Sampailah aku di depan rumah yang dimaksud dalam alamat. Kurasa ini rumah Faey yang dimaksud oleh kak Laerin. Tapi rumahnya terlihat sepi. Akhirnya aku coba menekan bel di dekat pagar.
Beberapa menit tidak ada jawaban. Aku pikir mungkin jika benar ini rumah Faey pun, mereka tidak sedang di rumah. Sampai akhirnya ada perempuan paruh baya yang keluar.
"Iya, dek. Maaf tadi bibi lagi repot." Sembari tersenyum kepadaku.
"Bi, maaf apa benar ini rumahnya Faeri?" Tanyaku.
"Oh iya, benar. Apa jangan-jangan adek ini Qysti ya?" Tanya bibi itu.
Aku kaget, kenapa bibi itu bisa mengetahuinya?
"... Iya bi." Jawabku."Yaudah sini masuk, bibi bukain dulu ya pagarnya." Ucap bibi ramah.
Sampai di depan pintu suatu kamar, bibi menghentikan langkahnya.
"Ini kamarnya Den Faeri. Silahkan langsung masuk saja. Bibi mau ke dapur lagi." Ucap bibi.
"Oh iya, terimakasih bi." Ucapku.
Perempuan paruh baya itu langsung pergi meninggalkanku di depan pintu kamar tersebut. Akhirnya aku ketuk pintunya.
"Iya bi? Masuk saja." Terdengar jawaban dari pemilik kamar, dan aku yakin itu adalah Faey.
"Ini gue Faey." Jawabku.
"Qyst? Masuk aja." Ucap Faey.
Aku buka kamar itu, dan kulihat Faey yang tiduran di ranjangnya dengan beberapa perban pada wajah, kaki dan tangannya. Aku seketika merasa sedih dan khawatir dengannya. Kurasa aku hampir menangis. Terdengar suara tawaan keras.
"Kenapa lo nangis? Gue udah gini berapa hari lho. Dan lo baru nangis sekarang? Aneh ya." Ucap Faey.
"Iya, maafin gue. Gue baru bisa ngejenguk lo sekarang. Apa keadaan lo masih parah?" Tanyaku khawatir.
"Tenang aja ko. Gue udah baikan. Perbannya juga hari ini mau dibuka ko." Jawab Faey.
"Eh, kenapa lo bisa tau rumah gue?" Tanya Faey bingung.
"Ada.. dari seseorang yang kenal lo di sekolah." Jawabku.
"Eh, lo tau? Gue sendiri lo di sekolah. Makanya lo cepet sembuh, cepet sekolah lagi." Ucapku mengalihkan pembicaraan.
"Haha, dasar. Pastilah lo kangen sama gue. Eh tapi bukannya ada si Laerin? Gue denger dari temen-temen lo jadian ya? Kenapa lo ga cerita? Gimana hubungan lo sama dia?" Tanya Faey.
Kenapa Faey bisa tau tentang itu? Aku malas sekali membahas itu.
"Ngga ko. Kita udah ga ada hubungan lagi." Ucapku.
"Lah kenapa? Sejak kapan?" Tanya Faey.
"Udahlah, mungkin emang harus gitu aja." Jawabku.
"Oh iya, lo jangan dulu pulang ya. Temenin gue, nungguin orang tua gue. Malam ini juga kan perban gue mau dilepas, sekalian aja lo makan malem di sini." Ucap Faey mengalihkan pembicaraan. Dia selalu saja bisa memahamiku.
"Hmm, gue takut ngerepotin nih." Jawabku.
"Alah, ga mungkin. Lagian orang tua gue udah kenal lo ko." Ucap Faey.
"Kenapa bisa? Bahkan bibi tadi pun udah kenal gue?" Tanyaku.
"Haha, gue udah cerita ke satu rumah tentang lo." Jawab Faey santai.
"Apa yang lo ceritain tentang gue?" Tanyaku penasaran.
"Tenang, gue emang suka cerita tentang sahabat gue ko." Jawab Faey santai.
Akhirnya sore itu diisi dengan pembicaraan yang tiada habisnya, aku dengan Faey. Kami mengisi waktu sore kami sembari menunggu waktu malam tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight [On Wattys 2018 Longlist]
Підліткова література"Aku baru mengetahui arti cahaya bagi bintang serta bintang bagi malam dan sekarang aku kehilangan mereka." - Qysti . Aku Haeryunisa Qystira. Semenjak kepergian sahabatku, aku menjadi seseorang yang pendiam. Hidupku gelap seperti langit di malam har...