Sabtu, 22 April 2028
Back to Arian POV
Aku terbangun karena alarm di hari sabtu ini. Dikarenakan hari ini aku libur, maka aku ingin berolahraga sedikit. Aku berpamitan kepada kedua istriku untuk berolahraga.
Hari ini cukup ramai, tidak seperti biasanya. Aku dapat mendengarkan beberapa orang tertawa dengan gembira, melihat anak kecil berlarian kesana kemari bermain bersama kedua orang tuanya, melihat orang lain mengobrol satu sama lain.
Melihat indahnya matahari menyapa alun alun kota pagi ini. Melihat embun yang menetes dari ketinggian yang dibarengi dengan kilauan matahari yang dipantulkan oleh tetesan air tersebut.
Aku melihat smartwatchku. Sekarang pukul 09.24 dan aku harus segera pulang. Saat dalam perjalanan aku masih melihat sekeliling untuk mencari suasana baru. Sekaligus untuk menghilangkan rasa stres ku ini.
Sembari berjalan. Aku mencoba melatih daya ingatku dengan menantang diriku sendiri untuk mengingat pelat mobil mobil futuristik melintas dengan cepatnya. “W4N770,” Pelat mobil pertama. “W4K3UP,” pelat mobil kedua. “WA7C1-1,” pelat mobil ketiga.
Aku merasa seperti seorang anak muda kembali. Berhasil mengingat beberapa mobil yang melintas cukup cepatnya. “Seandainya aku memiliki mobil jaman sekarang. Pasti aku dapat melesat secepat mereka tanpa harus khawatir celaka,” Pikirku.
Seketika dari arah belakangku aku melihat sebuah mobil sportcar abad 20an awal itu melesat dengan sangat cepat kearahku. Seketika saja semua yang aku lihat tiba tiba melambat seakan akan diberi efek slow motion. Saking lambatnya aku dapat menghindari mobil tersebut dengan cara yang tidak lazim.
Yaitu aku meloncati mobil tersebut. Lebih tepatnya aku menggunakan mobil itu sebagai pijakan. Aku pun melompat cukup tinggi dan mendarat dengan keadaan kaki terkilir. Aku segera dibantu oleh warga sekitar. Anehnya, aku sama sekali tidak melihat pemudi didalam mobil itu. Padahal semua gerakan tadi terbilang sangat lambat sekali.
Aku tidak mengerti mengapa aku dapat melakukan hal itu. Aku dibawa kerumah oleh warga yang menolong. Walau begitu tetap saja aku masih terkilir dan harus berbaring sementara agar tidak menyebabkan bengkak.
Kedua istriku bergantian mengurutku dengan cara tradisional. Aku sangat merasakan halusnya tangan mereka berdua saat memijat kakiku. Sungguh sensasi yang baru saja kurasakan. Mungkin karena aku terlalu menikmati sensasi yang luar biasa itu, maka aku tertidur lelap sekali.
Mode Konversasi
Arian : “Aku ketiduran ya?”
Bayangan hitam : “Tentu saja, aku masih mengingat jelas rasanya dipijat oleh mereka berdua. Bahkan neraka saja tidak cukup tuk membuatku lupa sensasi itu. Haha”
Arian : “Haha, aku lupa memberitahumu bahwa istriku sudah hamil.”
Bayangan hitam : “Selamat, aku mengerti perasaanmu saat mendengarnya tapi aku juga mengerti bahwa kau harus berhati hati.”
Arian : “Haha kau sudah pernah mengalaminya.”
Bayangan hitam : “Jadi, apakah hari ini kau sudah mempunyai petunjuk?”
Arian : “Sayang sekali, tidak ada sedikitpun informasi tentang kisah kita yang telah dibukukan. Apa kau yakin ada sebuah buku yang memiliki kekuatan semacam ini?”
Bayangan hitam : “Kitab juga berwujudkan sebuah buku bukan? Mungkin buku ini bukanlah sekadar buku yang orang lain pikirkan.”
Arian : “Akan tetapi aku sudah mencari hampir di seluruh benua. Tidak ada cerita yang merujuk kepadaku ataupun namaku.”
Bayangan hitam : “Kau yakin?”
Arian : “Siapa yang dapat mengarang sebuah cerita persis dengan cerita nyata?”
Bayangan hitam : “Tidak ada, sebelum ia mengalaminya secara langsung.”
Arian : “Itu dia! Aku menemukan petunjuk.”
Bayangan hitam : “Kau berpikir bahwa kau sendiri yang menulisnya kan? Haha kau salah.”
Arian : “Jadi kalau bukan aku lantas siapa?”
Bayangan hitam : “Pernahkah kau menuliskan sebuah kalimat kepada seseorang diluar sana. Lalu semua hal yang kau katakan didalam kata kata yang kau tulis itu menjadi kenyataan dalam dunia ini? Itulah yang disebut sebagai salah satu do’a secara tidak langsung.”
Arian : “Jadi jika aku berpikir sekalipun maka aku berdoa?”
Bayangan hitam : “Bukan seperti itu maksudnya. Maksudku adalah ini sama saja seperti kau berdiri di depan sebuah pintu otomatis. Lalu pintu tersebut terbuka seakan akan kau ingin masuk padahal kau hanya berdiri disana.”
Arian : “Jadi maksudmu adalah aku mengharapkan sesuatu yang tidak diharapkan?”
Bayangan hitam : “Mungkin hampir sama seperti itu.”
Arian : “Lantas siapa yang menulisnya?”
Bayangan hitam : “Kali ini kau sepertinya sudah dianugerahi sesuatu dar sang Esa.”
Arian : “Apa itu?”
Bayangan hitam : “Kau dapat mengendalikan waktu setidaknya saat akan terjadi persimpangan waktu. Terutama sebuah kematian.”
Arian : “Maksudmu penglihatanku yang seakan akan dunia ini melambat?”
Bayangan hitam : “Itu hanya sebagian kecil hadiah yang telah kau terima. Tapi ingat, berhati hatilah. Dengan semua ini mungkin kau akan mengorbankan orang lain.”
Arian : “Mari kita kembali ke topik awal. Siapa yang mengubah jalan hidupku 8 tahun yang lalu?”
Bayangan hitam : “Orang yang sama yang membuatku tidak ingat dengan kejadian sekitar tahun 2020 hingga 2028.”
Arian : “Aku pikir kau mengetahui sesuatu.”
Bayangan hitam : “Kita bisa menjelajahi waktu jika kita sudah benar benar melintasinya. Jika tidak tentu kita akan tersesat didalam ruang dan waktu yang tidak ada hentinya.”
Arian : “Apa itu salah satu faktor kau terkurung ditempat ini?”
Bayangan hitam : “Sudah kubilang, aku hanya ingin melakukan apa yang aku lakukan demi hal yang aku cintai dan aku sayangi.”
Arian : “Aku tidak pernah menyayangi dan mencintai hidupku sebelum bertemu dengan Sevian dan Sevile.”
Bayangan hitam : “Setiap Arian yang aku temui. Mereka memiliki tujuan hidup yang berbeda beda dan hal yang membuatnya lebih menghargai hidup juga berbeda beda.”
Arian : “Apa aku yang lain juga mengalami hilang ingatan selama 8 tahun?”
Bayangan hitam : “Apa yang aku alami, dengan apa yang kalian alami semua itu tidak berbeda jauh karena garis waktu kita semua akan bertemu di satu titik yaitu kematian.”
Arian : “Mengapa kau tidak mati?”
Bayangan hitam : “Mengapa? Karena aku sudah mati.”
Arian : “Apa maksudmu? Kau berkata padaku bahwa hidupmu sudah lebih dari 2 abad.”
Bayangan hitam : “Benar sekali. Aku sudah hidup selama itu hanya untuk memecahkan misteri dan kembali ke tempat asalku dimana aku dapat dikuburkan dengan tenang.”
Arian : “Bagaimana caramu mati?”
Bayangan hitam : “Bayangkan saja sebuah kematian terburukmu dengan kondisi terburukmu.”
Arian : “Sulit untuk membayangkannya melihat aku juga sering berada diambang kematian.”
Bayangan hitam : “Kau akan mengerti lebih dalam lagi jika kau sudah berada diposisiku ini suatu saat nanti.”
Arian : “Apa aku juga akan menjadi sepertimu?”
Bayangan hitam : “Jika kau ingin mengerti semuanya dan hidup dengan tenang di dunia ini tanpa perlu bersinggungan dengan garis waktu yang lain, maka ini sangat diperlukan.”
Arian : “Tapi aku tidak ingin menggunakan mesin waktu, terutama untuk mengetahui masa depan dan masa laluku.”
Bayangan hitam : “Lupakanlah dirimu yang berpikiran terlalu jauh. Jika kau bisa lolos dari berbagai macam hal yang akan kau alami. Mungkin saja tanpa penulis buku itu sekalipun kau masih punya kesempatan untuk membuat cerita yang baru.”
Arian : “Tapi bagaimana caranya aku menemukannya?”
Bayangan hitam : “Jika dulu ada sebuah pepatah Eye for an Eye, dan Nyawa dibalas dengan nyawa. Maka kau juga harus membalasnya dengan menulis.”
Arian : “Tapi bagaimana aku dapat menulisnya?”
Bayangan hitam : “Pertama tama, tulislah dirimu sendiri. Namun kau sudah melewati tahap ini. Tahap selanjutnya adalah mencoba menuliskan kehidupan orang lain.”
Arian : “Apa ini akan berhasil?”
Bayangan hitam : “Aku tidak tahu, terakhir kali aku menulis. Aku merasa senang dan seakan akan aku memiliki dunia yang lebih hidup.”
Arian : “Aku bahkan tidak mengenal nama dari orang yang menulis kisah kita.”
Bayangan hitam : “Tulis saja dibuku mu itu dengan nama samaran yaitu seorang penulis.”
Arian : “Apa ini akan berhasil?”
Bayangan hitam : “Aku sama sekali tidak mengetahui masa depanmu. Buatlah masa depan dengan hati hati dan berpikirlah lebih dalam lagi tentang apapun itu.”
Arian : “Tapi tadi kau berkata bahwa aku terlalu berpikir panjang kedepan.”
Bayangan hitam : “Beerpikir lebih dalam dengan memprediksi masa depan itu dua hal yang berbeda.”
Arian : “Aku mengerti sekarang.”
Bayangan hitam : “Saat kau terbangun nanti, aku ingin kau memulai untuk menuliskan hidup orang lain.”
Arian : “Apa aku harus menulisnya sesuai dengan kenyataan sebelumnya?”
Bayangan hitam : “Kau tidak perlu repot repot mencari kisah hidup orang tersebut. Cukup beritahu saja namanya didalam bukumu.”
Arian : “Apa kita boleh berimajinasi lebih jauh kepada objek walau kita tidak mengerti hal itu mungkin dilakukan oleh objek?”
Bayangan hitam : “Tentu saja, semua yang dituliskan belum tentu terjadi. Tetapi, ada beberapa hal yang jelas mirip dengan apa yang dikisahkan dengan buku tersebut.”
Arian : “Baiklah, aku akan menuliskan cerita tersebut.”(Aku terbangun).
Back to Arian POV
Minggu, 23 April 2028
Saat aku terbangun. Tiba tiba saja semuanya berubah. Aku berjalan jalan mengelilingi rumahku sendiri mencari kedua istriku. Mengecek mobilku di garasi. Mengecek semua benda.
Semuanya menghilang. Tidak ada siapa siapa dirumah ini. Karena aku kebingungan, aku pun mencoba melihat email yang aku terima beberapa hari lalu. Aku bahkan tidak menemukan satu kontak pun di smartwatchku.
Aku kemudian pergi ke kantor polisi. Lalu disana aku membuat sebuah laporan. Dan hal aneh pun terjadi lagi. “Maaf pak, apakah anda berasal dari luar negeri? Bisa saya melihat paspor anda?” Salah satu polisi ditempat itu merasa kebingungan dengan keadaanku.
“Maaf pak, saya tinggal di daerah sini. Ini alamat saya,” Aku pun memberikan alamatku. Polisi itu terlihat seperti kaget dan mencoba menelpon polisi lain. “Kode satu, saya minta pengawalan ditempat saya sekarang.”
Mendengar polisi tersebut berbicara seperti itu. Aku pun segera berlari meninggalkan kantor tersebut. Dengan sangat cepat tanpa melihat kearah belakang. Aku berlari melalui jalan tikus. Aku merasakan bahwa jika aku tidak bisa berada dirumahku lagi.
“Ini pasti ulah sang penulis itu lagi. Sialan,” Aku pun menggerutu didalam hati. Tapi tetap saja aku tidak bisa tinggal diam. Kedua istriku, mobil peninggalan orang tuaku. rumah yang aku dapatkan dari kerja kerasku bekerja. Aku harus meminta bantuan.
Aku pergi ke kantor Dave untuk meminta bantuan. Baru saja aku sampai didepan pintu masuknya tiba tiba saja dua orang yang merupakan penjaga kantor tersebut menghadangku untuk masuk. Aku pun dengan sedikit emosi berkata, “Minggir, aku ingin bertemu Dave temanku!” Lalu salah satu dari mereka pun berkata, “Maaf tapi tuan Dave tidak sedang memiliki janji dengan siapa siapa hari ini.”
Aku membantahnya, “Itu karena keadaanku sangat mendesak.” Tapi tetap saja mereka berdua tidak memperbolehkanku menemui Dave. Lalu karena aku merasa hal ini sia sia. Maka aku pergi ke kantor jurnalisku.
Disana aku dapat masuk bahkan sampai ke tempat dimana Pak Rudi bekerja. Aku masuk kedalam kantornya dengan keadaan yang sangat tidak nyaman. “Maaf Pak Rudi, saya butuh pertolongan anda,” Aku memohon kepada Pak Rudi. “Maaf anda siapa ya? Mengapa anda mengetahui nama saya? Apa sebelumnya kita pernah bertemu?” Jawabnya.
Aku semakin panik dan emosiku tidak bisa kukendalikan dengan baik. Aku menjelaskan kondisiku saat ini kepadanya, “Maaf Pak Rudi, tapi saya tidak punya cukup waktu tuk menjelaskan semua ini.” Lalu ia menjawab, “Saya juga tidak punya cukup waktu untuk membantu seseorang seperti anda.”
Tiba tiba smartwatch ku dan smartwatch milik Pak Rudi menerima sebuah email. Email tersebut berisikan sebuah peringatan, “Bahaya, ada buronan yang lepas dari penjara. Bila kalian melihat orang ini (Videoku saat berlari keluar kantor polisi) silahkan lapor segera kepada pihak berwajib.”
“Sial, tamatlah sudah riwayatku.” Aku berbicara didalam hati. Dan segera berlari keluar dari kantorku tersebut. Aku tidak tahu harus pergi kemana. Aku harus berbuat apa kali ini. Semua ini sudah berada diluar batasku.
Seketika aku melihat sosok putih melambai kepadaku. Dan arahnya berasal dari perbatasan hutan lokal. Segera aku berlari menuju hutan itu dan mencoba mengejar sosok tersebut. Saat aku mencoba masuk kedalam hutan itu dengan sangat terburu buru. Lengan kananku terkena ranting sebuah pohon. Bajuku sobek dan aku melihat sebuah luka yang amat sangat jelas bekasnya. Luka ini, berasal dari diriku 8 tahun yang lalu.
Aku semakin kebingungan karena sebelumnya tidak ada luka ini sama sekali. Aku kembali fokus mengejar bayang bayang putih tersebut. Bayang bayang putih itu melayang dengan sangat cepatnya, sedangkan aku berlari dan terus berlari melewati banyaknya dahan pohon dan ranting ranting pohon yang menghalangi jalanku.
“Tunggu!” Aku berteriak. Dan seketika ada sirine polisi yang berhenti tepat ditempatku masuk hutan. “Oi, dia berada didalam hutan!” Salah seorang polisi mencoba memberitahukan teman temannya yang lain. Aku melihat kearah para polisi tersebut dengan terus berlari. Namun naasnya aku tersandung, dan terjatuh kedalam sebuah jurang.
Aku terjatuh sangat jauh sekali dan mendarat tepat di bebatuan. “Grk Ssskk” Suara dari kakiku yang benar benar dapat kudengar jelas. “Aaaahhh!” Dan disusul dengan teriakanku. Nasib sial menimpaku lagi. Aku merasa mungkin disinilah kematianku yang sebenarnya dan mungkin disinilah persimpangan waktu itu terjadi. Dan inilah akhirnya.
Aku merasa lemah, lemas tak berdaya, dan semua penglihatanku kabur didalam gelapnya jurang itu. Aku merasakan hal yang sama seperti saat aku berada diambang kematian sebelumnya. “Ini bukanlah persimpangan waktu,” Sesuatu berbisik ditelingaku sangat pelan sekali. Aku merasa sudah tidak kuat lagi. Lalu aku pun jatuh dan memejamkan mataku. Mungkin untuk selamanya.
Didalam mimpi tersebut aku bertemu dengan dua bayangan putih. Aku memanggil nama istriku, “Sevian! Sevile!” Dan bayangan putih itupun bergerak mendekatiku.
Mode Konversasi
Bayangan I : “Sayang, kau tidak perlu melakukan semua ini.”
Bayangan II : “Kami sudah cukup bahagia dengan semua yang pernah kita lewati.”
Arian : “Apa maksud kalian? Apa kalian sudah mati di dunia ini?”
Bayangan I : “Sayang, aku masih hidup.”
Bayangan II : “Kita berdua selalu ada didalam kehidupanmu.”
Arian : “Sebenarnya apa yang terjadi dengan kehidupanku sekarang?”
Bayangan I : “Kau merubah pilihan yang seharusnya kau pilih.”
Bayangan II : “Kau mengubah garis waktumu dengan sebuah alasan, sayangku.”
Arian : “Apa yang kalian maksud? Aku sama sekali tidak mengerti. Aku tidak memilih apapun. Aku tidak melakukan apapun.”
Bayangan I : “Kau sudah memilihnya sebelum kau dihadapi dengan pilihanmu sendiri.”
Bayangan II : “Sayang, kau harus sadar sepenuhnya. Janganlah kau melakukan semua ini untuk kami berdua.”
Arian : “Aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian. Apa aku meninggalkan kalian?”
Bayangan I : “Tidak sayang, kamilah yang meninggalkanmu.”
Bayangan II : “Maafkan kita, sayang. Karena tidak bisa menuntunmu hingga akhir nanti.”
Arian : “Tunggu dulu! Jangan tinggalkan aku lagi di dunia ini.”
Bayangan I : “Maaf sayang tapi kau harus bangun dari tempat ini.”
Bayangan II : “Jalanilah kehidupanmu yang sebenarnya, sayangku.”
Arian : “Tidak! Tanpa kalian aku tidak memiliki tujuan hidup.”
Bayangan I : “Jika kamu melakukan hal yang sama untuk kesekian kalinya. Kamu gak bisa mengubah hasilnya, sayang.”
Bayangan II : “Kami seperti ini karena kami ingin kamu bahagia.”
Arian : “Apa kalian bodoh! Tentu saja aku lebih baik tinggal di neraka bersama kalian berdua daripada harus tinggal di surga seorang diri.”
Bayangan I : “Sayang, ini semua sudah dituliskan. Kita hanya perlu memahami alasannya.”
Bayangan II : “Suatu saat nanti. Kami pasti ...”
Arian : “Apa? Aku tidak dapat mendengarnya.”
Bayangan I : “Inilah saatnya.”
Bayangan II : “Sadarlah, sayangku. Ubahlah dunia ini tanpa harus mengubah yang lainnya.”
Arian : “Tapi bagaimana!” (Aku pun terbangun)
Back to Arian POV
Aku melihat darah dari kakiku berkucuran. Aku tidak dapat menggerakkan kaki kiriku sedikitpun. Aku sudah tidak dapat merasakan kaki kiriku. Seakan akan aku sudah tidak memiliki kaki kiri ini.
Aku mencoba merangkak dengan menahan rasa sakit ini. Jalanku diselimuti dengan merahnya darahku yang terus berkucuran dari salah satu luka dikaki kiriku.
Aku menahan semua kepedihan yang ada didalam hidup ini. Aku ingin mencoba bunuh diri namun tetap saja aku sudah berjanji akan menuliskan cerita hidup orang lain.
Aku mencoba membuka smartwatchku. Dan menulis secara singkat menggunakan email kepada Dave. Aku memberinya pesan, “Mari ubah dunia dengan film mu menggunakan naskahku.” Lalu aku mengirimkan salinan buku ku yang dahulu aku buat tuk mengisahkan aku 8 tahun yang lalu.
Aku mengirimnya dan menunggunya membalas pesanku. Aku mempunyai ide dengan menuliskan sebuah cerita tentang Dave. Saat itu juga aku membuka note di Smartwatchku dan membuat kisah tentang Dave menggunakan suara.
Aku mulai dari perkenalan, “Namaku David. Aku adalah produser film terbaik di dunia.” Wah, aku pikir ini cukup menarik untuk menuliskan cerita orang lain. Namun tentu saja aku harus menuliskan hal yang baik baik kepada orang lain. Karena aku tidak ingin orang lain merasakan penderitaan sepertiku.
Aku pun segera kembali menyusun cerita hidup seorang Dave, “Hari ini, aku dapat sebuah pesan dari orang yang misterius. Namun, pesannya sangat menarik dan membuatku ingin bertemu dengannya. Aku pun mengirimkan pesan kepadanya tentang dimana lokasinya sekarang. Agar anak buahku bisa menjemputnya.”
Tiba tiba saja Dave mengirimkanku yang email sangat mirip dengan apa yang aku tuliskan. Aku pun mengirimkan lokasiku. Aku segera kembali menuliskan ceritanya, “Aku pun mendapatkan lokasinya. Namun, aneh sekali. Ia berada tepat ditengah tengah hutan lokal di daerah ini. Aku menyuruh anak buahku untuk mencarinya dan menjemputnya menggunakan mobil hover milikku. Aku sangat penasaran sekali dan ingin bertemu dengan orang itu. Bagaimanapun keadaannya pasti ada alasan aku merasakan hal semacam ini.”
Aku mendengar sebuah suara mesin tepat berada diatasku. Aku pun dibawa oleh beberapa anak buah Dave. Dan dengan sangat cepatnya aku sampai dikantor milik Dave. Dave sangat kaget sekali melihatku yang sedang sekarat itu. “Hai Dave,” Sapaku. Segera saja ia langsung berkata, “Oh my... Cepat bawa dia kerumah sakit!” Dan segera saja aku dibawa kerumah sakit.
Disana aku mendapatkan penanganan utama di dalam UGD. Salah seorang perawat berkata kepadaku, “Kau sangatlah beruntung.” Jika keberuntungan memang ada, maka aku tidak perlu susah payah meminta sebuah keajaiban.
Dave bertanya kepadaku, “Are you okay, man? Who are you?” Dan aku pun menjawab, “It was a long stories.” Dan dokterpun menyarankan kepadaku untuk segera beristirahat. Dave pun keluar dari tempatku dirawat.
Aku tidak beristirahat melainkan kembali menuliskan cerita tentang Dave, “Aku kebingungan setengah mati setelah bertemu dengan orang tersebut. Sepertinya aku familiar dengan wajahnya. Bagaimanapun juga aku harus terus bersamanya untuk mendapatkan jawaban dari banyaknya pertanyaan didalam kepalaku ini.”
Lalu smartwatch ku pun mati. Aku mengisi dayanya di dekat sinar matahari. Sore ini, aku sudah melewati beberapa jam dengan kehidupan yang berbeda lagi. Dan sekali lagi aku merasa bahwa aku sendiri yang harus menyelesaikan semuanya.
Aku pun tertidur. Dan bertemu dengan bayangan hitam lagi seperti biasanya.
Mode Konversasi
Arian : “Hai, aku yang terdahulu. Aku ingin bertanya kepadamu?”
Bayangan hitam : “Kau berpindah garis waktu.”
Arian : “Bagaimana itu mungkin terjadi?”
Bayangan hitam ini bagaikan sebuah persimpangan jalan. Saat kau tertidur itu merupakan titik tengah dari persimpangan tersebut.”
Arian : “Jadi tempat ini mempengaruhi kehidupanku?”
Bayangan hitam : “Bukan tempat ini. Tapi, tubuhmu yang sedang tertidurlah yang terbawa oleh arus. Seharusnya kau tertidur dengan tetap berada di tengah tengah persimpangan. Karena tidur merupakan sebuah kematian sementara.”
Arian : “Lalu bagaimana caranya aku menghentikan hal ini terjadi?”
Bayangan hitam : “Lepas dari cengkraman buaya masuk kedalam cengkraman harimau. Itulah dirimu saat ini. Walau kau sudah tidak mengalami perubahan seperti dahulu kala. Tapi kali ini kau dihadapkan dengan masalah yang lain.”
Arian : “Mengapa hidupku seperti ini? Mengapa hidupku sekejam dan setega inikah Tuhan?”
Bayangan hitam : “Inilah kehidupan kita. Lebih sempurna daripada yang lain. Walaupun yang lain juga bisa mengalami hal yang sama.”
Arian : “Apa kau pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya?”
Bayangan hitam : “Tentu, aku sudah merasakan pahitnya surga dan neraka yang sebenarnya di dalam dunia ini.”
Arian : “Mengapa kau kembali ke masa lalu?”
Bayangan hitam : “Karena kita semua tidak bisa melihat masa depan.”
Arian : “Aku mengerti, kau pasti melakukan kesalahan.”
Bayangan hitam : “Aku adalah orang yang ingin bertanggung jawab atas film ku yang pernah aku buat. Aku ingin bertanggung jawab atas hilangnya kedua istriku.”
Arian : “Sevian! Sevile!”
Bayangan hitam : “Tenanglah dulu, aku mengerti rasanya ditinggalkan mereka selama berabad abad.”
Arian : “Maksudmu kau menghilang meninggalkan mereka?”
Bayangan hitam : “Ingat tentang keluarga kita? Semua keluarga kita yang dapat melakukan perjalanan waktu. Bukan untuk mengubah takdir. Tapi memang takdirlah yang membiarkan kita melakukan perubahan hasil.”
Arian : “Tapi semua tetap berjalan terus bukan? Dan tidak ada satupun yang terulang kembali.”
Bayangan hitam : “Ya, kau memang benar. Tidak ada yang terulang kembali. Setiap kali kita merubah sesuatu. Akan ada sesuatu yang lain juga yang saling berhubungan. Hukum sebab akibat sangat berlaku di dunia ini”
Arian : “Jadi ini semua karena diriku di masa sekarang ini?”
Bayangan hitam : “Jangan salahkan diri kita sendiri. Ingatlah, bahwa masih ada cara mengubah semuanya. Temui penulis hidup kita. Dan kita akan bebas memilih jalan hidup kita.”
Arian : “Jadi kita masih belum bisa terbebas dari penulis itu?”
Bayangan hitam : “Sebenarnya kau sudah mengerti. Kau juga menuliskan cerita tentang Dave. Sama sepertiku dulu.”
Arian : “Apa kau sudah mengetahui akhir dari kisah ini?”
Bayangan hitam : “Kau tahu, diriku yang lain. Kita semua terjebak didalam dinding 0,000001. Walau kita dapat menjelajah hingga ke zaman sebelum kita dilahirkan sekalipun. Kita tetap saja berakhir disini.”
Arian : “Tunggu, jangan membuatku bingung.”
Bayangan hitam : “Kau tahu mengapa kedua istrimu menghilang? Merekalah yang mencoba menyelamatkanku.”
Arian : “Tetapi aku bahkan belum melihat anak anakku.”
Bayangan hitam : “Kau melewati beberapa garis waktu. Dan sepertinya garismu jauh lebih lurus dan lebih cepat mendekati kondisi sepertiku tanpa harus menunggu berabad abad.”
Arian : “Jadi maksudmu aku akan berakhir sepertimu?”
Bayangan hitam : “Tentu saja, tidak.”
Arian : “Mengapa kau yakin aku tidak akan berakhir sepertimu?”
Bayangan hitam : “Karena duniamulah yang paling menyatu dengan garis waktu yang lainnya.”
Arian : “Apa maksudmu menyatu dengan garis waktu yang lainnya?”
Bayangan hitam : “Kau adalah pemilik garis waktu.”
Arian : “Maksudmu aku dapat melakukan dan mengendalikan seluruh waktu di dunia ini?”
Bayangan hitam : “Haha, kau bukanlah Tuhan.”
Arian : “Tapi penjelasanmu seakan akan aku adalah Tuhan di dalam ruang dan waktu.”
Bayangan hitam : “Apa iya? Bukankah lebih tepatnya bahwa kau sedang dalam hukuman Tuhan? Hahaha.”
Arian : “Jangan bercanda denganku! Ayolah, apa yang kau maksud?”
Bayangan hitam : “Kau sudah menemui mereka berdua? Kau sudah mengerti bukan maksud dari mereka berdua? Kau masih ingat pepatah nyawa dibayar denga nyawa? Kau masih ingat beberapa hal yang terjadi? Terutama hal yang diluar akal manusia?”
Arian : “Aku mengingat beberapa hal dari yang kau tanyakan.”
Bayangan hitam : “Kalau begitu patuhilah aturannya.”
Arian : “Aturan?”
Bayangan hitam : “Aku sudah terselamatkan. Sejak dahulu kala. Lebih tepatnya aku selamat pada tahun 2257.”
Arian : “Maksudmu kau membohongiku tentang diriku yang terjebak didalam dinding 0,00001?”
Bayangan hitam : “Kau akan melakukan apa yang aku lakukan suatu saat nanti.”
Arian : “Memangnya yang telah aku lakukan?”
Bayangan hitam : “Cepat atau lambat kau akan melakukan sama seperti apa yang aku lakukan. Tapi saat ini kau hanya perlu menuliskan kisah milik orang lain.”
Arian : “Untuk apa aku melakukannya? Bukankah hasilnya sudah jelas?”
Bayangan hitam : “Tidak ada sesuatu di dunia ini yang benar benar memiliki kebenaran.”
Arian : “Maksudmu semua yang aku tulis bisa benar dan bisa salah?”
Bayangan hitam : “Bukan, maksudku adalah kau melakukan hal yang menurutmu benar sekalipun. Di dunia ini tidak ada sesuatu yang bisa diyakini dan membuatmu yakin bahwa kau sudah benar.”
Arian : “Aku mengerti. Setiap hal yang sudah kulakukan dengan benar pasti ada sebuah kesalahan yang menanti, benar kan?”
Bayangan hitam : “Kau mengerti sekarang. Yang perlu kau lakukan adalah menerimanya atau membuat kebenaran lain untuk mengubah hasilnya.”
Arian : “Hei, bagaimana aku yang dimasa depan bisa sekuat dirimu?”
Bayangan hitam : “Apapun pertanyaanmu, walaupun pertanyaan tersebut sudah terjawabkan. Aku akan berusaha untuk menjawabnya. Jawaban untuk pertanyaan itu ada didalam hatimu.”
Arian : “Hatiku?”
Bayangan hitam : “...” (Aku pun terbangun)
Back to Arian POV
Aku terbangun di tempatku menginap. Disana aku bisa melihat bahwa kamarku terjaga ketat oleh dua orang penjaga. “Sebenarnya mengapa aku di dunia ini menjadi buronan?” Aku bertanya kepada diriku sendiri.
Ternyata ini masih larut malam. Pukul 20.32, aku kembali menuliskan kisah tentang Dave. “Aku sangat mengkhawatirkan orang tersebut. Namun, aku memiliki firasat yang luar biasa hebat dari orang tersebut. Seakan akan orang tersebut membawakanku kepada tujuan hidupku. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk membantunya sepenuh hatiku dan mencoba mencari jawaban dari semua pertanyaanku.”
Aku rasa sudah cukup aku memainkan kisah hidup orang lain. Aku mencoba memanggil perawat untuk mengambilkanku segelas air minum. Tidak lama kemudian setelah aku memesan minuman itu, seorang perawat cantik pun berjalan mendekatiku.
“Maaf, tuan. Ini pesanan anda,” Ia memberikanku pesananku dan seketika itu juga aku menarik tangannya sangat kencang. “Aaah! Maaf tuan. Ada apa?” Aku masih terpaku saat melihatnya. “Sevian!” Aku seketika berhalusinasi dan membayangkan bahwa ia adalah Sevian.
Perawat itu pun berkata, “Maaf, tuan. Namaku Siela.” Dan aku pun memohon maaf atas apa yang aku lakukan karena belum bisa menerima kenyataan karena ditinggalkan kedua orang insan hidupku, “Maafkan aku, Siela. Aku kira kau adalah istriku.” Dan ia pun membalasnya, “Tuan ini sudah punya istri ya? Apakah ia mirip denganku?” Dan aku juga menjawabnya, “Sebenarnya tidak. Tetapi karena kulitmu sama sepertinya dan rambutmu juga sama sepertinya. Sehingga aku kira kau adalah istriku.”
“Saya yakin sekali tuan pasti sangat menyayanginya,” Ia tersenyum sangat manis. Aku merasa sedikit demi sedikit mungkin ia memang mirip dengan Sevian. “Aku sangat menyayangi mereka. Karena merekalah tujuan hidupku sebenarnya sekarang,” Tambahku. “Mereka? Tuan memiliki berapa istri?” Tanya ia. “Saya hanya memiliki dua istri. Mereka berdua masih bersaudara,” Jawabku.
“Aku yakin keluarga kalian sangat harmonis,” Ia mulai tertawa kecil. Sangat mirip sekali dengan Sevian dan Sevile. Namun, tetap saja apapun yang terjadi. Merekalah insan hidupku. Mereka juga yang memberikan hal yang sama kepadaku. Terlebih lagi anak anakku sedang bersama mereka kali ini. Aku tidak mungkin berpindah kelain hati.
“Keluarga kita amat sangat harmonis. Tetapi tetap saja banyak hal yang harus kita lalui bersama tuk mewujudkannya,” Aku tiba tiba berbicara seperti itu didalam lamunanku. “Ah, tuan tidak merasa keberatan untuk menghidupi mereka berdua?” Tanya ia. “Uang bukanlah masalah terbesar dan terburuk didalam hidup ini. Jika saja engkau tahu apa yang aku lalui,” Jelasku.
“Tuan, saya harus pergi sebentar untuk mengambilkan air minum untuk anda,” Ia berpamitan. Namun aku tidak mengizinkannya, “Tidak perlu Seila. Cukup temani aku disini sebentar saja.” Ia pun mengikuti apa yang aku perintahkan. “Jika kau dapat mendapatkan sesuatu semudah kau menuliskannya, hal apa yang akan kau pinta?” Tanyaku. “Aku hanya ingin hidup bahagia, dengan seseorang yang membuatku bahagia. Namun, aku tetap saja tidak bisa menemukan salah satunya,” Jawabnya.
“Mengapa?” Tanyaku. “Karena salah satu yang kucintai pergi meninggalkanku hanya untuk mewujudkan impiannya,” Jawabnya. “Jika aku bersedia membantumu dengan seluruh hidupku saat ini? Apa jawabanmu?” Tanyaku kembali. “Maksud tuan, tuan mau menikah dengan saya?” Tanyanya.
“Bukan itu maksud saya. Tetapi aku bisa membantumu mendapatkannya kembali. Beritahu aku kisahnya.” Jelasku. “Terima kasih tuan. Tetapi aku tidak ingin merepotkan anda,” Ia menolak bantuanku.
“Kalau begitu, biarkan aku mengubah kehidupanmu mulai esok hari.” Jelasku. “Bagaimana tuan melakukannya?” Tanyanya. “Mungkin dengan membantumu. Aku bisa menemukan sebuah petunjuk,” Aku menawarkan diri dengan alasan untuk mencari petunjuk. “Baiklah, tuan. Saya mengizinkan tuan merubah hidupku mulai esok hari. Saya pamit dulu, tuan,” Jawabnya mengizinkanku merubah hidupnya dan ia pun tersenyum manis kepadaku.
Aku berharap kedua istriku mengerti mengapa aku melakukan hal ini. Mungkin saja ada hal yang hilang atau hal yang tidak terjadi di garis waktu ini. Sehingga membuat kedua istriku dan bahkan keberadaanku menjadi sebuah misteri.
Aku harus tetap berhati hati dalam bertindak. Baiklah, sebelum aku tidur. Aku harus menuliskan kisah Seila karena aku sudah berjanji padanya. Aku membuka voice note di smartwatchku. “Hari ini, aku Seila. Bertemu dengan seorang lelaki. Ia sangat misterius, namun aku mengerti ia tulus mencintai dan menyayangi seseorang. Aku berharap ia segera menemui istrinya. Aku pasti akan mengunjungi lelaki sepertinya esok hari. Dan kali ini aku pasti akan membawakan air minum untuknya.”
Baiklah, ini waktunya aku untuk tidur.
Mode Konversasi
Arian : “Kalian?!”
Bayangan I : “Selamat datang kembali, sayangku.”
Bayangan II : “Selamat datang, sayang. Aku harap kau bisa hidup tanpa adanya kami berdua disana.”
Arian : “Kalian?! Mengapa kalian tidak ada di duniaku? Kemana perginya kalian?”
Bayangan I : “Tidak sayangku. Kami masih ada dan bersamamu di dunia itu.”
Bayangan II : “Kamu tidak bisa membedakan dunia mimpi, dunia lain, dan dunia yang sebenarnya terjadi, sayangku?”
Arian : “Aku berada di dunia nyata dan aku sendirian disana. Tanpa adanya senyuman hangat dari kalian berdua. Sebenarnya kalian kemana?!”
Bayangan I : “Sayangku, ingatlah pesan kami. Kami tidak bisa menuntunmu lebih jauh lagi.”
Bayangan II : “Kami tidak bisa lagi menuntunmu semenjak hari itu.”
Arian : “Hari itu?! Hari apa?!”
Bayangan I : “Aku mengerti mengapa kamu tidak bisa mengingatnya.”
Bayangan II : “Kamu tidak mengingatnya karena kamu tidak mengalaminya.”
Arian : “Mengalami apa?! Aku tidak mengerti apa maksud kalian.”
Bayangan I : “Sekalipun kami memberitahukanmu. Kamu tetap tidak bisa mendengarkan kejadian terakhir itu.”
Bayangan II : “Dan mungkin kamu tidak akan bertahan lama di dunia ini.”
Arian : “Apa yang kalian maksud?”
Bayangan I : “Kamu sudah bertemu dengan dirimu dimasa depan?”
Bayangan II : “Dia terjebak di dinding abadi itu berkat kita.”
Arian : “Maksud kalian? Dia terjebak bukan karena ada seseorang yang menulisnya?”
Bayangan I : “Ia sering berkata, Ini semua bagaikan kau berdiri tepat didepan sebuah pintu otomatis. Pintu it akan terbuka lebar walaupun dirimu hanya berdiri didepannya atau akan masuk kedalamnya.”
Bayangan II : “Seperti itulah kehidupan seseorang yang sudah dituliskan.”
Arian : “Maksud kalian jika aku menuliskan kisah seseorang, maka itu dapat terjadi dan bisa juga tidak terjadi?”
Bayangan I : “Lebih tepatnya, kau menulis atau tidak menulisnya juga gerbang tersebut akan tetap membukakan pintu untukmu sayang.”
Bayangan II : “Buku itu hanyalah sebuah pintu otomatis itu. Kau masuk atau tidak pintu itu tetap terbuka.”
Bayangan I : “Kecuali jika kau mengubah hasilnya.”
Arian : “Kamu benar. Mengubah hasilnya.”
Bayangan I : “Tapi semua ada resikonya.”
Bayangan II : “Kami menghilang juga karena ini merupakan sebuah resiko.”
Arian : “Kalian ikut menyelamatkanku?”
Bayangan I : “Tentu saja, kamilah yang menuntunmu sejauh ini.”
Bayangan II : “Dengan berabad abad kami berdua menjelajahi ruang dan waktu. Hanya agar dapat menuntunmu.”
Arian : “Tunggu dulu, jika kalian melakukannya. Maka kalian juga terjebak didalam dinding bersamaku?”
Bayangan I : “Tidak, sayangku. Aku hidup bahagia bersamamu bersama cucu cucu kita.”
Bayangan II : “Tidak ada kematian di dunia tempat kita tinggal.”
Arian : “Apa itu adalah sebuah kenyataan?”
Bayangan I : “Ini adalah takdir, sayangku.”
Bayangan II : “Maka dari itu, sayang. Buatlah duniamu sendiri tanpa harus memikirkan apa yang terjadi nantinya.”
Arian : “Aku tidak bisa! Aku sudah berjanji akan membantu diriku dimasa depan dengan menemukan seseorang yang menuliskan kisahku!”
Bayangan I : “Tapi untuk apa sayang?”
Arian : “Kalian bukanlah istriku di dunia ini! Lantas untuk apa aku mempercayai kalian?! Aku mengerti bahwa diriku yang dimasa depan sudah terbebas dari dinding abadi itu. Tapi ia masih belum menjumpai penulis kisahnya.”
Bayangan II : “Sayang, aku tidak mau akhir yang seperti itu.”
Arian : “Maksudmu kamu tidak mau aku hidup bebas?”
Bayangan I : “Maksudnya adalah sadarlah apa yang kamu lakukan, sayang.”
Arian : “Sekarang ini adalah tujuan hidupku.”
Bayangan II : “Apa kamu sudah tidak mencintai kita lagi?”
Arian : “Bahkan hingga aku mati sekalipun aku tidak pernah merasa cinta ini berkurang terhadap kalian.”
Bayangan I : “Sayang!”
Bayangan II : “Maafkan kebodohan kami sayangku. Tapi jika memang itu jalan yang ingin kau perjuangkan. Maka aku sebagai seorang istri tentu mendukungnya.”
Bayangan I : “Sekarang bangunlah dan bantulah orang lain dan juga dirimu sendiri untuk mewujudkan keajaiban itu.”
Bayangan II : “Buat mereka percaya dengan sebuah keajaiban.”
Bayangan I & II : “Kami akan selalu menuntunmu dan selalu ada disini. Kami mencintaimu. Dan kami menunggumu membebaskanku dari ...”
(Dan Arian pun terbangun karena Seila menjenguknya lagi).
![](https://img.wattpad.com/cover/151775256-288-k946610.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Question is The Answer
General FictionMenceritakan tentang kehidupan seorang pemuda yang bernama Arian yang menulis kembali petualangannya yang terjadi setelah lulus SMA