Chap 18

4.3K 591 44
                                    

"Mama jangan pelgi lagi ya, Chimchim cedih jika cidak belcama Mama" Ucap Chimchim yang masih senantiasa melekatkan kepalanya dipaha Jin.

"Papa juga belcedih lho kalau cidak ada Mama." Lanjut Taetae.

"Papa?" Tanya Jin penasaran, sambil tangannya tak henti mengelus kedua kepala mungil dipahanya.

Sikembar mengangguk. Mereka mulai menghisap jempolnya, dan matanya mulai sayu seolah akan redup kapan saja.

Jin yang tahu betul kebiasaan sikembar jika sudah menghisap jempol, itu artinya mereka mengantuk.

"Sepertinya sekarang jadwalnya tidur siang. Kalian disini dulu ya, Mama buatkan susu untuk kalian" Ucap Jin lalu mengecup dahi sikembar.

.

.

"Mom kenapa menyuruh si brengsek itu untuk mengantar anak-anakku?"

"....."

"Kan Mommy bisa menyuruh orang lain. Kenapa harus dia. Mom tahu sendiri aku tidak bisa akur dengannya"

"......"

"Ahh Mommy ini.... Baiklah, nanti aku hubungi lagi"

Namjoon mengakhiri panggilannya dengan Mommynya.

Matanya langsung melirik sosok yang selalu mengalihkan perhatiannya, sedang melewatinya begitu saja dan menuju ke dapur.

Jin yang baru memasuki dapur, kini mulai menyiapkan susu untuk sikembar.

"Kita belum selesai bicara tadi" Ucap Namjoon dari belakang Jin.

"Aku harus membuatkan susu untuk sikembar, mereka mengantuk" Jawab Jin.

Namjoon yang tidak tahan lagi, langsung mendekati Jin dan meraih tangan Jin.

Jin yang terkejut dengan aksi Namjoon itu, hampir saja menumpahkan susu bubuk yang hendak dia masukkan kedalam botol.

"Tinggallah disini. Aku... tidak.... Kami membutuhkanmu Jin"

"A-aku..."

"Kamu ingin bilang bahwa kamu bukan siapa-siapa disini, begitu?"

Ada jeda diantara mereka. Jin sendiri juga sudah bingung untuk mencari alasan lagi.

"Kau salah Jin..."

"Namjoon.... Aku sungguh berterimakasih atas semua pengorbananmu padaku. Bahkan kamu rela terluka demi menyelamatkanku. Tetapi.... Aku tidak bisa"

"Kenapa?"

Mata Jin terlihat gelisah.

"Kamu tidak benar-benar mencintaiku... aku tahu, dihatimu hanya akan tetap ada satu, yaitu Mama kandung sikembar"

"Jin.... kamu masih meragukanku?"

"Ya benar. Aku meragukanmu."

Namjoon menghela nafasnya dengan kasar, lalu melepaskan tangannya dari tangan Jin.

"Kenapa kamu berpikiran seperti itu? Apa lagi yang harus aku buktikan untuk membuatmu menyadari perasaanku?"

"Tidak ada. Tidak ada yang perlu dibuktikan, karena.... Kamu memang tidak akan pernah mencintaiku" Jawab Jin lalu melanjutkan membuat susu sikembar, dengan air mata yang menetes dipipinya.

Namjoon mengusap pelan pipi Jin yang basah.

"Mian... aku baru menyadarinya, bahwa ternyata dirimu yang paling terluka disini" Ucap Namjoon.

"Tetapi... bisakah aku bertanya satu hal?" Lanjut Namjoon.

Jin menoleh ke arah Namjoon.

"Apa kau m-mencintaiku?"

Like A DustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang