Ini sudah jam 5 pagi, dua jam lagi aku akan check out dari hotel.
Aku terbangun karena rasa lapar di perutku ini sudah tak tertahankan.
*kringg kringg
Tiba tiba seseorang menelfon di telepon kamar hotel.
"Selamat pagi, dengan kamar 205?"
"Iya mbak?"
"Untuk breakfast anda bisa turun ke lobby, atau kami antar ke kamar anda?"
"Anter aja kesini mbak"
"Oke baiklah, selamat menikmati pelayanan kami"
*tuut
Ahh akhirnya ada makanan:")
...
Aku sudah bersiap diri, sekarang saatnya aku melanjutkan perjalananku ke pulau jeju.
*tuut tuut
Aku melihat nama yang tertulis dilayar hapeku. "Hoshi is calling"
"Halo Hoshi oppa?"
"Apakah kau sudah pergi?"
"Aku baru saja mau pergi"
"Baiklah, hati hati dijalan billassi"
"Terima kasih hosh"
*bip
Sepertinya, aku akan merindukan mereka:)
...
Aku sudah sampai dipelabuhan, tiba tiba aku ingat kata seungcheol oppa, "bill, jangan lupa sembunyi di parkiran bis, biar nggak kena tiket kapal, bayar loh"
Oke aku masuk dan menuju ketempat parkiran bis, disini pengap sekali astaga. Aku tidak bisa melihat pemandangan lautan, tapi tak apalah. Daripada harus kena tiket kapal.
Aku menunggu sekitar 2 jam ditempat pengap ini dan akhirnya aku sampai ke pulau kelahiran a.k.a Jeju.
Aku bisa merasakan hawa, suhu, bahkan aroma yang berbada dari pulau Jeju ini. Aku masih merasa sedih karena harus menerima kenyataan bahwa aku berasa dimasa lalu, dan sekarang aku masih kelas 5 sd.
Dulu ibuku selalu membawaku ketempat ini, untuk melihat indahnya pemandangan laut jeju dimalam hari.
Aku ingat persis jalan dari pelabuhan ke rumahku, tidak terlalu jauh, tapi cukup menghabiskan banyak tenaga.
...
Itu dia! Aku melihat diriku yang sedang bermain di halaman belakang bersama seorang anak perempuan yang sangat cantik.
I..itukan Wawa?!
Rasanya aku ingin lari dan memeluk anak perempuan itu, iya wawa. Aku sangat merindukannya, dia adalah sahabatku satu satunya. Aku ingat saat kita sedang berjalan jalan sore. Tiba tiba mobil melaju kencang dan menabrak kita berdua, aku dan wawa tak sadarkan diri, setelah dibawa ke rumah sakit, ternyata yang selamat hanya aku, wawa meninggal dunia saat itu juga.
Jika diingat ingat saat itu juga aku mulai dibenci banyak orang, karena mereka beranggapan bahwa akulah biang kecelakaan ini.
Air mataku mengalir begitu saja saat mengingat kejadian itu.
Oke stop, it's not a time to cry.
Seperti rencana, aku kepulau jeju hanya untuk melihat keadaan semua orang yang aku sayang.
Aku membeli masker dan kacamata di supermarket terdekat hanya untuk berjaga jaga, karna bisa saja ibuku mengenaliku, asal kalian tau, ikatan batin ibu dan anak tak pernah diragukan:).
Aku dengan ragu berjalan ke arah mereka, terlihat diriku yang masih sibuk dengan permainan, dan ibuku yang sedang mengobrol dengan tetangga.
Aku mendekati diriku dan jongkok tepat didepannya.
"Hai bil" sapaku.
"H..hai, Kakak siapa? Apakah kakak akan menculikku?"
Tiba tiba aku dejavu.
Tidak, kurasa ini bukan dejavu, aku memang pernah mengalami kejadian ini.
Aku ingat bahwa saat aku bermain disini bersama wawa, ada seorang misterius bertopeng dan berkacamata mendekat dan berkata hai padaku.
Astaga, orang misterius itu ternyata diriku sendiri.
"Haha, tidak mungkin.. kenapa kau berpikiran seperti itu bill?"
"Kata ibu, penculik selalu menyembunyikan wajahnya"
Haha, astaga.. ini benar diriku, lugu dan percaya apapun yang membuatku merasa aman.
Aku membuka kacamata dan maskerku.
"Bagaimana kabarmu bill?"
"Aku baik kak, tapi kenapa kakak harus sembunyi sembunyi? Wajah kakak cantik kok"
"Hmm:), terimakasih bill, saat kau besar nanti, kau akan secantik kakak"
"Kak, kenapa menangis? Apakah aku salah bicara? Maafkan aku kak"
Yah, air mataku mengalir tanpa izin.
Suasana hangat dan penuh kasih sayang terasa sangat dalam saat ini, aku merindukan mereka semua, walaupun pada akhirnya aku harus merelakan wawa, diriku sendiri, bahkan ibu.
Apa yang bisa diperbaiki dari mesin waktu ini? Aku sempat berpikir kenapa aku tidak kembali saja? Kembali memasuki mesin waktu dan menyelesaikan semua masalah yang tak masuk akal ini. Tapi, jika memang aku harus kembali ke masa dimana aku dibully dan dicaci maki aku harus tegar untuk menerima perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan sekitarku.
Sebaiknya, aku tidak kembali, lebih baik aku seperti ini, walaupun sekarang posisiku bukan billa yang mempunyai orangtua, bahkan Wawa. Bisa dibilang, semua yang aku miliki saat itu sekarang berada dibalik pintu mesin waktu.
...
"Bill, titip salam buat ibu ya?"
"Oke kak"
"Kakak pergi dulu ya, annyeong"
Wawa dan diriku sedang melambaikan tangan padaku sekarang.
Selamat tinggal, aku akan memulai hidup baru dibalik mesin waktu ini:).
-------------------
Maap lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEIT 》SEVENTEEN
FanfictionMenjadi teman dari semua member seventeen? Melewati masa trainee sampai sukses bersama?