05. Rahasia Adra

10 3 0
                                        

Adra dan Wulan kini berada disebuah cafe mereka memilih duduk dipojok dekat jendela agar orang² tak memperhatikan mereka.

Secara Wulan menggandeng Adra masuk masih dalam keadaan menangis walau hanya isakan kecil, namun dia tidak mau disanga membuat anak orang menangis.

Sekitar 15menit mereka hanya duduk Wulan hanya diam menatap lurus kearah Adra membiarkan dia supaya bisa tenang dulu.

Dilihat Adra sudah tenang dirinya sudah tak lagi menangis namun matanya merah dan sedikit bengkak.

"Mas," panggil Wulan pada seorang pelayan cafe

"Mau pesen apa mbak?" tanya pelayan tersebut sambil tersenyum

"Jus stroberi sama jus mangga."

"Oke tunggu sebentar mbak." kemudian pelayan tersebut pergi.

"Adra," panggil wulan pelan, merasa dirinya dipanggil Adra mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk lemas.

"Udah baikan?" tanya Wulan lagi ia berusaha tersenyum lembut untuk memberi ketenangan pada Adra.

"Maaf," kata itulah yang tiba² terucap dari mulut Adra

"Gak papa aku paham ko. Kamu mau berbagi sama aku?" Adra merasa heran apa maksud gadis yang berada dihadapannya ini.

Melihat ekspresi bingung Adra membuatnya mengehela nafas kasar.

"Mau cerita sama aku? Aku baru tau kamu takut sendirian dikeramaian. Sebenernya agak kaget sih tapi aku juga penasaran kamu ko bisa punya trauma seperti itu?"

Hening, yah Adra masih belum membuka suara pandangannya kosong kebawah jari tangannya sibuk meremas ujung baju

"Hahah udah sih gak usah grogi gitu, gak mau cerita juga gak papa itu hak kamu." tutur Wulan santai sambil meminum jus nya.

"Itu terjadi saat aku berusia 6 tahun saat itu aku masih ada diluar negeri.Hendak pergi bersama keluargaku naik kereta, namun aku tak tahu kalau sahabat yang paling aku sayangi dia datang untuk melihatku." Adra menari nafas dalam² berusaha menetralkan gejolak yang sangat kuat dalam hatinya kala potongan-potongan ingatan lama mulai terputar kembali dipikiran Adra.

"Aku baru tau saat Ayah mendapat pesan dari Papa Yara, kalau dia datang ingin mengucapkan salam perpisahan namun Yara berlari entah kemana. Saat itu juga aku berlari ditengah kerumunan orang² mencari keberadaan Yara aku sangat khawatir, kami semua mencarinya." Adra kembali mengatur nafasnya yang mulai tercekat karena menahan rasa sakit dihatinya

Sementara Wulan dia tidak ingin menyela dia ingin mendengarkan dengan baik seluruh cerita Adra.

"Ditengah kerumunan orang² aku selintas melihat sosok Yara tengah melambai akupun berusaha untuk menghampirinya, saat tinggal beberapa langkah lagi kulihat ada seorang pria berkacamata hitam menariknya paksa mulutnya dibekap oleh tangan pria tersebut. Aku berteriak namun orang² disana seolah tuli mereka tidak peduli.

Flashbavk on

"Yarrraaa!" Adra berusaha lari melawan arus, tubuhnya yang kecil terdorong kesana kemari  tangan kecilnya berusaha meraih sesuatu didepannya yang sudah terlihat menjauh.

"Tolong!  Apa tidak ada seorangpun yang mendengarkan? Ayah, momi to...." kesadaran Adra mulai hilang apa yang dilihatnya hanya bayangan yang tak jelas.

"Adra, bangun nak." samar² Adra mendengar suara lembut yang membangunkannya.

"Aku dimana?"ia berusaha mengumpulkan semua kesadarannya, kepalanya terasa berat dan pening

"Rumah sakit sayang." Jawab Berlin yang tak lain adalah ibunya Adra

"Yara...Ara mom?" Adra kembali histeris

"Tenang sayang Ayah tengah berusaha mencarinya kamu harus tenang." Ucap ayahnya berusaha menenangakan putranya.

"Mereka seolah tuli dan tidak peduli, aku benciii mereka semua."

Flashback off

"Lalu apa yang terjadi pada Yara?" tanya Wulan penasaran.

"Tidak tahu, sejak kejadian itu aku banyak berubah jadi kedua orangtuaku membawaku ke Indonesia." Jelas Adra masih dengan wajah tertunduk lemas

"Emm jadi itu yang buat kamu benci dan selalu menangis saat km dikerumuni banyak orang?"

Adra hanya mengangguk lemas, jujur ada perasaan lega dalam hatinya saat sedikit masalahnya bisa dia bagi dengan seseorang.

"Lain kali kalau lo ada masalah cerita aja ke gue yah dra."

*********

"Woy Ana bengong aja."

"Ya ampun bisa gak sih gak teriak mulu! Budeg nih kuping gue." Ketus Wulan, bagaimana tidak budeg pagi² dikasih sarapan suara cempreng si cicak

"Lo bilang gue cicak?"

"Lah ko lo tau sih, lo bisa baca pikiran gue yah?"

"Eh cacing, berarti bener yah lo bilang gue cicak ya ampun bidadari cantiknya gak ketolong gini lo bilang cicak.?"

"Lah yah kan emang cicak, tidur nempel dimana aja udah di tembok di lantai bahkan di wc pun gak kelewat." Ketusku dalam satu tarikan nafas.

"Kaya lo gak tau aja tidur adalah hobi gue." Jelasnya dengan ekspresi penuh kebanggaan.

"Udah ah gue mau cari kelas gue." Baru saja Wulan akan melangkahkan kakinya, dari belakang ada yang menarik tasnya. Siapa lagi kalau bukan orang yang baru saja berdebat dengannya

"Gak perlu capek nyari, nih gue sahabat loh yang baik ini udah nempatin tempat duduk buat lo." Lagi² dia menunjukan ekspresi bangga atas kelakuannya

"Kita sekelas?" Tanya Wulan. Yah cukup kaget dia  pasalnya hampir tiap sekolah dia selalu sekelas dengan Hani.

"Yaudah yu ah ikutin gue!" Ucap Hani sambil menggandeng lengan Wulan

X IPA 7

Begitulah kiranya tulisan yang ia lihat diatas pintu  yang berada dihadapannya.

Alangkah terkejutnya saat Wulan sudah masuk kedalam kelas dan melihat semua orang yang tersebar disegala penjuru kelas pasalnya  kelasnya ini ada.

"Serius Han ini kelas kita?"

"Yah, selamat datang."

Cek 1...2....3...
Masih adakah yang menyimpan cerita ini😂. 

Kembali lagi ..

Nggk ada yang kangen ya😏

Dududud pokoknya Selamat menikmati cerita ini..

Ceritanya ngawur?....🤔
Ada yang suka?😐
Banyak salah penulisannya?😫

Typo bertebaran 🙏🙏
Dont forget..like and comment

Adra & WulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang