"Aku pulang..."
Jungkook menoleh pada pintu tanpa daun yang membatasi ruang tamu dengan ruang tengah. Yeri muncul dengan beberapa kantong belanjaan di tangannya.
"Hm, dari belanja?" sambut sang suami . Ia berjalan mengiringi Yeri, membantunya membawa beberapa kantong belanjaan menuju dapur.
"Iya. Persediaan makanan mulai menipis. Aku khawatir beberapa hari kedepan aku terlalu sibuk dengan persiapan perilisan novel perdanaku. Jadi, aku belanja lebih awal saja. Oh ya, oppa sudah makan malam?" balas Yeri sambil menyusun sayuran dan buah-buahan ke dalam kulkas setelah mencucinya.
"Sudah. Ditraktir senior tadi."
Bohong. Sebenarnya Jungkook lapar. Ia sedikit berharap Yeri tidak bertanya dan langsung memasak untuknya. Bukankah itu tugas seorang istri ? (jangan beritahu Yeri, Jungkook hanya menyebutnya dalam hati).
Terlalu gengsi atau sedikit segan, mungkin keduanya, apalagi Yeri terlihat lelah. Sebenarnya indra pengecap Jungkook mulai terbiasa dengan makanan yang diolah Yeri. Jujur saja semakin hari, Yeri sudah semakin layak untuk memegang spatula di dalam dapur. Dia hanya terlambat belajar hingga Jungkook terkena imbasnya untuk mencicipi eksperimen pertama Yeri dulu. Di hari pertama setelah mereka menikah pula.
"Kubuatkan kopi?" tawar Yeri lagi.
"Boleh. Tadi ada acara TV yang menarik. Dan lagi, kau belum menceritakan perkembangan novel perdanamu."
"Iya, oppa tunggulah di ruang tengah. Kupanaskan airnya dulu."
Tidak cukup 20 menit, Yeri menyusul Jungkook untuk duduk di sofa ruang tengah dengan 2 cangkir kopi di tangannya. Satu diletakkan di atas meja, persis di depan Jungkook, dan satu lagi di meja sudut yang dekat dengan tempatnya duduk. "Bagaimana harimu?"
"Melelahkan," Jungkook melirik kopi di depannya. Yeri semakin ahli membuat kopi krim tanpa ampas.
"Sepertinya kau butuh istirahat, oppa. Apa besok kau masih kerja?"
"Tentu saja. Aku hanya dapat jam istirahat hari ini saja."
Jungkook menyadarinya, Yeri dengan dua mata bulat serupa mata puppy menatapnya dari samping. Ekspresi prihatin itu tidak bisa disembunyikan.
"Jika tidak keberatan, aku bisa memijat punggungmu oppa."
Tawaran yang lebih dari sekedar menggiurkan.
"Kenapa aku harus keberatan. Justru aku khawatir kau terlalu lelah. Jadi tidak usah saja," tolak Jungkook setengah-setengah. Membayangkan jemari cantik itu menari di atas kulitnya... dan...Oke, pikiran Jungkook mulai tidak fokus.
"Tidak, aku tidak selelah itu," Yeri berdiri dan meletakkan bantal di pinggir sofa panjang. "Berbaringlah dengan posisi tengkurap. Aku tidak menjanjikan kalau pijatanku akan mengurangi lelahmu, tapi aku akan berusaha."
Oh baiklah, Jungkook penganut prinsip 'tidak akan ada kesempatan kedua' , untuk itu dengan gengsi yang masih dipertahankan, ia hanya mengangguk kemudian menganggalkan kaos oblongnya dan menelungkup di tempat yang disediakan Yeri.
"Sebenarnya tidak harus buka baju juga. tapi ya sudahlah."
Yakinkan Jungkook kalau itu bukan teguran telak. Bayangkan bagaimana malunya Jungkook kalau saja Yeri berpikir bahwa suaminya itu sedang memberi kode keras kalau dia ingin.
Itu.
Ayolah, ini sudah hampir 3 bulan sejak mereka menikah dan tidak ada kemajuan sama sekali. Jungkook akan ditertawai habis-habisan oleh senior yang sering memojokkannya itu kalau mereka mengetahui bahwa baik Jungkook dan Yeri sama-sama masih virgin .
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Married || jungri•
Romance[COMPLETED] "Kim Yeri... menikahlah denganku," Mungkin terdengar normal jika perkataan itu dikeluarkan oleh seseorang yang Yeri kenal. Namun untuk seorang lelaki yang mengaku sebagai dokter muda bernama Jeon Jungkook dan mereka baru saja berkenalan...