BAGIAN I - 01. LUST

80.8K 2.2K 46
                                    

READ THIS!

Guys, ini adalah ceritaku yang di tulis tanggal 12 January 2019 dengan judul Love's a game, wanna play?

Dalam perjalanan menulis cerita ini, aku merasa alurnya makin melebar, rancu dan nggak jelas. So, aku memutuskan untuk unpublish. Dan di publish ulang dengan versi REVISI.

Banyak sekali perubahan di cerita ini. Dari segi judul, alur, karakter dan pov.

Sebelumnya, kalian membaca melalui POV orang pertama karakter utama. Saat ini aku ganti pakai POV orang ketiga.

Bisa di bilang cerita ini berubah 80%. Jadi, kalian harus membaca ulang dari awal.

Selamat datang di judul pertama dari SELEBGRAM SERIES :

THE CEO AND I

=====

⚠ SELURUH CERITA KARYA ICEPRINCESS_92 / EMILY ADALAH ORISINIL HASIL PEMIKIRAN AUTHOR DAN HANYA DI PUBLISH DI WATTPAD.

⚠️ AKUN ICEPRINCESS / EMILY HANYA ADA DI WATTPAD. AUTHOR TIDAK MEMILIKI AKUN DI SITUS KEPENULISAN LAINNYA.

⚠️ APABILA DITEMUKAN KARYA ICEPRINCESS_92 / EMILY DI SITUS KEPENULISAN SELAIN WATTPAD, BERARTI ITU PLAGIAT.

⚠️ TOLONG HARGAI KERJA KERAS PENULIS DENGAN TIDAK MENGKOPI, MENCURI, MENYEBAR TANPA SEIJIN PENULIS.

====

BAGIAN I - LUST

Bara bersandar di bugatti chiron yang saat ini terparkir di halaman kampus, menunggu Alana. Mobil hypercar kelir hitam itu tampak begitu mencolok jika di bandingkan dengan sederet mobil-mobil yang terparkir disana, belum lagi si empunya begitu gagah dalam balutan jas formal dengan tubuh atletis dan bisep kokoh, membuatnya persis seperti model pria yang tengah berpose.

Pemandangan langkah ini membuat siapapun yang lewat sudah pasti harus menoleh untuk memuja mahakarya sempurna ciptaan Tuhan dan hanya bisa menjerit heboh seperti cacing kepanasan.

Dari balik kacamata hitamnya, Bara melihat tatapan-tatapan intens yang ditujukan untuknya dan tentu saja ia betul-betul jengah. Dengan segera, ia mengambil ponsel untuk menghubungi Alana. Wajahnya terlihat kesal. Bagaimana tidak, ia sudah menunggu disini nyaris sepuluh menit tapi wajah menyebalkan itu belum muncul. Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan ia tidak mentolerir keterlambatan.

Bara menunggu dengan tidak sabar saat terdengar nada sambung. Jika Alana tak menjawab teleponnya, dengan senang hati Bara akan pergi dari kampus ini dan membatalkan janji makan siang mereka. Lebih baik ia duduk di kantor menandatangani laporan pekerjaan, daripada berdiri disini layaknya manekin di etalase toko.

Seketika, seseorang memeluknya dari belakang. Sontak, Bara menoleh dan menemukan Alana tengah tersenyum manis sambil menggoyangkan ponselnya ke udara. Bara berdecak dan segera mematikan panggilan telepon membuat nada dering di ponsel Alana ikut mati.

"Sori lama. Dosennya keasyikan ceramah, nggak sadar kalau kelasnya udah kelar," jelas Alana sambil mengecup sekilas pipi Bara, tapi tak mampu membuat kekesalan Bara mereda.

"Jangan banyak alasan, Alana. Aku harus meninggalkan pekerjaanku hanya untuk jemput kamu kesini, tapi justru kamu nggak on time. Jangan harap aku bakal jemput kamu lagi."

Bukannya menyesali perbuatannya, Alana malah memutar bola mata yang mana membuat Bara semakin kesal. "Sesekali kena cahaya matahari tuh sehat daripada duduk di ruangan berAC terus. Kayak zombie aja," balasnya tanpa rasa bersalah sedikitpun, malahan terkikik geli.

The CEO and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang