BAGIAN I - 05. LUST

39.6K 1.7K 71
                                    

05.

Proses syuting iklan memakan waktu seharian penuh dan di lakukan di beberapa lokasi berbeda. Saat ini sudah pukul 19.00 WIB, Tita telah selesai di rias untuk look terakhir. Wajahnya terlihat lelah tapi ia mencoba profesional dengan tetap tersenyum menyapa para kru yang mungkin lebih lelah dari dirinya.

“Ceritanya kamu sedang kasmaran,” Amar—sang sutradara mulai membriefing Tita untuk adegan terakhir dari serangkaian proses syuting iklan. “Kamu pasti tahu lah kalau lagi kasmaran tuh gimana. Akting natural aja. Ada properti juga disana, bisa kamu gunakan. Ok? 15 menit lagi take.”

Setelah Amar pergi, Tita mulai menutup mata untuk mencoba masuk ke dalam peran yang sedang ia lakonkan. Beradegan kasmaran memang tak sulit, namun jika tak menjiwai, hasilnya tak akan maksimal. Paling buruk, harus take berulang-ulang. 

“Tita...”

Tita membuka mata dan menemukan Arya tengah tersenyum padanya. Pria itu menarik kursi dan duduk di sebelahnya.

“Lo dateng lagi?” tanya Tita heran.

Sejak pagi, Arya setia mendampingi dirinya syuting. Namun menjelang sore, Arya pamit karena harus mengecek cafe & bar miliknya. Tita pikir, Arya akan pulang seterusnya, nyatanya pria itu kembali menemuinya di lokasi.

“Iyalah. Nggak mungkin gue tinggalin lo sendirian. Gue bawain lalapan ayam nih,” kata Arya dan segera membuka bungkusan makanan yang ia bawa.

Thanks God. You're my savior!” sahut Tita senang.

Arya pun segera menyuap makanan itu untuk Tita. Di perlakukan dengan manis seperti ini tentu saja membuat Tita senyum-senyum sendiri. Bahkan sejak pagi Arya begitu manis.

Namun ucapan Bara tadi malam seketika menghantam kesadarannya, membuat Tita meringis miris. Arya memang memperlakukan dirinya dengan manis, tapi selama tidak ada pembicaraan serius tentang masa depan hubungan mereka, ini semua tidak ada artinya. Seharusnya Arya lebih gentle sebagai pria agar Tita tidak menerka-nerka.

Wajar Tita mempertanyakan maksud tujuan Arya karena keduanya sudah dekat lebih dari 6 bulan dan itu waktu yang cukup lama untuk sebuah proses pedekate. Kalau Arya menyukainya, seharusnya ada ucapan cinta kan? Tapi kalau tidak menyukai, kenapa Arya begitu manis?

Stand by. 5 menit lagi take.” Seorang asisten sutradara menghampiri Tita di ruang make up. 

Tita menelan kunyahan terakhir lalu meneguk air mineral pemberian Arya. Setelah itu ia bergegas menuju lokasi, sementara Arya dengan setia menunggu Tita.

***

Bara : Aku di cafe dekat lokasi syuting kamu.
Bara : Kabari kalau udah selesai, biar aku jemput.

Tita menarik napas pelan dan seketika jantungnya berdegup kencang saat membaca pesan dari Bara. Tadi pagi, Bara memang mengirim pesan sekedar mengingatkan lagi tentang niatnya yang ingin menjemput Tita di lokasi syuting. 

Tita pikir Bara tidak serius, tapi nyatanya pria itu sudah menunggunya. Seketika Tita menjadi gelisah. Arya sudah menemaninya dari pagi sehingga tidak mungkin di abaikan begitu saja, tapi ia sudah berjanji pada Bara. Ugh! Kenapa Tita harus ada di posisi sulit ini?

“Yuk balik sekarang,” ajak Arya.

Tita mulai panik. Ia tak tahu harus menolak Arya dengan cara seperti apa. Tiba-tiba, ponselnya berdering dan nama Bara muncul disana membuat Tita seketika terlonjak kaget. Dengan gugup, Tita menerima panggilan itu. Arya memperhatikan dengan menyipit curiga.

The CEO and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang