8. Best Birthday Ever

4.8K 701 33
                                    

Seharian hanya dihabiskan Yeri bersama Jungkook di ruang tengah. Tidak ada yang terlalu istimewa. Tapi menurut Yeri, itu adalah hari terbaik. Belum pernah ia merasa sesenang itu saat menghabiskan hari ulang tahunnya, setidaknya bukan dengan merenung di dalam kamar sambil membaca novel kemudian besoknya ia baru memeriksa ponselnya bahwa ada ajakan keluar untuk makan malam karena umurnya sudah bertambah sehari sebelumnya.

Yah, Yeri memang terkadang melupakan hari istimewanya itu, namun kini setelah menikah, perubahannya cukup drastis. Walau hanya mengobrol lepas, makan kue dan menonton film China yang salah satu pemerannya merupakan mantan grup idol papan atas. Judulnya Kembali ke usia 17 . Tapi sebenarnya, mereka lebih banyak mengobrol dari pada menonton. Kaki mulus milik Yeri diluruskan dan bertumpu di atas pangkuan Jungkook karena pria itu menawarkan pijatan betis profesional. Itu kata Jungkook, namun kenyataannya itu terlihat lebih kepada mengelus dan meraba dari pada memijat. Telapak tangan yang tidak halus seperti memberi sensasi tersendiri di kulit Yeri, makanya ia hanya membiarkan itu berlangsung selama mereka mengobrol.

Ia ingat obrolan yang membuat mereka sempat berada pada fase diam dan berdebar. Itu karena pertanyaan polos Yeri.

"Oppa, apa yang akan kau lakukan jika saja kau diberi kesempatan untuk kembali ke usia 17?"

Dan tanpa ragu Jungkook menjawab, "Aku akan ke perpustakaan umum lebih awal untuk menemukanmu di sana."

"Eh, kenapa?"

"Agar aku bisa mengenalmu lebih awal, kalau bisa menikahimu lebih cepat dari rencana. Dengan begitu, pernikahan kita bisa dimulai lebih awal, tahu tentang dirimu lebih awal dan mungkin bisa jatuh cinta padamu lebih awal."

Dan hal yang terjadi selanjutnya adalah... tidak ada. Maksudnya, Yeri tidak berkata apa-apa lagi, hanya menatap Jungkook tepat di matanya yang bergerak tidak fokus mencari objek lain sebagai pelarian. Apapun agar tidak bertumbukan dengan tatapan Yeri dan menangkap basahnya dalam keadaan gugup. Tangannya di betis Yeri mulai mengalami penurunan suhu, mendingin dan lembab.

"Ku... Kuenya sudah habis. Aku akan memotong lagi."

"Oppa yakin bisa jatuh cinta padaku? Maksudku bukan berarti aku ingin menikah denganmu di usiaku yang masih 14 tahun saat itu. Tapi jika benar kita bisa mengenal lebih awal, apa kau akan jatuh cinta padaku?"

Jungkook hanya menggosok tengkuknya yang berkeringat. Menggigit bibir sebagai pelampiasan kekesalan karena tidak cukup pandai merangkai kata hingga membuat suasana menjadi terlalu canggung untuk dilanjutkan. "Aku... Bisa saja seperti itu. Siapa yang tahu takdir."

"Saat umurmu 17, apa kau sudah berpacaran dengan orang itu? orang yang menolak lamaranmu itu."

"Ya... tentu saja. Kami sudah bersama sejak aku masih sekolah dasar."

"Oh..."

"17 tahun adalah... saat di mana aku pertama kali menciumnya."

Oke, pembicaraan semakin memburuk sejak saat itu. Dan Yeri memilih diam, melanjutkan tontonannya. Pemeran di film itu mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit. Yang jadi masalah adalah, kenapa Yeri yang merasakan dampak kecelakaan itu? Ada yang remuk redam di rongga dadanya.

"Akan kupotong kuenya. Tart berbentuk hati itu sepertinya enak. Yeri-ah, kau ingin sepotong?"

Yeri mengangguk. matanya masih tidak lepas dari layar TV. Jungkook tidak menurunkan betis Yeri yang masih bebas berada di pangkuannya. Pria itu mengambil kotak kue tart yang di maksud. Meletakkannya di atas tulang kering Yeri sebagai penyangga.

Kue tart berbentuk hati dengan krim merah muda berbentuk mawar kecil kecil di pinggirannya, berhiaskan tulisan berbunyi 'Happy birthday my Angel' dan tepat di sudut bawah ada inisial huruf 'M' sebagai pengirim. Jungkook memotong kue itu dan membuang ujungnya yang terdapat huruf M tadi. Saat Yeri bertanya kenapa, pria itu menjawab dengan cukup enteng 'Tadi ada lalat yang hinggap, tapi sudah pergi', dan saat Yeri ingin mencicipinya, sapuan jari penuh krim merah mudah melintasi hidungnya dan menempel di sana. Itu adalah sebuah permulaan, setidaknya ada yang harus dilakukan Jungkook untuk memperbaiki atmosfer yang menebal di antara mereka. Jungkook tidak pernah menebak kalau Yeri sangat suka bermain. Yeri yang menatap Jungkook shock selanjutnya langsung melebarkan senyumnya dan menapakkan jemari indahnya di atas tart merah muda. Dan terakhir, setidaknya tart itu sudah tak lagi berbentuk karena semua lapisan krimnya berceceran di lantai, sofa, meja, dan lebih banyak di rambut, wajah, baju, dan tangan Jungkook. Yeri terlalu gesit menghindar dan menyerang, dan Jungkook tidak bisa membalas. Wow... gesit menghindar dan menyerang. Mungkin itu tidak akan berlaku jika diaplikasikan pada permainan lain. Di kamar Jungkook yang dingin mungkin.

Seperti sebuah program komputer yang bisa menghapus apapun yang tidak diinginkan. Seolah tidak ada pembahasan yang menyerempet perasaan pribadi masing-masing barusan. Hanya ada ledakan tawa, barang-barang berjatuhan, nafas terengah di sela jeritan 'Oppa... Yeri... Oppa... Yeri... '. Padahal mereka hanya berlarian sampai ke ruang tamu. Seolah tak puas memporak-porandakan satu ruangan. Sasaran berikutnya adalah tempat yang paling bersih di apartemen mereka. Debu hanya akan terlihat jika menyertakan kaca pembesar. Yeri cukup baik dalam hal kebersihan.

Bantal sofa beterbangan, taplak meja lenyap entah ke mana, vas kristal pun raib. Sebenarnya Yeri cukup lincah mengamankannya dan menyimpannya di bawah meja. Jika ada yang melihat mereka, orang-orang akan segera men judge bahwa masa kecil dua orang itu tidak bahagia. Tidak seperti itu sebenarnya, jika boleh dijelaskan dengan kata-kata, anggap saja itu adalah puncak dari sisi kekanak-kanakan mereka. Berlarian di dalam rumah, mengabaikan sakit saat lutut terantuk siku meja dan berakhir dengan Jungkook yang tersandung taplak meja yang ternyata ada di lantai saat berlari mundur dan Yeri yang tidak cukup siap menginjak pedal rem ikut terjatuh dan mendarat telak di atas tubuh tegap suaminya.

"Aduh..." entah siapa yang mengeluh.

Saling menatap shock, refleks yang sangat lambat untuk segera memperbaiki posisi, karena tiba-tiba saja kedua mata yang bertumbukan itu seolah menemukan kunci masing-masing. Tak ada yang berani berkedip. Menarik nafaspun seolah haram untuk mereka. Takut jika saja ada salah satu dari mereka menarik nafas, mereka akan tersadar dari sebuah ilusi yang menggiurkan. Tensi yang meningkat, irama jantung yang dipercepat, dan nafas yang masih tercekat.

Entah hanya perasaan saja, atau memang semua hal yang terjadi di sekitar mereka seolah berhenti, atau mungkin sengaja di atur dalam frame slow motion . Hingga mereka tidak menyadari perguliran waktu dan mengantar mereka pada dimensi yang diciptakan sendiri. Hanya ada kau dan aku .

Cukup lambat, tapi terarah dan pasti, pancaran mata Jungkook meredup seiring kelopak mata yang melemas. Ia turunkan pandangan dari mata, hidung yang bangir, hingga berhenti di bibir tipis Yeri yang di sudutnya terdapat krim merah muda yang lancang menempel. Seolah diperintah oleh hati, tangan kanannya terangkat, menapak dengan sangat hati-hati di pipi Yeri yang mulus. Gemetar, dingncang menempel. Seolah diperintah oleh hati, tangan kanannya terangkat, menapak dengan sangat hati-hati di piin, dan berkeringat adalah dampak sekunder dari perasaannya yang bergejolak sekarang.

Otot leher Yeri mulai kaku. Entah hanya perasaannya atau memang tangan Jungkook yang menempel di pipinya seolah menariknya mendekat. Seiring sensasi hebat yang kembali menjalar di sekujur tubuhnya seperti yang dilakukan Jungkook beberapa bulan yang lalu. Kelopak matanya melemah, dengan pandangan sayu, ia menyerahkan kekuatannya menopang wajah pada tangan Jungkook yang besar yang masih menariknya. Mengikuti apa keinginannya dan ke mana ia dituntun.

"Yeri-ah..."

Lirihan mengalun lembut namun berat. Mengelus logika yang perlahan dipadamkan, mengantar dua pasang mata yang akhirnya terpejam. Masing-masing menumpuk gejolak di titik temu yang akan sampai dalam hitungan _

Lima... empat... tiga... dua...

...

Dan kembali ke hitungan ribuan detik saat suara bel yang tidak terlalu keras justru terdengar memekak, memecah hening yang awalnya ada di pihak mereka.

Siapapun yang bertamu itu, matilah besok.

.
.
.
.

Original Story by. ALF (link ada di bio)

.
Sorry for late update ✌🏻✌🏻✌🏻✌🏻

Get Married || jungri•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang