"Dengan ini kunyatakan kalian sebagai sepasang suami dan istri," kukuh seorang pendeta dengan mantap, "saudara Jeon Jungkook, kau boleh mencium pasanganmu."
Yeri kembali senang dengan keputusannya. Jeon Jungkook adalah orang yang bijak. Baginya yang begitu mendewakan ciuman pertama ternyata dimengerti Jeon Jungkook. Pria matang dan tampan itu memiringkan kepala hingga yang di kecupnya adalah bagian pipi dekat dagu yang hampir tak mengenai sudut bibir. Sedikit tidak apa-apa, asal bukan bibirnya secara utuh.
Dan kamuflase itu cukup baik hingga mengundang suara riuh para undangan yang hadir. Beberapa dari mereka berdiri dengan bertepuk tangan. Melihat dua pasang manusia yang telah terikat dalam ikatan suci bernama pernikahan. Pasangan yang sempurna.
"Aku pulang..."
Seruan itu terdengar dari pintu depan, diikuti suara gesekan sol sandal rumahan yang sudah disiapkan di dekat pintu.
Yeri mematikan DVD player sekaligus TV yang tadi menampilkan video pernikahannya dengan Jungkook. "Selamat datang," sambutnya langsung meraih tas kerja suaminya dan mengiringinya untuk duduk di sofa ruang tengah. "Bagaimana harimu?"
"Hm... tidak buruk."
Yeri mulai sedikit tahu kebiasaan Jungkook. Jika dia mengatakan 'tidak buruk' artinya ada sesuatu yang terjadi dan itu jelas tidak baik. "Aku bisa mendengarkan."
Jungkook memijat pucuk hidungnya dan bersandar di sofa, memejamkan mata lelahnya. "Mereka. Para senior sepertinya tidak menyukai eksistensiku. Sukses besar dalam operasi perdanaku, menikah di usia 25 tanpa hambatan, terlebih mereka bilang kau begitu mengagumkan dan seksi. Tadi, di depan pasien yang kutangani sendiri mereka bekerja sama memojokkanku dengan menyindir bekas jahitan pasien yang kutangani. Katanya jarak jahitannya terlalu dekat dan bekasnya akan semakin jelek. Itu mereka katakan terang-terangan di depan pasienku yang sebenarnya adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai model. Kurasa dia tidak akan mengenakan pakaian yang memperlihatkan perut dan pusarnya, karena jahitan membujur itu akan terlihat."
"Mereka orang-orang yang gagal."
"Eh?"
"Memojokkan orang yang sukses besar di operasi perdana, terlebih kau cukup muda untuk dipercayakan menangani operasimu sendiri, kurasa mereka hanya iri. Berapa umur mereka saat mereka dipercayai melakukan operasi yang dipimpin sendiri? Abaikan saja orang-orang bodoh itu dan lanjutkan menjadi dirimu sendiri. Kau tahu, memang baru 3 minggu aku mengenalmu. Tapi aku senang bisa berada di sisimu. Kau orang yang baik, oppa. Kau sangat pengertian, dan kau sangat bertanggung jawab. Abaikan mereka, karena aku yakin tidak sedkit orang yang mengakui eksistensimu dengan mata terbuka."
Jungkook tidak ingat kapan pertama kali Yeri memujinya, tapi ia mematenkan bahwa ini adalah pujian paling menyentuh yang pernah ia terima. Hebatnya lagi, itu adalah dari pendamping hidupnya yang masih tegas menyatakan bahwa hubungan mereka masih terasa asing. "Kau akan memasak apa untuk makan malam?"
Yeri mengangkat bahu, mungkin masih belum mengikuti alur perubahan topik yang terlalu mendadak itu. "Aku belum memastikan. Tapi tadi siang sepulang kuliah, aku membeli belut segar, sayangnya pasti akan lebih buruk dari telur mata sapi katarak jika aku nekat memasaknya sendiri."
Barulah Jungkook tersenyum, melonggarkan kancing kemejanya dan mengajak Yeri ke dapur. "Ayo kita memasak, akan kuajarkan cara mengolah belut yang baik dan benar. Mungkin kita bisa memanggangnya dan mengolesinya dengan saos asam manis pedas. terima kasih karena telah memilih belut sebagai menu malam ini."
"Oh ya oppa, kalau boleh jujur, aku bukan membelinya dari uang yang kau berikan."
"Lalu?"
"Aku bertemu dengan Ibu pemilik panti. Dan dia membelikan belut itu untukku. Katanya sangat bagus untuk pengantin baru. Kita harus banyak-banyak makan protein tinggi katanya. Dan aku harus memastikan kau memakan bagian ekornya. Entah apa relasinya."
Jungkook tertawa kikuk kemudian mengusap tengkuknya yang berkeringat. Terkadang Jungkook penasaran, bagaimana nantinya ia mengubah kepolosan Yeri menjadi...
Oh... ini tidak baik. Dia tidak boleh memancing birahinya sendiri.
"Katanya, belut bisa menambah vitalitas pria, Yeri."
"Untuk apa?"
Jungkook mengedipkan matanya setelah mengambil sekantung plastik belut dari dalam kulkas, meletakkannya di dalam wadah penadah air di tempat pencucian piring. "Mungkin aku akan menggunakan bahasamu. Bersetubuh, tentu saja."
Dan Yeri hanya mengangguk-angguk paham dengan kedua pipi yang perlahan bersemu.
.
.
.
.Original story By. ALF [link ada di bio]
Masih mau dilanjut lagi?? 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Married || jungri•
Storie d'amore[COMPLETED] "Kim Yeri... menikahlah denganku," Mungkin terdengar normal jika perkataan itu dikeluarkan oleh seseorang yang Yeri kenal. Namun untuk seorang lelaki yang mengaku sebagai dokter muda bernama Jeon Jungkook dan mereka baru saja berkenalan...