3. Bola basket

79 4 2
                                    

Abel mengeluarkan pakaian olahraganya dari dalam laci. Ia bergegas menganti seragamnya dengan kaos olahraga, lalu segera menyusul teman-temannya yang berbaris di lapangan.

Hari ini, olahraga dimulai dengan pemanasan lalu lari keliling lapangan 10 putaran.

Pak Taufik mulai mengintrupsi seluruh siswa.

Guru dengan perawakan tinggi, kulit sawo matang, mata bulat, dan kumis tipis itu mulai mengintrupsi.

"Cowok melakukan 10 kali putaran penuh sedangkan cewek 8 kali putaran penuh." Ucap pak Taufik dengan tegas yang membuat semua anak mengeluh.

"Banyak amat pak, korting bisa ga?" Ucap Ezha bernegosiasi.

"Kakehen pak, iso mati aku ^" Ucap Budi dengan logat jawanya yang ngapak.

"Gaada negosiasi. Jangan jadi cowok lemah dan payah! Malu sama mas fatah" ucap Pak Taufik dengan tegas
lalu meniupkan peruitnya pertanda dimulai lari.

"Eh mas Fatah siapa toh?" Tanya Budi pada teman-temannya yang mulai berlari.

"Mboh^^,coba liat di instagram."

"Eh Abel," panggil Nisa.

Nisa, nama lengkapnya Khoirunnisa. Temen sebangku Abel yang asal jeplak kalo ngomong. Perempuan dengan perwatakan keras, kulit putih dan mata sipit ini. Bisa menerkam siapapun yang menganggu hidupnya.

"Apa nis?" Sahut Abel sembari berlari-lari kecil.

"Lo sama Bian gapapa kan?" Tanya Nisa.

"Gapapa, kenapa?" Ucap Abel.

"Kirain kenapa-kenapa. Soalnya jarang banget keliatan berduaan. Gue kira udah putus" Ucap Nisa santainya.

"Engga kok, dia kan emang lagi sibuk banget. Udah kelas 12 mau ngurusin Un" Ucap Abel memberi alasan yang faktanya  memang benar bahwa mereka jarang berduaan. Bian selalu sibuk dengan masa depannya. "Ga perlu dipikirin, nanti jadi tambah sakit".

"Okedeh. Btw, larinya jangan cepet-cepet. Nanti kalo lewat kelas 12 Mipa 5 kan bisa modus dikit." Ucap Nisa memberikan saran yang topcer.

"Oke siap." Ucap Abel.

Abel dan teman-temannya berlari mengelilingi lapangan yang melingkari sekolah. Sesekali matanya menoleh ke arah rombongan anak kelas 12 yang siapa tau ada Bian direntetan mereka.

Akhirnya Abel melewati kelas 12 Mipa 5, kelas proyek yang berisikan anak-anak pejabat sekaligus anak-anak berprestasi. Anak-anak yang diharapkan bisa lulus SBMPTN dengan mudah. Bahkan diarahkan untuk beasiswa keluar negeri.

Abel menoleh dan memfokuskan padangannya pada kelas tersebut sembari berlari.

"Kok gaada ya?" Tanya Abel dalam hati lalu menatap ke arah depan lalu mempercepat larinya.

"Dubrak"

Abel menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan.

"Eh Abel" teriak Nisa

"Aduh," keluh Abel saat tubuhnya tersungkur.

Teriakan Nisa sontak membuat anak-anak yang berlari duluan terhenti dan beberapa anak yang berlalu lalang juga terhenti serta anak-anak yang berada didalam kelas juga menoleh kearah luar.

Heart stealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang