4. Langkah pertama

5.8K 753 32
                                    

Siang itu Jungkook menemukan Yeri tengah berkutat dengan laptopnya di ruang tengah. TV sengaja dimatikan karena sepertinya aktivitas Yeri menuntut konsentrasi penuh, juga keseimbangan otak kiri dan kanan tanpa adanya pengalih yang menjelma menjadi penganggu.

“Tidak biasanya kau di rumah siang-siang begini,” tegur Jungkook yang langsung mengambil posisi di sofa, persis di belakang Yeri yang duduk melantai sambil memunggunginya.

“Hanya ada kelas pagi, tadi,” jawabnya tidak bermaksud acuh. Sekali lagi, aktivitasnya menuntut untuk konsentrasi penuh.

“Kau sedang mengetik apa?”

“Cerita mentah untuk digubah.”

“Masih novel perdanamu yang gagal publish itu?”

Yeri kontan menghentikan kerja jemari indahnya kemudian menoleh dan menatap Jungkook sedikit tajam. “Bukan gagal, hanya perlu perbaikan di beberapa bagian. Kata editorku, ceritanya terlalu pasaran. Aku harus berani membuat gebrakan baru dan menaikkan ratenya untuk dikhususkan pada pembaca dewasa.”

“Ha? Kau disuruh menulis novel porno?”

“Astaga oppa… kau vulgar sekali.”

“Kau bilang diminta menulis yang ditujukan untuk pembaca dewasa, jelas saja itu adalah bacaan yang mengandung sesuatu yang porno.”

“Bacaan dewasa tidak harus ada konten seperti itu. Mengangkat tema kriminalitas dengan banyak penjabaran kekerasan, pembantaian, mutilasi dan sebagainya itu sudah masuk bacaan untuk orang dewasa karena anak-anak jelas kesulitan mencerna itu semua.”

“Hanya orang bermental psikopat yang suka membaca hal seperti itu.”

Yeri diam, kelihatannya sedikit berpikir. Ia kembali menghadap laptopnya, memblok semua tulisan yang hampir mencapai 100 halaman kemudian menekan tombol delete.

“Kenapa dihapus? Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung,” tegur Jungkook sedikit merasa bersalah.

“Tidak. Maksudku, oppa benar. Aku bahkan tidak pernah melihat secara langsung bagaimana seseorang kepalanya pecah ditembusi peluru. Aku khawatir pendeskripsianku terlalu berlebihan. Aku harus membatasi imajinasiku menjadi sedikit lebih real,” keluh Yeri kemudian berpindah duduk ke sebelah Jungkook sambil memeluk bantal.

“Bukankah kau suka hal-hal yang berbau romansa. Tetaplah di jalurmu.”

“Tapi ceritaku terlalu garing. Terlalu biasa. Editorku bilang, aku seperti anak SMP yang baru belajar menulis surat cinta.”

Jungkook memilih untuk tertawa. Bisa jadi benar, mengingat pikiran Yeri cukup polos dalam hal-hal seperti itu. Matanya perlu dibuka. Boleh saja secara paksa agar bocah itu bisa mengenal langsung seperti apa cerita romansa yang sebenarnya. Lagipula, menyentuh Yeri walau Cuma sedikit itu sah-sah saja sekarang. Toh Jungkook sudah mengantongi sertifikat pernikahan yang dilegalkan pemerintah. Jadi, menyentuh Yeri bahkan di area teritorialnya bukan lagi termasuk pelecehan. “Mungkin karena kau belum pernah merasakannya.”

“Merasakan apa?”

“Jatuh cinta mungkin. Maksudku… memang kau tidak harus membakar tanganmu untuk tahu bahwa api itu panas. Tapi tetap saja tidak cukup hanya dengan mendengar orang-orang membicarakannya.”

“Aku tidak mengerti. Kenapa oppa tidak menjadikan objek lain sebagai sampel. Api terlalu berbahaya.”

Jungkook kembali tertawa, memberanikan diri mengacak rambut Yeri, membuat wanita itu mempertahankan kontak mata dengan pria yang memiliki lensa sehitam rambutnya. “Apa kau pikir cinta tidak berbahaya? Kau hanya membayangkan yang manis-manis saja Yeri. Cinta itu seperti kembang api. Indah memang, tapi itu berbahaya jika ia tidak meledak di tempat sebenarnya. Aku contohnya. Bukan bermaksud jujur kalau aku masih patah hati, tapi… hanya untuk menyadarkanmu bahwa cinta tidak selamanya indah.”

Get Married || jungri•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang