3. Penghinaan dan Cacian

503 77 29
                                    


Hari ini adalah hari ketujuh setelah acara pembukaan diadakan. Hampir semua murid menjauhi Shigure karena rankingnya yang tak masuk akal itu. Banyak siswa dari kelas lain juga mulai menghina dan mengejek Shigure. Mereka mengatakan bahwa Shigure menyogok kepala sekolah dengan uang yang sangat tinggi untuk masuk ke akademi ini.

Hal ini membuat khawatir Pricilia yang selalu membela dan menemani Shigure. Pernah ketika mereka berdua sedang makan di kantin dan Shigure dihina secara terang-terangan oleh murid lain, Pricilia hendak mengamuk karena itu, tapi ia ditahan oleh Shigure.

Saat ini Pricilia dan Shigure sedang menikmati makan siang yang mereka beli mereka di kantin. Terlihat banyak orang yang perhatiannya tertuju ke Shigure. Banyak yang bertanya-tanya kenapa Kariyama Pricilia, seorang Baller kelas atas, selalu bersama Shigure. Karena tidak ada penjelasan yang masuk akal, mereka berspekulasi bahwa Shigure mengancam Pricilia agar berteman dengannya.

Hal ini membuat Shigure dijauhi oleh banyak siswa.

   "Hiragaya-kun, apa kau tidak masalah dengan ini?"

   "Hm? Apanya?"

   "Kamu sedang dihina tahu!" ucap Pricilia dengan suara yang ditekan sambil berdiri dari tepat duduknya.

   "Ah itu, tak usah dipikirkan, aku sudah biasa menerima perlakuan seperti ini," balas Shigure setelah meminum habis minumannya.

Setelah itu Pricilia kembali duduk sambil mengembuskan nafas berat. Ia tak bisa berbalik menyerang Shigure kalau ia sudah mengatakan itu. Tapi tetap saja Pricilia masih khawatir dengan Shigure dan sifatnya itu.

Di sisi lain, di ruangan kepala sekolah akademi Sousei.

Braaak!

   "Kepala sekolah!" seru seorang guru yang seminggu yang lalu memeriksa kekuatan pikiran siswa-siswi kelas 10, masuk ke dalam ruangan kepala sekolah dengan marah.

Di dalam ruangan tersebut terdapat seorang laki-laki berjas cokelat disertai dasi biru dengan corak polkadot putih sedang menandatangani sejumlah berkas yang tersedia di depannya. Mendengar seruan itu, ia langsung menoleh ke sumber suara tersebut.

   "Oh, ada apa, Araya-sensei?" tanya kepala sekolah pada guru tersebut. Kelihatannya guru yang masuk itu bernama Araya.

Guru itu berjalan mendekati meja kepala sekolah dengan cepat sambil memegang selembar kertas putih yang tertulis entah apa. Lalu ia membanting kertas itu tepat di hadapan kepala sekolah.

   "Apa maksudnya ini?!" tanyanya marah.

   "Oh, ini?" ia melihat kertas yang ada di hadapannya itu.

   "Tentu saja! Apa yang anda pikirkan tentang dia!? Kenapa seorang siswa seperti dia bisa masuk ke akademi Sousei yang terkenal hebat ini!? Apalagi anda yang merekomendasikannya! Ini hanya akan menghancurkan reputasi akademi Sousei!" kata Araya marah sambil agak menjaga sopan santunnya pada kepala sekolah.

Mendengar protes yang terang-terangan dari salah satu guru akademi Sousei tersebut, kepala sekolah hanya tersenyum kecil.

   "Baller dengan ranking F masih bisa diterima! Tapi kalau Baller yang kemampuan otaknya setara dengan manusia biasa, ini masalah serius!" teriaknya lagi.

Ia benar-benar marah terhadap keputusan kepala sekolah yang membiarkan siswa yang dibicarakan itu masuk ke akademi Sousei. Kepala sekolah masih tersenyum tanpa membalas sepatah kata pun pada Araya. Araya yang melihat senyumannya itu mulai agak terganggu dengan itu.

Over Brain [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang