Chapter 7: Manusia Listrik?

51 2 0
                                    

Chapter 7: Manusia Listrik?

Tasha POV

Sudah tiga hari berlalu sejak aku menyetujui untuk mengikuti permainan mereka. Tidak ada yang tahu mengenai ini semua kecuali kami pihak yang bersangkutan—aku dan Zayn—, pihak management dan anggota One Direction yang lain.

Berita mengenai aku dan Zayn yang berpacaran ternyata sangat cepat menyebar, bahkan sampai ke telinga keluarga ku. Tentu saja itu membuat Mama, Papa dan Kak Vanno berteriak histeris.

Histeris karena mereka mempunyai calon menantu dan adik ipar seorang superstar. Aku hanya pasrah dan terus berdoa agar aku tidak dosa karena sudah membohongi keluarga ku dan semua orang.

Bagaimana dengan Tere? Anak itu sama hebohnya dengan yang lain. Ia bangga mempunyai teman yang berhasil memacari seorang penyanyi dari sebuah grup terkenal. Ia terus saja meminta ku melakukan skype saat aku dan Zayn sedang bersama, atau saat sedang bersama personil One Direction lainnya.

Akun socmed ku pun tidak kalah heboh. Dalam tiga hari, followers twitter ku sudah mencapai ribuan. Setiap detiknya, ada saja yang me-mention ku. Ada yang setuju dengan hubungan kami, ada juga yang menjudge ku sebagai orang ketiga dalam hubungan Zayn dan Perrie.

Ah, Tere dan keluarga ku juga menanyakan bagaimana bisa aku dan Zayn berpacaran, padahal kami baru saja kenal? Untuk pertanyaan satu itu, aku hanya menjawab, “karena aku dan Zayn merasa bahwa kami cocok dan kebetulan kami sama-sama lagi sendiri. Jadi, kami memutuskan untuk berpacaran.” Dan dengan mudahnya mereka percaya.

“Tasha ... Hei, mengapa kau melamun seperti itu? Ada yang sedang kau fikirkan? Kau baik-baik saja?” tanya Eleanor sambil melihat ke arah ku. Saat ini lampu lalu lintas sedang berwarna merah, jadi kami bisa mengobrol.

Aku menoleh kearahnya dan tersenyum. “I’m fine. Just... lil bit tired. You know? About the fans and the judgement about me who be a reason of Zerrie broke up.”

“Aku mengerti perasaan mu, Tasha. Aku pun pernah berada di posisi mu seperti sekarang.”

Kening ku berkerut, jadi, Eleanor dan Louis pernah menjalani hubungan pura-pura juga? Pikiran ku bertanya-tanya.

“No, i mean, the fans and the judgement about me.”

Aku mengangguk mengerti. Ele kembali ke posisi nya semula kerena lampu sudah berganti menjadi hijau. Ia kembali mengendarai dengan tenang. “Kau tidak perlu khawatir, Tasha. Everything will be okay.”

Mendengar ucapannya membuat kedua sudut bibir ku terangkat dan membentuk sebuah senyuman. Ya, Ele benar, everything will be okay.

Mobil yang Ele kendarai pun sampai di O2 Arena. Ya, hari ini kami akan menonton konser One Direction di London. Di pintu masuk sudah banyak sekali Directioners yang sedang menunggu giliran mereka untuk masuk.

Mereka yang menyadari kehadiran ku dan Eleanor langsung berteriak histeris. Eleanor melambaikan tangannya kearah mereka sambil tersenyum. Ia mengajak ku untuk menemui mereka, tentu nya dengan dibatasi pagar besi.

Aku agak ragu, namun Ele tetap memaksa ku untuk menemui mereka.

“Hai, guys...” sapa Eleanor dan dijawab dengan antusias. Lalu mereka mulai sibuk berfoto bersama dan bertanya seputar kegiatan Eleanor atau pun hubungan Ele dan Louis.

“Tasha, can I take a picture with you?” pinta salah seorang gadis berambut blondie.

“Sure.” Lalu aku berjalan mendekat kearahnya. Ia mengulurkan tangannya agar bisa lolos dari pagar. Lalu mengarahkan kameranya kearah kami. “Terima kasih, Tasha. You’re so good. You deserve for Zayn.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

London In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang