahwa Aisha suka Alam? Lalu kenapa Aisha menjelaskannya pada Aulia?

"Iya-iya ...."

"Gue cemburu sama lo yang bisa dekat Alam, apalagi karena lo Alam bisa berubah jadi cowok super keren. Karena itu gue sempat benci sama lo, tapi sekarang udah gak, lo ternyata baik," jellas Aisha berbelit membuat kepala Aulia kembali pusing.

"Gak ada manusia yang gak punya kesalahan, Sa udah gue maafin kok," jawab Aulia membuat tetesan bening di mata Aisha lagi-lagi mengalir. "Gue juga minta maaf, Sa gara-gara gue pesta ulang tahun lo yang bagus itu hancur," ucap Aulia dalam lubuk hatinya, ia juga merasa bersalah pada Aisha yang dipermalukan di depan semua angkatan kelas XII bahkan adik kelas mereka.

"Makasih, karena lo udah maafin gue."

"Lebih baik lo pulang, lo gak sekolah?" tanya Aulia membuat pelukan Aisha ditubuhnya melonggar sampai benar-benar terlepas.

"Gue pindah Lia, gue rasa gue gak pantes satu sekolah sama lo."

"Sa, kenapa?" kaget Aulia bukan main, sekarang ia benar-benar hebat karena bisa membuat satu orang harus pindah sekolah karena dirinya. "Maaf kalau gue ada salah sama lo, jangan pindah," ucap Aulia dengan nada sedikit menekan.

"Gue udah putusin pindah."

"Tapi, beberapa bulan lagi kita ujian."

"Udah diurus sama ayah gue, sekarang gue pamit ya. Lo emang pantas buat Alam, andai ada kesempatan kita bertemu lagi, gue mau jadi teman lo, Lia."

"Lo bisa curhat ke gue, kasih kabar sekolah baru lo. Lo memang teman gue, Sa."

"Oke, Assalamualaikum," pamit Aisha.

A U L I A  (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang